Sejak WFH dikibarkan pada Maret 2020, tepat empat tahun di tahun 2024 ini, otomatis saya terpisah dengan Dapur Ibu Wardhani. Langganan aneka masakan Bali dan masakan pedas-pedas enak yang biasanya diorder saat makan siang. Salah satu masakan yang saya suka Rujak Kuah Pindangnya. Tau kan ya rujak ini berbeda dengan masakan sejenis yang ada di Malang, khususnya di Jawa. Aman-aman saja selama itu. Tapi ketika order di tempat lain, rujak kuah pindang bisa bikin alergi kumat?
Ya. Semalam saya order dua menu rujak khas Bali di salah satu warung yang ada di ojol. Satunya rujak gula jawa, satunya rujak kuah pindang. Dua-duanya saya makan sendiri.
Untungnya.
Begitulah jelang-jelang tanggal mau menstruasi kadang selera makannya aneh-aneh. Rujak gula jawa dulu yang dibuka. Goler-goler sebentar, lanjut makan rujak kuah pindangnya sambil nonton Queen of Tears episode 3 yang lagi geje-gejenya.
Garuk-garuk paha belakang.
Lalu garuk-garuk punggung.
Suapan saya berhenti sebentar. Sambil mikir-mikir ini apa nyamuknya banyak ya, tapi kok bisa nggigit punggung juga.
Lanjut makan lagi sambil seruput dua ruput kuahnya.
Saat Hae-in dan Hyun-woo sedang engkel-engkelan kapan tidur bareng pertama, saya menyadari area hidung saya berkedut-kedut sampai ke pipi. Disentuh kok terasa kebas ya.
Sendok rujaknya saya letakkan.
Dan melihat di cermin wajah saya mulai menuju swollen, bengkak merata. Tapi tidak tebal. Hanya di bagian kantung mata muncul bintul-bintul rata kanan dan kiri. Minyak sewajah-wajah sepertinya bereaksi juga kelenjarnya. Dibersihkan tetap muncul lagi.
WOOOSSSHHHH. Barulah sekujur badan terasa gatal di mana-mana. Buru-buru saya cari Inc***l obat alergi yang biasanya ada di lemari obat. Mengambil air, minum seteguk, dan obat serta airnya muncrat kembali keluar. Beberapa kali dicoba kembali, semakin panik.
Saya kesusahan menelan obat dan airnya.
Dalam waktu bersamaan, terasa ada tekanan kuat di telinga sampai mempengaruhi pendengaran.
Saya berusaha menenangkan diri. Tarik napas dalam-dalam.
Kemudian coba minum obat lagi dengan air sesendok saja. Thank God, sekuat tenaga ndorong untuk masuk tenggorokan dan berhasil.
Lalu saya diam di kamar. Rebahan, tarik napas dalam-dalam. Yang gagal mulu karena benar-benar dari kulit kepala sampai tungkai gatal semua. Bintul-bintul kemerahan menyebar rata.
Tentu laporan sama suami yang sedang masuk malam. Saya bilang sabar dulu nunggu obatnya bekerja sambil mengupdate kondisi dan perubahan. Obat diminum jam 9.30. Jam 11.30 gatal-gatal masih terasa. Dan saya nggak kuat nahan ngantuknya. Saat sahur saya minum lagi 1 kapsul karena wajah masi terasa swollen tidak nyaman.
Ngleyang deh kemudian.
Alhamdulillah waktu menyiapkan anak-anak sekolah semua organ sudah terasa normal. Hanya kemudian mules-mules diare yang jarang masih tersisa.
Baru saya mencari tahu resep rujak kuah pindang dan mengapa terjadi reaksi alergi sedemikian hingga cukup mengganggu efeknya. Rujak kuah pindang dibuat dari rebusan ikan tongkol dengan berbagai bumbu standar. Kuah rebusan ikannya yang dicampur dengan bumbu rujaknya, baru diberikan buah-buahannya.
Mungkin saja ikan dan kuah rebusan ikannya yang sudah tidak OK sehingga menimbulkan reaksi alergi.
Menurut website RSNAS KulonProgo, ikan merupakan bahan pangan yang cepat mengalami proses pembusukan karena kandungan proteinnya yang tinggi dan kondisi lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan mikrobia pembusuknya. Ikan tongkol yang digunakan di rujak kuah pindang tergolong famili scombroidae yang jika dibiarkan pada suhu kamar akan terjadi proses penurunan mutu.
Jika dikonsumsi, ikan ini akan menimbulkan keracunan yang disebabkan oleh kontaminasi bakteri seperti Escherichia coli, Salmonella, Vibrio cholerae, Enterobacteriacea dan lain-lain. Salah satu keracunan yang sering terjadi pada ikan tongkol adalah keracunan histamin yang memunculkan gejala kemerahan pada kulit, sakit kepala, diare, mual, stimulasi jantung, dan ruam kulit yang disertai gatal.
Well, reaksi tubuh saya sepertinya berlebihan ya, wkwkwkw. Halah sekarang aja bisa wkwkwk, semalam kayak mau langsung UGD saja saking nggak kuatnya membayangkan organ dalam tubuh apakah tidak bekerja soalnya tidak bisa menelan. Alhamdulillah sih enggak.
Ya udalah ya.
Memang yang bisa bekerja dengan organ tunggal hanya biduan-biduan di luar sana.
uwaaaaah serem juga efeknya ya mba :O…
tapi memang ikan tongkol itu agak risky.. aku sedikit trauma makan itu krn pernah keracunan jugaaa hahahaha.. pas di kantor pesen tongkol balado. bedanya dengan mba, aku ga ngerasain apa2, tp temen2 pas liat mukaku pada kaget.. katanya kok merah banget.. baru berasa mata agak bengkak. pas ngaca langsung shocked ;p.. cuma untung2nya ga gatel dan tetep bisa minum.
agak lama juga balik ke asal.. setelah itu aku ga berani makan tongkol ampe skr 😀