Menyapih Anak Saat WFH, Dramanya Seminggu Lebih

Tips menyapih anak dong, bund. Kicauan resah ini menutup tulisan saya di Facebook tentang drama WFH ketika tiba saatnya menyapih anak. Kagak bisaaaa, keluh saya. Susah sekali melepas si bocah padahal sudah menginjak usia dua tahun lebih empat bulan. Maret ini lebih lima bulan, dan kadang-kadang dia masih mengamuk karena tidak diperbolehkan lagi mimik susu Mama.

Sebenarnya saya mau santai-santai aja sih mau kapan dia berhenti menyusu. Mentil kata orang Jawa. Ya mau gimana, ASInya juga sudah berkurang drastis apalagi kalau bukan cuma pengen merasa nyaman nenen dekat dengan ibunya. Tapi setelah dipikir-pikir, ada juga pertimbangannya untuk menyapih si bocah.

Sudah Gede Banget, Ya Allah, Kakinya ke Mana-mana

Mau menyusu di kamar, ayo. Mau menyusu di mobil, ayo. Kadang saya tau dia hanya memerlukan preambule sebelum tidur. Menyusu salah satu pengantar tidur yang dia sukai dan bisa merem lebih cepat. Namun sejak memasuki umur 2, saya baru menyadari ini bocah gede banget yak? Hahahaha.

Setiap menyusu kakinya tidak bisa diam. Kadang sampai gulat kalau di tempat tidur. Kursi pernah dia dorong dan mejanya terguling karena risih mengganggu pergerakan kakinya. Yang terparah sih kalau di mobil kakinya suka menendang-nendang tuas kopling sampai bapaknya ngga sadar kalau sudah pindah ke mode manual. Pengen cubit banget nggak sih?

Menyapih Anak Tambah Susah karena Takut Digangguin Sesuatu

Selama WFH saya membebaskan si bocah kapan saja mau menyusu. Daripada ribut dan ribet tambah lama mengganggu konsentrasi saya bekerja. Awalnya meja kerja memang saya pisah di kamar sebelah karena penyesuaian dengan kantor yang melakukan beberapa kali pertemuan lewat zoom. Kamar sebelah bisa dikunci dulu biar tidak diganggu.

Lalu pada suatu malam ketika saya melanjutkan pekerjaan setelah anak-anak tidur, ada kejadian yang bikin besoknya langsung usung-usung meja ke kamar utama.

Jam di laptop menunjukkan pukul 11 malam. Saya masih asyik mengetik sambil kuping tetap waspada jaga-jaga bocahnya bangun. Saya nggak suka bekerja sambil dengar musik, btw. Pintu kamar menghadap dapur yang memiliki void tinggi ke lantai 2. Hening hanya suara ketikan keyboard.

Tiba-tiba, bulu kuduk meremang begitu saja. Masih kusuk-kusuk tengkuk lalu GEDEBUG! Suara itu kayak berada di belakang saya persis. Mau noleh takut, nggak noleh tambah lebih besar takutnya. Yang bisa dilakukan hanya diam, ngambil hp, trus telepon mas bojo di kamar tidur suruh jemput ke kamar kerja, hahahahahaha.

Besoknya meja kerja dipindah ke kamar tidur.

Sebelum Menyapih Anak Jadi Nggak Bisa Pergi-pergi Sendiri

Pasca pindah kamar kerja, kayaknya sejak saat itu si bocah jadi nempel banget kayak perangko. Ngiri saya sama yang bisa ke minimarket tanpa ada yang nempeli lalu minta chupacups atau kinderjoy. Apalagi saya kepengen hemat kalau pergi pakai motor saja. Si bocah kecil nggak mau kalau naik motor. Piye to yo, anaknya Nengbiker malah ga mau motoran.

Jadilah perginya harus berempat semua jadi ikut. Kan nggak mungkin juga kalau saya mau ngetrail masuk hutan bawa bocah? Atau mungkin mewujudkan wishlist setelah usia bocah sudah cukup untuk disapih itu ya.

Yup, salah satu semangat saya mau menyapih anak adalah pengen mewujudukan keinginan ngetrail masuk hutan. Sekali saja. Waktu kakaknya beranjak besar, saya sudah merancang timeline untuk kembali menekuni hobi motoran. Lha kok hamil lagi. Kakaknya otomatis menyapih dirinya sendiri di usia sekitar satu tahun karena ASI saya benar-benar berhenti.

Nah, adiknya ini jadi PR saya lagi. Bahkan sejak WFH kayaknya ke mana-mana dia selalu ada. Sebelum WFH dimulai, saya sempat jalan ke Jogja bersama teman kantor dan saat itu juga dia nggak bisa tidur selama dua malam sampai saya pulang. Sedih nggak sih?

Sudahlah hapus dulu keinginan nana ninu lainnya deh, demi si bocah. Pikir saya.

Karena Setiap Anak Itu Berbeda Periodenya

menyapih anak

Akhirnya saya legowo. Memutuskan yaudah, monggo ya bocah. Dinikmati saja masa-masanya. Sebulan lewat dari dua tahun, dua bulan, tiga bulan, empat bulan. Si bocah mulai bisa diajak ngomong, diatur tidurnya, dan tiba-tiba aja pindah tidur ke kamar Eyangnya tanpa drama mencari Mamanya sampai pagi.

Sama sekali nggak nyusu. Nah ini saatnya saya mulai kencengin lagi semangat menyapih. Besok malamnya saya atur untuk menghabiskan energinya dan minum dulu sebelum tidur biar nggak haus. Sempat ngamuk beberapa menit akhirnya dia tidur. Besok lagi sedikit lebih mudah, karena saran dari teman untuk dikenyangin dulu anaknya. Lalu berlanjut malam-malam sesudahnya kadang dipukpuk juga tidur sendiri.

Alhamdulillah, memasuki hari ke-9 ini, si bocah sudah tidak menyusu sama sekali. Sesekali masih menunjuk mimik Mama mimik Mama, tapi tidak lama lalu tidur sendiri.

I’m a Proud Mama

Bangga saya sama kemampuan si kecil beradaptasi. Memahami kalau diajak ngomong. Dan bisa mengerem keinginannya untuk menyusu. Nggak kangen masa-masa perlekatan yang sempurna itu?

Nggak juga. Wong kadang-kadang saya menyusui si bocah biar nggak harus menyapu, mencuci piring, dan bisa nyuruh-nyuruh suami dengan alasan si bocah belum bobok. Hahahaha. Kadang-kadang waktu menyusui juga jadi me time saya tanpa diganggu kakaknya.

Seseru itu sih perjalanan saya menyapih anak. Membesarkan dengan kasih sayang masih tetap diusahakan, kesabaran masih terus diuji, tapi masa menyusui sudah terlewati.

Ibu punya cerita lucu juga selama menyapih anak? Kalau saya akhirnya jadi merangkum beberapa langkah sukses menyapih anak. Disimak ya Bund?

Tips Sukses Menyapih Anak Dalam Satu Langkah

Nggak ada itu saya nggak mengalami sukses menyapih dalam satu langkah, dalam satu malam, apalagi dalam sekedjap mata. Kalau yang lain menurut komennya pada bisa kok tapinya. Nah menurut pengalaman teman-teman, berikut yang sudah dilakukan.

Titipkan Anak ke Eyang, Kakak, Tante, Teman, atau Keluarga Lainnya

Salah satu langkah menyapih anak yang manjur adalah memberi jarak antara ibu dan anaknya. Sehari dua hari. Kadang ada yang seminggu. Ada juga yang belum full sehari sudah diambil lagi karena tidak sanggup menahan rindu. Saya? Pisah sama anak? Waktunya tidur tenang. Sayangnya lagi WFH jadi 24/7 ya ketemu terus sama dia.

Tapi tidak menutup kemungkinan juga karena yang dititipi tidak tega akibat anaknya mencari ibunya. Nggak bisa tidur, meringik menangis tanpa suara, dan lain sebagainya.

Ganti Puting dengan Botol Minum

Inilah pentingnya transisi dari puting, botol, gelas, dot, sedotan. Agar anak bisa minum dari berbagai alat tanpa kebingungan. Menurut salah satu teman, anaknya sukses belajar disapih dengan membelikan berbagai botol minuman yang lucu-lucu. Jadi dia ada aktivitas lain yang dipikir saat haus, mau pakai botol yang mana yaa..

Menyapih dengan Mengoles Jamu Pahit

Mama saya nih yang menyarankan langkah ini saat si kecil ngga mau mau masuk proses menyapih anak. Dikasih brotowali yang pahit itu aja, nanti dia kan jadi kapok mimik katanya. Saya yang seumur-umur belum pernah lihat brotowali taunya cuma brotoseno memutuskan nggak mau pakai cara ini.

Ya karena nggak nyari brotowali juga sih. Juga saya nggak pengen anak trauma sama tubuh ibunya. Siapa tahu dia nanti di bawah sadarnya terekam kan gimana gitu.

Puting Diplester

Mama sakit ya? Lalu dia berhenti menyusu aja gitu, cerita seorang teman. Kasihan mama sakit ya? Sambil bolak balik bilang sama mamanya dan jadi takut dan nggak mau mimik lagi. Well, worry nggak sih misalnya dia jadi kepikiran wah menyusui itu sakit?

Tapi memory masa kecil kayaknya nggak sampai segitu ya?

Bikin Anaknya Kenyang

Salah satu cara anak nggak ngedot botol ya gini juga kan? Kalau sudah kenyang, dia jadi nyaman. Nggak cari-cari lagi. Nah beberapa waktu belakangan sebelum full proses menyapih, anak saya lagi susahnya makan. Kadang saya anggap siklus saja sih, karena biasanya ya ngabis-ngabisin segala macem.

Sehingga dikeluarkan lagi menu-menu kalau anak saya lagi susah makan. Lele goreng dan sup. Paling sering dua itu. Sup ayam atau sup krim rata-rata dia habiskan dengan lahap. Kalau lele goreng memang seperti ibunya sekali, bisa ngabisin rice cooker seisi-isinya. Hari ketiga dia kembali mandeg makan, saya ajak beli ayam Baegopa Chicken Pidsa dengan spaghetti sausnya yang lezat itu.

Di jalan saya sugesti juga kalau mau mimik mama ya nunggu sampai rumah, sudah nggak nyusu di jalan lagi. Begitu berkali-kali jadi kadang-kadang dia juga sudah lupa keinginannya.

Cara terakhir dikenyangkan dulu ini rupanya paling berhasil dan paling tega saya lakukan saat menyapih anak. Beratnya naik sekiloan walau sempat mogok makan dengan lahapnya.

Sebuah win-win solution yang saya pikir its work banget deh. Seru kan ya mencari caranya sendiri-sendiri ketika menyapih anak?

2 Comments

  • Nah ini dia, aku sudah pernah kasih saran ke ibunya buat si kecil tidur sendiri sejak usia 2 atau 3 tahun tapi ibunya gak tega.
    Sekarang udah 4.5 tahun modyar deh, udah susah banget disuruh tidur sendiri dan si ibu pengen punya ruang tidur yang nyaman hahahahahaha

    • ohiya soal pisah kasur ini masih ada kendala sih di ruma. isinya berantakan banget, hahahaha.
      kudu tega mas didut, kudu tega :))

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *