Duh Sayang, Jangan Dibuang!

Ada salah satu quote dari teman yang berhasil menurunkan berat badan sampai puluhan kilogram, “Makanan sisa itu bikin gendut lho, Mbak.”

The fact dia sebagai perempuan, saya dan kamu juga, pasti sayang kalau makanan berlebih dan sisa karena kekenyangan. Tapi juga sudah menjadi habit dari kebanyakan perempuan untuk menghabiskan sisa makanan tersebut. Nah itu yang membuat teman saya merasa gendut lebih cepat sejak tinggal lagi bersama orangtuanya. Sisa makanan sayang kalau dibuang, ya dimakan aja.

Kebiasaan ini juga diturunkan oleh ibu saya. Perlu diakui, ketika tinggal berdua saja, kulkas jarang keisi makanan jadi. Antara beli di luar, atau masak seperlunya habis saat itu juga. Yang awet bertahan di kulkas adalah B*ileys karena penasaran beli di bandara waktu dinas luar negeri. Hampir 7 tahun lewat, botol itu masih ada di kulkas rumah lama.

Karena satu dan lain hal, saya pulang kembali ke rumah ibu sesaat setelah lahir anak pertama. Rasanya berat badan susah turun karena banyak makanan. Mungkin juga kebiasaan generasi di atas saya mereka harus menyiapkan makanan dalam jumlah besar karena keluarganya besar masih terbawa sampai sekarang.

Belum lagi kakak dan adik suka sekali membelikan makanan ini itu untuk bapak dan ibu. Alhasil menumpuklah makanan-makanan dibuang sayang itu di kulkas.

Baru-baru ini saya decluttering kulkas karena ibu sedang tidak di rumah. Penuh bener 3 rak kulkas dan freezernya. Makanan-makanan yang disimpan dalam kemasan kecil-kecil karena sisa tidak termakan. Sayur-sayur yang tidak termasak karena banyak makanan. Hhhh, bagaikan lingkaran tiada ujungnya.

Percayalah makanan-makanan sisa dibuang sayang inilah yang bikin gendut. Waktu makan barengan, juga waktu makan di luar. Saya hampir selalu menjadi sweeper bagian bersih-bersih piring. Ya karena kebiasaan di balik ‘Duh sayang banget nggak dimakan.’

Malam tadi saya kena batunya. Lagi.

Menghabiskan bekal nasi sushi yang tidak termakan waktu di kantor. Isinya tuna pedas dan mayonais. Entahlah saya kurang beruntung dengan perikanan ini karena waktu makan rujak kuah pindang juga alergian.

Sayang kan uda bikin sushi kok ngga dimakan. Padahal bikinnya pagi hari dan saya baru ingat jam 10 malam. Satu dua tiga empat. Saya juga lapar sih karena habis dari kantor langsung cuci-cuci baju pakai mesin cuci yang ngguatheli itu, kemudian ketiduran. Kayaknya sih masih bisa dimakan meski rasanya ada berubahnya.

Masih ada 5 potongan sushi di kotak bekal, kok mulai kentut besar-besar bunyinya. Tidak lama perut bergejolak. Dan terhitunglah sejak jam 10.30 malam saya ke kamar mandi hampir 5 kali sampai subuh. Lemes benerrrr.

Dan semua itu gara-gara, duh sayang!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *