kedai madeli menu rujak cingur

3 Menu Andalan Kedai Madeli

Siapa suka rujak cingur? Siapa suka tahu campur? Siapa suka tahu telor? Well, ketiga menu tersebut biasanya dijual terpisah dengan image yang tertanam di otak penjual rujak cingur biasanya ibu-ibu dempal karena terbiasa mengulek bumbu di layah besar. Begitu juga penjual tahu campur dan tahu telor, image saya adalah bapak-bapak pakai hem dan bertubuh kurus.

Kemudian imagenya buyar ketika saya tersambar demam kehadiran Kedai Madeli.

Suatu hari di minggu ketiga Maret, postingan Abdurasyad yang ada fotonya Sindyasta mampir ke timeline. Saya mengenal namanya dari RTan temen-temen juga. Mas Komika dan Mba Sindyasta ini menarik perhatian karena mereka berdua kalau menulis tuh bagus-bagus meresap di kalbu.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Abdurrahim Arsyad (@abdurarsyad)

‘Kami sudah buka. Itaewon Class versi Malang. Kedai Madeli. Citarasa Keluarga!’ tulisnya. Pertama, saya menyukai drakor Ittaewon Class itu. Kedua saya memang menyukai pasangan ini dalam senyap. Langsung deh kemedan pengen segera nyobain tapi sebagai ibu anak dua dengan kondisi WFH, budal sakwayah-wayah tidak semudah itu kisanak.

Dalam akun Instagram Kedai Madeli yang dilaunch Sindy dan Abdur, saya memantau isi menu mereka. Ada 3, ya itu andalannya di awal kehadiran kedai. Tahu Campur, Rujak Cingur, dan Tahu Telor. Cemilan rasa makan berat yang sudah sangat akrab di keseharian warga Malang. Tapi, biasanya pada jual terpisah dan rujak cingur dijual siang hari, sementara tahu campur dan tahu telor bisa ditemui sore hingga malam hari.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Kedai Madeli (@kedaimadeli)

Kecuali tahu telor yang jadi makan siang di kantor saya.

Dari menu makan siang itu, saya biasanya agak anyi-anyi sama menu tahu telor. Tidak pernah jadi pilihan pertama kalau pengen makan di luar karena kokinya kalau masak sesuka hati dia. Yang makan sering antri toilet selepas jam lunch berakhir.

Makanya menu andalan Kedai Madeli yang pertama kali ingin dicoba jatuh ke Rujak Cingur. Lalu Tahu Campur. Baru Tahu Telor. Ndilalah kok ya saya salah ngambil bungkusan.

Alkisah karena beberapa hari repot dengan Gaga yang batuk setelah berenang di villa, saya iseng titip Nisa yang sedang makan di Kedai Madeli. Semua menu titip bungkus ya, pesan saya. Diantarkan malam-malam setelah ia pulang kerja. Setelah saya pikir lebih banyak lagi, kayaknya cuma muat 1 porsi aja. Random saya mengambil bungkusan yang dikemas terpisah sama Kedai Madeli dan mengirimkan 2 bungkus lainnya ke masbojo yang bekerja.

Isinya Tahu Telor.

Well. Mampus.

Ndilalah kok enak. Bumbu tahu telornya manis legit dan sedikit pedes sesuai lombok 2 pesanan saya tadi. Campuran tahu dan telornya juga lembut nda gosong. Langsung saya tanya masbojo, rujak cingurnya enak ga, enak mana sama tahu campur? Baru dibalas tengah malam lewat. Tahu telornya enak lho!

Sejak saat itu saya semakin kemedan dengan menu andalan Kedai Madeli. Ketika bisa sempat mampir sendiri, Tahu Campurnya pas nggak jualan. Besoknya memantau IG Madeli, menunya ada tapi nggak bisa ke sana. Sampai hari ini pas kepengen, sudah sold out menunya. DYEM KAH, mana belum ada di GoFood atau GrabFood pula.

 

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 

 

 

 

 

 

 

 

A post shared by Kedai Madeli (@kedaimadeli)

Berkunjung ke Kedai Madeli sendiri merupakan pengalaman nyebelin buat saya. Di dalam dapur kecilnya ada 2 orang yang sedang meracik makanan. Masbojo yang kemudian memesankan. Yang pakai jilbab hitam saya duga mba Sindy. Satunya lagi berambut sebahu sedang asyik menggoreng, memotong-motong, dan kayaknya tangannya mengulek sesuatu sambil memunggungi area makan.

Dalam hati saya rasan-rasan, nah begini dong warung Rujak Cingur yang ngulek ya ibu-ibu bertubuh agak subur begitu. Image yang tertanam dalam kepala nggak bisa berubah ternyata.

Sambil menunggu disiapkan saya melihat-lihat isi Kedai Madeli. Ada beberapa meja di dining room dengan hiasan benda kuno di pojokan. Setiap meja ada bunganya. Di meja kasir ada koper kuno berwarna hitam yang terbuka. Sepertinya untuk menyimpan uang, pikir saya.

Ketika saya masih mengamati koper kuno tersebut, ibu-ibu berambut ikal sebahu itu membalikkan badan mengangkat serok gorengan. Astagfirullah. Saya langsung nyebut.

Ternyata laki-laki, huhuhu.

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *