“Kita jadi punya konten ya MakWu, wkwkwkwk.” Celetuk saya di grup kerjaan. Malam tadi MakWu barusan menerima kabar yang mengejutkan. Hasil swabnya positif setelah kontak erat dengan adiknya yang juga positif. Saya yang baru bertemu jadi berada di situasi tidak mengenakkan setelahnya. “Iya mbak, uda mulai mikir judul blog berikutnya nih, hahahaha!”
Begitulah. Alih-alih dibikin sedih, yang kami berdua lakukan cekikikan aja mengambil setiap hikmahnya. Saat itu saya terpikirkan membuat pengalaman swab PCR drive thru swab center rumah sakit Persada.
WAIT A MINUTE….
Begitulah. Akhirnya setelah 2 tahun pandemi, saya merasakan sendiri tidak nyamannya diswab PCR dari hidung dan tenggorokan. Konten yang tidak pernah saya rasakan terlambat ditulis, ya kalau bisa malah nggak usah nulis sama sekali.
Dulu Juga Hampir Swab Sih..
Tahun lalu saya nyaris harus diswab karena bertemu teman yang nggak lama kemudian dia bergejala dan tesnya positif. Saat bertemu, kami berdiri berhadapan berjarak 1 meteran. Saat dia mengabarkan positif, saya hanya menunggu 3 hari saja apakah ada gejala yang sama seperti teman saya rasakan. Karena aman, jadinya nggak swab saja. Pun juga ketika mengalami kegoblokan unfaedah abad ini.
Tahun ini, karena listrik mati kami mengungsi bersama-sama. Saya duduk bersebelahan di ruangan ber-AC dengan MakWu selama hampir 4 jam. Minum kopi dari gelas sendiri-sendiri tapi bergantian tidak pernah bersamaan membuka masker. Selebihnya kami ngobrol ya maskeran.
Besoknya MakWu mengabarkan adiknya positif dan dia langsung swab karena habis bertemu di hari Selasa. Kamis malam hasil swabnya positif. Saat itu juga saya langsung berangkat mencari laboratorium yang menerima swab pcr. No antigen-antigen club kalau begini ceritanya.
Di Sanan Medika, jam 10.30 malam tampak antrian di depan lab. Tapi PCR Swabnya sudah tutup, hanya antigen yang jalan 24 jam. Setelah bertanya sana-sini, diputuskan untuk besok saja PCRnya. Malam itu saya tidur pisah kamar sama anak-anak dan memakai masker semalaman.
Diam-diam PCR di Drive Thru Swab Center
Saya sempat ragu membawa anak-anak ke sekolah besok paginya. Tapi senyampang saya nggak bergejala setelah pertemuan hari ketiga, gapapalah ya. Walau ndredeg setengah hidup karena ini pengalaman saya swab pertama kali, akhirnya sampai juga ke lokasi Drive Thru Swab Center Persada Hospital di eks hotel Trio Malang.
Masih tutup saudara-saudara.
Di Instagram tercantum informasi bukanya jam 8. Saya sampai di gerbangnya 7.45. Mau muter lagi kok nanggung ya, akhirnya foto-foto dan bikin video saja lah sambil menunggu buka. 5 menit kemudian ada mobil turut mengantri di belakang. Disambung mobil berikutnya. Sehingga petugas pun mempersilahkan mobil antri masuk ke dalam.
Ngga seru ngga rebutan masuk ya klo drive thru, wkwkwk. Yang perlu disyukuri, antriannya nggak segila bumame yang sampai berjam-jam.
Prosedur Drive Thru Swab Center
“Pokoknya kamu di dalem mobil aja, ya ndaftar ya sampai bayarnya,” kata Boo, duta swab di grup kami. Makanya saya anteng aja ngantri, toh depan sendiri. Sendirian pun nyetirnya. Saat mulai beroperasi, petugas menyodorkan berkas data yang harus diisi, KTPnya diminta untuk discan. Isi datanya cuma no handphone dan email serta tanda tangan persetujuan tindakan.
“Antigen atau RT-PCR, bu? Untuk traveling atau diagnosis?” Tanya petugas saat mendata. Mbak petugasnya santai bertanya dengan memakai APD bermasker saja. “Pembayarannya cash atau cashless?” lanjutnya. Harga antigen 99ribu dan RT-PCRnya 275rb. Sejak kapan ya harganya turun drastis nggak jutaan lagi?
Mobil belakang saya nggak sabar. Ibu-ibunya turun dan bertanya ada berkas yang harus diisi? Mbak petugasnya gusar dan menyuruh ibunya balik ke mobil dan menunggu di sana saja. Apa gunanya drive thru ya, wkwkwk.
Urutan Swab Drive Thru
Biar kamu nggak nggak sabaran kayak ibu-ibu itu, gini ya caranya. Meja pertama pendataan dan pembayaran. Meja kedua tindakan Swabnya. Cukup dari dalam mobil saja nggak perlu turun.
Bahkan kayak open kitchen, kamu bisa melihat petugas yang melakukan swab dalam mempersiapkan alat-alatnya, menyimpan datanya, dan menyimpan sampel swabnya. Asyik aja gitu.
Tapi tetep saja saya permisi dulu kalau norak. Maaf ya baru pertama kali swab apalagi langsung usap tenggorokan juga. Masih menahan hoek-hoek, petugas menutup tindakan dengan “Hasilnya nanti ditunggu di email ya!”
Lalu saya berlalu. Keluar dari gerbang menuju pulang.
10 menit kemudian menjedot-jedotkan kepala ke jendela mobil. LUPA MINTA KUITANSI NGGA BISA REIMBURSE DONG INI!
Belum Keluar Hasil Swab Drive Thru, Ditambah Isu Ini
Minggu lalu menurut kabar dari suami, teman-teman kantornya bergantian sakit setelah diklat. Pagi saat saya berangkat swab, salah 1nya ijin isoman karena anak istrinya positif di rumah. Yang masih masuk kerja langsung deg-deg ser dan 2 orang yang masih di kantor diijinkan untuk swab lebih dulu. Keduanya positif dan langsung diarahkan untuk pulang.
Isunya langsung merebak. Suami dan sisa teman kantornya yang baru kembali ke lokasi langsung diberangkatkan swab menyusul. Antigen mereka negatif semua, syukurlah.
Tapi, saya jadi tambah deg-degan sumpah. Dan mengabarkan ke orang rumah.
Baru juga kirim surat cinta permintaan maaf karena mungkin terpapar, hasil swab saya dikirimkan di detik yang sama lewat whatsapp.
Negative.
Allahuakbar.
Saya langsung mengabarkan ke MakWu untuk meringankan beban pikirannya. MakWu yang sedang merasakan gejala covid dan menjadi boneka wawawa katanya, jadi lebih tenang dalam pemulihan. Dan merevisi pengumuman ke keluarga, wkwkwk.
Keampuhan Vaksin dan Booster atau Masker?
Saya nggak mau takabur. Tapi saya cuma mau bilang saja, vaksin itu kan nggak mencegah untuk tertular. Tapi cara kerjanya meringankan risiko saat tertular. Makanya saya tetep deg-degan menunggu hasil swab keluar, siapa tahu badan saya kuat dan mild symptoms karena juga barusan booster hari Jumat minggu lalu.
Vaksin 1-2 yang saya dapat adalah sinovac dan sinovac. Saat booster tersedia pilihan Pfizer atau Moderna. Petugas memilihkan Pfizer, dan efek vaksin booster-nya cukup menggoda sehingga di hari kedua saya cuma bisa tiduran saja.
Apakah masker works? TENTU. Meskipun saya sembrono juga tanpa memasang level waspada.
Lewat 12 jam dari hasil swab negatif keluar, saya masih maskeran di rumah. Masih harus waspada pada kondisi tubuh sendiri. Dan bertekad untuk lebih berhati-hati.
Di akhir kata, mohon doanya untuk teman saya ya. Dia sedang berjuang memulihkan diri, dan bapaknya juga sedang berjuang di rumah sakit untuk sadar kembali. Semoga mereka dapat berkumpul kembali dengan kondisi sehat seperti semula. Aamiin.
1 Comment