Banana Cookies Malang

Menebar Kebaikan Berbagi dari Banana Cookies dan Masker Kain Bikinan Sendiri

Bagi mereka yang melakukan swakarantina, segala cara akan dilakukan agar diri tetap waras. Begitu juga cerita ini. Dari menjaga kewarasan yang diwujudkan dengan menebar kebaikan.

Banana nama panggilannya. Sebutan kesayangan yang sebenarnya merupakan kependekan dari Mbak Nana yang dipotong dengan semena-mena. Teman online, pernah satu kantor, dan kini menjadi teman yang diandalkan karena pintar membuat biskuit cokelat favorit saya. Orang kadang salah menanggapi ketika saya menulis Banana Cookies, dikira biskuit kaya kepingan cokelat dengan rasa pisang. Padahal itu nama orang.

Banana Cookies yang dipatenkannya menjadi Bana Cookies adalah kreasi Nana saat anjuran di rumah saja menjadi imbauan yang harus dipatuhi. Apalagi ia baru saja sembuh dari serangan asma akut yang membuatnya harus diungsikan dari udara kota selama beberapa waktu. Wajar ketika isu wabah corona yang menyebar dari kota ke kota di Indonesia mulai memasuki Malang, Banana segera mengisolasi dirinya sendiri dari keramaian manusia.

Di rumah ia masih mengerjakan banyak pekerjaan lepas. Dulu, Banana sering bekerja di cafe atau tempat umum untuk mendapatkan work life balance yang seimbang. Ritme ini menghilang ketika corona datang menyerang.

Di hari ke-7 benar-benar di rumah saja, Nana mulai resah, bingung dan tentu saja bosan. Udara luar memang mengundang kebebasan, tapi juga mengundang penyakit yang penawarnya belum ditemukan. Mencari kesibukan lain di luar tugas rutin, tantangan bikin chewy cookies diterimanya dari seorang teman, Hana Gemintang. Sesuatu yang membuatnya senang, untuk mengisi jam-jam lengang.

Biskuit semacam bikinan Banana Cookies sebenarnya adalah resep yang gampang diikuti. Tapi tidak semua punya timbangan bahan kue, tidak semua punya oven, dan tidak semua orang bisa memasak dengan tenang. Saya misalnya. Dengan dua anak yang sedang ‘lucu-lucunya’, membuat kue jelas jauh asap dari panggang. Tidak sempat. Work from home memang tampak cakep di nama sebutan, tapi tidak ketika harus dipraktikkan.

“Nanti aku bikinkan mbakNeng, sekalian icip-icip pasnya gimana ya?” ungkap Nana ketika saya bilang iri pengen beli oven untuk bikin cookies yang sama. Pesan itu saya kirim dengan anak lanang sedang ribut minta susu, dan si anak wedok tidur di pangkuan. Mereka tentu senang melihat ibunya di rumah saja untuk waktu yang lama, sementara ibunya bosan tidak bisa melihat mall tempat belanja dan jajan adalah jalan keluarnya.

Tidak lama prototype chewy cookies pertama Nana kabarkan bisa dicoba. Saya mengambil di rumahnya yang sekitar sekiloan saja jauhnya. Mannisss, tapi saya suka. Bikin mood happy seketika. Prototype chewy cookies kedua diicip-icip beberapa hari kemudian dengan resep yang berbeda. Sekali lagi saya ngeeeng mengambil ke rumah Nana. Kukis gratis ini, wkwkwk.. Waktu itu work from home memasuki minggu kedua.

Ketika imbauan di rumah saja meningkat menjadi status darurat atas penyebaran virus Covid-19 yang tidak terkendali, saya berpikir ulang untuk mengambil prototype ketiga. “Dikirim saja pakai ojol ya, Ban?” pinta saya. Beberapa keping chewy cookies dengan resep less sugar kemudian diantarkan oleh babang ojek online.

Taste like heaven, Ban! Terima pesenan aja napa?” tanya saya kemudian. Nana berpikir.

Pikirannya bukan sekadar soal keuntungan semata. Ia ingin mengajak teman-teman yang menyukai chewy cookies bikinannya untuk menebar kebaikan untuk sesama. Cukup dari rumah saja, kata Banana, menebar kebaikan tidak harus selalu berkeliling mencari orang yang layak diberikan bantuan.

Di akhir minggu work from home kedua, bukan hanya laptop dan ovennya yang bekerja keras. Mesin jahit mini kesayangannya ikut bekerja. Di sela-sela task freelance, ia membuat cookies dan menjahit masker kain sendiri dengan kain koleksi dan model yang disarankan oleh WHO. Setiap pesanan cookies dibanderolnya dengan masker gratis untuk abang-abang ojek online dan kurir yang mengirimkan.

“Kita masih beruntung merasa bosan bekerja dari rumah, bagaimana mereka yang masih harus berada di luaran untuk mencari uang? Sementara masker medis di pasaran harganya menggila, bapak ibu ojek online jadi mengabaikan kesehatan dan terpaksa rela tidak memakai pelindung hidung dan mulutnya. Untuk mereka, masker-masker ini.” tulis Nana di caption Instagramnya.

Gayung pun bersambut. Setiap hari pesanan cookiesnya mengalir, begitu juga masker gratis untuk ojek online pun disalurkan dengan cepat. Tidak sedikit yang ikut menyumbang kain-kain cantik untuk membuat masker kain sederhana ala Banana. Saya jadi terpikirkan untuk menitip zakat penghasilan lewat kiriman ojek-ojek online ini sambil memesan cookies di Banana dan dikirim ke panti asuhan. Mungkin suatu saat nanti.

Apalagi masker yang dibuat Banana juga dibagikannya gratis asal dikirim dengan layanan delivery dari ojek online agar ia masih terus bisa memberikan masker gratis buat drivernya. Saya cuma bisa ngowoh (terpana, red) melihat gesitnya Banana menebar kebaikan untuk sesama.

Sudah cukup sampai di situ? Tentu tidak. Ilmu tiada berguna kalau tidak dipakai untuk berbagi kebaikan.

Jadi, Banana menyempatkan membuat kelas online yang digelar bersama Ngalup.co. Materinya sederhana, tentang bagaimana cara membuat masker kain 2 ply sendiri. Setiap yang sudah mendaftar dia kirimkan bahan masker siap jahit lengkap dengan kemasan yang cantik. Voila, dalam waktu singkat murid-murid onlinenya pun punya masker kain yang cantik. Sebuah keterampilan yang juga bisa menjadi mata pencaharian di masa yang tidak tentu ini.

Sampai detik menulis ini, saya senang sekali melihat energi positif Nana menyebar ke seluruh penjuru timeline. Di jalan, bahagia rasanya kalau tidak sengaja bertemu bapak ibu ojol yang memakai motif masker yang dibuat Banana. Sebuah langkah kecil tapi manfaat kebaikan berbaginya berguna bagi sesama di masa-masa berat yang sedang menerpa negara kita, Indonesia.

Terima kasih Banana, semoga oven Bana Cookies terus menyala dan mesin jahit kesayanganmu terus berjalan, biar jadi contoh bagi teman-temanmu bagaimana kebaikan berbagi itu bisa dimulai dari tangan sendiri. Go follow her account.

“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Menebar Kebaikan yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa

1 Comment

  • Eh tapi iya lho mbak, kalo aku gofood atau grabfood lihat masker yang di share di IG mba nana haha. Mangats buat mba nana *meskipun bkn di blognya mba nana ngomongya*

    btw
    Mangats juga mbak aik. Semoga menang !

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *