“Ngegym yuk? Yuk, mulai Senin ya?” Kalimat ajakan sederhana yang dicetuskan ketika makan siang, mungkin ada sekitar 10 tahun yang lalu. Waktu itu anggota geng makan siang yang gendut malah cuma Mom B saja karena lagi hamil. Lainnya so so saja, hanya ingin mengisi waktu.
Disclaimer. Cerita ini bukan ngomongin fisik orang. Tapi ciri-ciri orang yang dicari ya.
Hasilnya bisa ditebak, sudah saran ngegymnya di fitness sana yang lengkap, atau sini dekat kantor, atau yang di tengah-tengah kota saja jadi bisa dijangkau, hingga 8 tahun kemudian tidak pernah ada yang berangkat ngegym bareng. Sementara bodynya sudah pada mekar semua. Hahahaha!
Mau bilang maklum sudah pada berkeluarga, yang perempuan juga sudah beranak 1-2. Tapi melihat Momycy yang tetap kurus-kurus saja meskipun anaknya laki semua, atau Momyrit yang juga tetap bisa menjaga ukuran jeansnya tidak berubah, Momynop yang terakhir melahirkan juga sudah kembali ke bentuk tubuh semula, sebenarnya semangat ngegym di hari Senin itu tetap bisa jadi semangat untuk hidup sehat.
Tapi tetap saja, malas meraja dengan berbagai alasan. Saya sibuk, anak dua, nggak bisa ditinggal salah satunya. Yang satunya lagi sudah pindah ke Jakarta, satunya sekolah lagi, satunya sibuk jualan, dan deretan alesan lainnya.
Sampai saya berpindah grup pertemanan baru di lingkup kantor karena grup gym di hari Senin itu kini sudah berpencar ke mana-mana.
Di grup berempat ini, salah satunya sangat getol berolahraga. Ngegym 4 kali seminggu bisa diada-adakan jadwalnya. Ikut yuk? Dia menawarkan ngegym bareng karena Personal Trainer-nya seru. Saya tentu menolak, studio fitness-nya berasa di ujung dunia karena rute jalan saya jadi nggak karu-karuan muternya.
Dua tahun berlalu. Dia masih setia ngegym dan bentuk ototnya mulai terlihat. Tidak mudah capek, meski lemak-lemak bekas melahirkannya masih tersisa. Gendut gymers yang bagus dilihat.
“Eh Personal Trainerku pindah lho ke studio yang di depan rumah sakit itu. Kan jadi deket rumah, nggak pada mau ikut? Jendelanya dibuka semua, karpetnya sudah diganti, alat-alatnya juga didesinfeksi terus.” Dia masih terus mengajak yang lain tanpa kenal lelah.
“Studionya di depan rumah sakit yang itu?” Tanya saya meyakinkan.
“Iya, PG.” jawabnya.
“Titip lihatin ya kalau ada mbak-mbak gendut ngegym di situ.” Balas saya.
“MBA MBA GENDUT NGEGYM YG GIMANA? DI SINI GENDUT SEMUA!” Emosi dia menjawab chat saya. Wkwkwkwk.
“Mbak gendut gymers yang mana lagi itu, ai?” Belum sempat menjawab, sudah disahut bertubi-tubi yang lain di grup. “Selingkuhannya si anu?” Lanjut pertanyaannya sampai bikin keki sendiri gara-gara sudah spill.
Saya lalu terdiam. Kayaknya sudah pernah cerita sama ibu-ibu ini, apa mereka lupa ya. Saya diamkan terus grup itu sampai sudah bisa memegang smartphone saya karena onlinenya di desktop. Lewat seminggu baru ingat kalau saya mau cerita tentang itu dan sudah ketutup dengan topik-topik pekerjaan.
Oya saya sempat sounding kepindahan mbak Personal Trainer ke studio yang baru ke anu.
“Aku mau ngegym ya? Mba PT temenku pindah ke studio di depan rumah sakit itu, jadi deket rumah nih.” Yup bener, saya mau ngecek dia mau jawab apa! Heh dasar kamu, masih sok-sokan ngetes aja!
“Gapapa Mi. Diatur aja waktunya. Tapi apa nggak mending ikut kelas zoom-nya mbak PT aja? Kan dia juga buka yang online kalau mau coba-coba dulu.” Jawabnya. Halo, mau ngegym kan yang dicari alatnya, wong saya nggak punya di rumah. Hasil ngetes: Gagal.
Selang beberapa waktu kemudian saya baru ingat mau screenshot sebuah postingan di facebook. Tepat ketika teman saya sedang ngegym lagi dan bertemu mbak PTnya. Mbak PT yang sudah melanglangbuana dari gym hingga aerobic, sebenarnya saya gadang-gadang-arjosari pasti tahulah soal mbak gendut gymers yang saya maksud.
Sebuah screenshot foto akan membantu merefresh memory mereka.
“Ini lho mbak gendut gymers yang dimaksud.” Saya share fotonya apa adanya.
Tampak mbak rambut panjang di depan cermin dinding di studio yang sama dengan teman saya. Posenya sih biasa. Watermark di fotonya yang langsung pada komen dengan..
“Wadehel.”
“Weik jualan.”
“OMG…. Namanya siapa?”
“Lah itu kan ada di fotonya. Sama daftar harganya.”
Agak hening beberapa saat. Saya duga mereka sedang berusaha googling namanya di berbagai macam platform.
“Nggak ketemuuu! Nama aslinya siapaaa?”
“Nanti kalo aku sebutin, kalian pasti akan terkaget-kaget sama mutual friendnya.” Jawab saya.
“Siapa memangnya?”
“Orang yang selalu kita bully kalau chatting, hahahahaha.” Saya berusaha memberi tebakan lagi.
“Si………Itu? (iya cluenya sangat jelas). Hah, ngapain dia berteman sama mbak gendut gymers ini?” Tanya yang satu.
“Ini mbak PTku nggak kenal. Anak reguler lama banget mungkin?” Tanya yang ngegym.
“Hmm ga gitu lama kok. Itu foto masih sebulan dua bulan yang lalu. Paling insidental.” Jawab saya.
“Ngga ada yang kenaaaal! Haduu aku jadi penasaran!” Kata si teman.
Hehehehehe. Masih dengan semangat titip lihatin ya, saya menutup pembicaraan malam itu.
“Hah, iki lak mbak-mbak yang pernah kamu ceritain dulu itu? Yang rumahnya di kabupaten? Nda gendut kok, ya semok XXL lah. Mukanya anak kabupaten yang gitu-gitu aja, gampang ingetnya.” Tiba-tiba jadi bahas lagi subuh-subuh setelah pembicaraan itu ditutup. -________________-
Tersangkanya tidur bleksek dan baru membaca chat-chat satu persatu saat subuh itu. Tersangka bermulut pedas ini emang selalu nggak pakai tedeng aling-aling kalau membahas sesuatu. Lupa diri dia sekarang rumahnya juga di kabupaten, hahahaha.
Tapi grup whatsapp yang ini segera tertimpa issue topik-topik terkini soal review tahunan. Ditambah teman-teman kenalan kami yang satu demi satu terkonfirmasi positif covid19. Mulai bergidik ngeri.
Sampai kemudian masuk jadwalnya teman main ke gym lagi.
“Ternyata mbak gendut gymers itu member lama. Pernah digerebek ibu-ibu di gym. Terus sama yang punya studio nggak boleh latihan di sini lagi. Info sahih ini di dapatkan dari member-member lama studio.” Halah dibahas lagi kaaan, hahahahaha.
“Bukan aku yang nggerebek. Hahahaha.” Sahut saya.
“Digerebeknya kenapa itu?”
“Katanya mba member lama, kok ya foto di gym kan jadi gampang nyarinya.” Terang si temen gym.
“Aku lihat orang-orang jualan jaman sekarang ini kok ya diumbar-umbar open BO kalo ke kota-kota lain.”
“Ya kenapa coba yang digerebek mbak gendut gymersnya. Kan jelas-jelas jualan. Bukan ngerebut bojonya orang.” Imbuh saya.
“Makanya kamu nggak boleh ngamuk juga!” Celetuk yang satu.
’emot ketawa saja’. Karena saya sudah melalui tahapan bagaimana susahnya menahan diri untuk tidak menyalahkan orang lain, selain tersangkanya.
“Bener, harusnya yang digerebek ya yang punya burung, bukan pakan burungnya.” Tambah si mulut pedes.
“Persada rame banget!”
Eaaa. Selalu demikian. Sebuah gosip tidak pernah tuntas dibahas. Episode ini ditutup lagi dengan topik lainnya. Sesuatu yang nggak worth untuk dibahas memang lebih baik jadi selingan saja kala capek soal pekerjaan dan butuh gosipan.
Lagian hobi banget saya mengorek luka lama. Yang kini dihadapi dengan ketawa-ketawa saja bersama mereka. Sambil melihat seberapa jauh saya sudah menutup episode kelam tersebut.
Jadi kalau masih ada yang berusaha mencari tahu tentang saya, sudah bukan di Instagram tempatnya. Di sini lho banyak cerita episode-episode yang saya alami. Ya mbak Pita. Apa disuruh temennya mbak Suci?
woh.. sangat lokal sekali postingan ini…
ya maaap, curhat :))