Hah? Inggil tutup? Kapan? Kenapa? Kok bisa? Ya, tahun lalu di saat warga Malang masih ribut WFH atau WFO, Resto Inggil tutup dalam kesunyian. Sunyi dalam arti circle saya ngga ada yang tahu kapan tepatnya dan kenapa tutupnya. Padahal saya masih bisa dihitung jari berkunjung membeli lauk di Warung Pak Hari, tepat di samping resto berada. Tapi saya juga ngga aware kalau restonya sudah tutup waktu itu.
Secercah titik informasi muncul sekitar bulan Agustus 2020. Resto Inggil akan buka kembali pada bulan Desember nanti, katanya. Tapi tidak di tempat yang sama. Resto akan buka di tempat yang berbeda. Jauh dari lokasi yang lama. Begini cerita hasil jalan-jalan ke lokasinya yang baru combo sekaligus bertemu Pak Dwi Cahyono, pemiliknya yang sedang bikin konten di meja makan Resto Inggil.
Covid19 Menghantam Semuanya
Tidak hanya saya dan kamu yang dirumahkan. Teman-teman penggiat pariwisata juga dirumahkan. Bedanya, saya dan kamu (masih) bekerja dari rumah. Mereka, kemungkinan kehilangan mata pencaharian karena tidak ada tamu yang berkunjung ke Malang. Tempat-tempat kuliner pun banyak yang gulung tikar. Resto Inggil salah satunya.
Tidak adanya wisatawan semenjak covid19 menyerang, terutama wisatawan mancanegara, membuat Pak Dwi harus memutar otak kembali. Keinginannya tetap menyajikan ‘Ini lho kekayaan budaya Malang,’ tetap menggelora. Di tempat yang baru, berjarak sekitar 10 kilometer dari tempat yang lama, Pak Dwi masih terus memikirkan caranya.
Cerita-cerita singkat bersama Pak Dwi Cahyono mengungkapkan alasan mengapa Resto Inggil memilih tutup.
Memilih Menyepi di Museum Panji
Membawa Resto Inggil menyepi di Museum Panji adalah salah satu cara menyelamatkan warisan budaya Malang yang dimilikinya. Kenapa saya bilang sepi, karena tempatnya agak jauh dari pusat kota. Berbeda dengan lokasi sebelumnya yang bahkan bisa dimasukkan dalam agenda keliling heritage Malang dalam sehari.
Dari yang lokasinya sangat hits karena bersebelahan dengan Balaikota Malang, selokasi dengan Alun-alun Tugu dan kompleks SMA Tugu yang bersejarah, juga dekat dengan Hotel Tugu yang menyimpan banyak koleksi bernilai tinggi. Lalu Resto Inggil diangkut ke tempat yang jauhnya sih cuma sekitar 4 kilometer dari Pintu Tol Sawojajar. Tapi masuk kawasan Malang coret sudah pasti memberi penilaian tersendiri bagi pelanggan restonya.
Lokasi Museum Panji di Tumpang
Dulu Pak Dwi memiliki Museum Malang Tempo Doeloe di samping Resto Inggilnya. Isinya tentang perjalanan sejarah kota Malang. Berbeda dengan koleksi Museum Panji yang terdiri benda-benda dari jaman Kerajaan. Wajar ketika kedua museum ini pun dipisahkan. Dan koleksi Museum Malang Tempo Doeloe tidak dijejalkan di museum yang lama. Sehingga ada rasa yang berbeda ketika melihat-lihat isinya.
Menuju Museum Panji pun mudah. Kalau dari gerbang tol Malang yang keluarnya di ujung Sawojajar, hanya sekitar 4-5 kilometer saja. Dekat kok. Apalagi dengan jalan yang sudah diaspal halus, perjalanan mungkin sekitar 10 menit saja sambil melihat sawah dan ladang di kanan kiri yang hijau.
Setelah belokan ke Lembah Tumpang mungkin jaraknya nggak sampai sekiloan. Cari saja Museum Panji atau Kolam Pancing Do Laris di sebelah kanan. Masuk gang tidak sampai 100 meter, turunan sedikit dan Museum Panji akan kelihatan di sebelah kiri. Tempat parkirnya luas!
Baca Juga, Lembah Tumpang Tempat Penuh Kenangan Ketemu Selingkuhan.
Masih Seperti Resto Inggil yang Dulu
Dengan konsep yang sama, layout resto di lokasi baru pun tetap sama. Hanya dulu di tengah kota dihimpit bangunan, jadi nggak punya halaman samping untuk melihat pemandangan. Juga ada penambahan area dining di depan.
Kalau kamu masuk dari pintu depan, ada jajaran gamelan lengkap menyambut di tengah ruangan. Masuk lagi ada ruangan musholla dan toilet di lorong. Lalu dilanjutkan dengan area koleksi mesin ketik yang dulu juga ada di resto lama. Dindingnya dihias dengan koleksi helm dari masa perjuangan Indonesia.
Di dalam ada toko kecil tempat Resto Inggil menjual merchandisenya. Masih seperti koleksi merchandise yang ada juga dulu, tetap disediakan mainan-mainan kayu, kain lurik dan kebaya, juga tas-tas lucu.
Pemandangan Hijau Terhampar di Samping Kolam
Berada satu lokasi dengan Museum Panji di atas area seluas 3 hektar, Resto Inggil yang baru kini punya banyak alternatif pemandangan. Ada hamparan rumput hijau di bawah dekat sungai, ada kolam-kolam renang bertingkat di sebelah museum, juga kalau mau yang lihat koleksi Pak Dwi saja.
Kamu juga bisa jalan-jalan ke taman di bawah yang menuju dam tempat sungai mengalir. Rumput hijau dan segar, suara burung di atas pohon, gemericik air yang mengalir, menenangkan perasaan. Sayang kayaknya barusan banjir besar sehingga banyak kotoran menyangkut di tepiannya saat saya main ke sana. Di bawah ada kolam ikan dengan patung-patung yang posenya lucu-lucu.
Jangan sampai malam-malam aja ke situ lihat pertama kalinya. Beneran jangan. Nanti kaget.
Tapi nggak mungkin sih malam-malam, karena jam buka Resto Inggil juga masih terbatas mengikuti aturan setempat soal pembatasan covid19.
Buka Jam 9 Tutup Jam 5 Selama Desember 2020
Masih dalam suasana terbatas karena pandemi belum juga berakhir wabahnya, Resto Inggil memangkas jam operasionalnya dengan membuka lebih pagi dan tutup lebih awal. Mengikuti jam operasional museum dan kolam renang kayaknya.
Bagi saya sendiri masih agak serem kalau malam-malam ke sana, wkwkwk. Karena belum tertata fasilitas pendukungnya untuk malam sih. Coba dibikin coffee shop juga, Pak Dwi. Celetuk saya. Ngopi pinggir kali pasti seru sekali.
Tapi jam 9 sebenarnya juga nanggung ya kalau untuk sarapan. Apalagi untuk yang lagi pada hobi sepedaan lintas alam. Jalur ke Tumpang itu ramai sekali dijelajahi. Akan seru misalnya bisa sarapan Nasi Inggil di situ. Pasti yang balik ke Malang akan kepayahan karena perut kenyang, hahahaha. Halah jalurnya juga turun saja kok.
Pecel Terong Andalan Menu Resto Inggil
Sebagai penggemar terong, menu ini yang pertama saya cari ketika membuka deretan makanan yang ada di buku menunya. Alhamdulillah masih ada Pecel Terong di sana. Sambel pecelnya itu lho, rasanya beda! Dulu sering sekali order ketika mengadakan acara.
Untuk pemesanan pecel terong berjumlah banyak, disajikan di layah besaaar kayak untuk membuat rujak cingur. Sambal pecelnya di tengah-tengah, dan jajaran terongnya memutari pinggir layah. Sungguh sebuah kemauan kuat untuk tidak mencolek sambal langsung dari tengah-tengah.
Sedangkan untuk pemesanan pecel terong per porsi, disajikan dengan layah yang lebih mungil. Satu ini hanya untuk saya sendiri karena mas bojo nggak suka terong, anak-anak belum bisa pedes. Bahagia rasanya.
Menu Baru Nasi Inggil
Resto Inggil di tempat baru punya menu yang wajib coba. Namanya Nasi Inggil. Yha. Ga jauh-jauh sih milihnya biar gampang diinget pastinya. Terdiri dari nasi yang sebenarnya sudah dibentuk kerucut, tapi kesenggol si bocah jadi bergelimpangan di tampah.
Nasinya ditemani urap-urap segar, tahu tempe garing, dan ikan asin. Ayam goreng renyah, sambal dan kerupuk jangan lupa. Menambah pilihan ketika makan di tempat mumpung sepi hanya ada saya sekeluarga. Diiringi riuh suara beberapa anak berenang, bocah-bocah jadi tidak sabar untuk segera menyusul main air.
Namun kolam renangnya masuk ke dalam area Museum Panji. Jadi jangan lupa bayar ya. Murah kok ^^.
Tips Kulineran ke Resto Inggil yang Baru
Lokasinya agak di luar Malang Coret. Masih terjangkau dengan kendaraan pribadi atau taksi online karena berada di ruas jalan kabupaten. Sering orang berkomentar ‘Lho kok jadi jauh? Ogah ah kalo di Tumpang,’ dan sebagainya. Sebenarnya cuma 3 kilometer aja dari Sawojajar kok. Trafficnya juga los ngga ada lampu merah, jadi tidak terasa jauh.
Akan terasa jauh kalau misalnya di tkp ternyata ramai sekali. Yha, setelah diketahui khalayak, Resto Inggil kini dijadikan base untuk berbagai kegiatan alam sepertinya. Dilihat dari akun Instagram-nya, Pak Dwi kini sudah disibukkan dengan kedatangan turis-turis kembali. Better kamu tanyakan dulu saja apakah ada kunjungan besar ke lokasi sebelum berangkat.
Ingat, terapkan selalu 5M + 1M. Plus nambah 1M adalah kalau kamu nggak sama sekali atau tidak bisa menerapkan ke 5M untuk pencegahan covid dan malah menguploadnya di media sosial. Antara caper dan camat. Cari perhatian atau cari mati dibully, silakan dipilih salah satunya.
Happy weekend!