cimory dairyland 2024

Mata Berkunang-kunang Sampai Pingsan di Wahana Kitiran

Membuka awal liburan di akhir semester ganjil, kebetulan diajak teman ke Cimory Dairyland. Ada wahana baru, mbak neng, katanya. Dari minggu sebelumnya kami sudah merencanakan segala sesuatunya, mulai transportasi sampai pengaturan jadwal para suami. Sayangnya rencana tinggal rencana. Kok ya jadwal menstruasi maju banget combo dengan kondisi perut yang lagi nggak OK. Kalau menstruasi biasa saya sih nggak papa, tapi belakangan saya khawatir mulai memasuki masa PeriMenopause.

Ini adalah periode transisi di mana perempuan mulai merasakan tanda-tanda menuju menopause. Saya sendiri cuma mengamati bahwa perdarahan yang terjadi lebih banyak dibandingkan dari tahun kemarin. Ngeri sungguh di 2-3 hari pertama siklus menstruasi. Hingga saya terlihat pucat dan jujur perlu mengakui kayaknya saya jadi anemia. Jadwal ke Cimory kemarin jatuh di hari ke3 saya menstruasi. Ditambah kondisi nggak sip kekurangan energi akibat diare, jadilah saya nggeblak di wahana kedua yang dimasuki di Cimory Dairyland.

Museum Susu, Aman!

Setelah mengurus tiket dan deposit uang untuk jajan-jajan di dalam kawasan wisatanya, saya masih menyempatkan untuk tap down isi perut. Kentang goreng yang dicemil selama perjalanan berangkat pun sudah sirna efeknya. Lanjut turun ke Museum Susu di mana Cimory memaparkan history produksinya selama ini. Lucu-lucu ada display interaktif suara sapi yang berbeda-beda dari jenis yang dimiliki di peternakannya.

Rute perjalanan di museum ini juga sudah berbeda dari terakhir berkunjung ke sini ketika anak-anak masih naik stroller. Mungkin sekitar tahun 2020an ya, masuk museum cuma muter saja dan kembali ke tangga. Di tahun 2024, sudah ditambahkan area outdoor dengan sapi-sapi artifisial yang memakai seragam warna-warni. Next route ke Windmill pun jadi lebih panjang. Di sinilah bencana dimulai.

Ada Shortcut di Windmill Jangan Disia-siakan

Dengan rute perjalanan Museum Susu yang lebih panjang dan naik turun, badan saya terasa mulai protes. Heh neng, kamu belum kuat untuk jalan jauh. Bisikan itu sebenarnya saya dengarkan, tapi saya terpesona dengan suara kitiran yang membahana di lembah Cimory Dairyland itu. Ribuan kitiran berputar bersama. Warna-warni dari atas sampai bawah. Iya, bawah. Sepertinya turun tangga sampai 3 tingkat bangunan perumpamaannya. Turunnya seperti nggak papa, tanjakan baliknya yang bikin cemas.

Setapak dua tapak anak tangga, duduk. Selangkah lagi, duduk. Saatttt, nggak ada emergency exit ini di sini ya, pikir saya. Kemudian saya memaksa menghela badan naik 2 tanjakan di 3 tanjakan terakhir sebelum pintu keluar terlihat. Tidak sampai. Di tikungan tanpa payon pepohonan saya mengambil jaket pak suami, menggelarnya, dan langsung menggeblakkan diri di sana. Rasanya hilang sejenak. Gelap.

Ketika sudah bisa melihat lagi saya nggremeng ke pak suami dan ule yang menemani, “Ini Cimory nggak ada CCTV lokasi apa gimana? Ada pengunjungnya pingsan gini nggak ada petugas yang ngecek!” Setelah menarik napas dan minum air seteguk dua teguk, saya kembali menghela badan untuk naik ke pintu keluar. Di kelokan atas tempat saya nggeblak ituu ternyata adaaa shortcut dari terowongan windmill untuk langsung ke pintu keluar! Jahanam nggak kelihatan!

Untung Ada Sewa e-Bike 50.000 Per Jam

Saya sempat nggeblak lagi di kursi counter jajan di pintu gerbang windmill. Sementara anak-anak dan teman-teman main lempar sapi di sebelah. Keluar area windmill saya langsung minta order e-bike karena melangkahkan kaki rasanya luar biasa berkunang-kunang. Tinggal tap saja dari deposit uang yang sudah diisi ke kartu, e-bike bisa langsung dibawa. Ya cuma sekadar biar saya nggak perlu naik tanjakan lagi aja karena setelah itu di area feeding animal, sudah cukup aman.

Memang jadi tidak menikmati banget tapi daripada pingsan lagi gimana? Oya, masih ada 1 tanjakan terakhir sebelum pintu keluar yaitu area kolam keceh yang berkelok naiknya. Lumayan saya terselamatkan. Anak-anak lanjut berenang, pak suami dan teman-teman naik ke Sky-Ride, saya istirahat di bawah payung piknik. Tidur beneran. Balik ke area loby Cimory langsung naik lift, tapi ternyata masih naik tangga lagi keluar dari pintunya. Allahu.

Budget Jajan Selangit, Mama Memang Nggak Boleh Sakit

Seperti wahana-wahana lainnya, setelah jalan-jalan kita disuguhi tempat oleh-oleh jajan. Nggak ada tempat duduk at all di sepanjang mata memandang hamparan produk-produk Cimory. Saya nggak kuat, nggelesot di dekat boneka. Anak-anak bawa keranjang sendiri memilih jajan. Saya hanya pesan pengen momoroll saja. Di kasir totalannya melewati setengah juta. Kalau saya nggak sakit, pasti itu bisa separuhnya nggak sampai, hih.

Pulangnya pengen banget makan creamsoup di gerai ayam di Taman Dayu, tapi godaan ke Kepiting Cak Gundul begitu besar. Walau nggak nafsu makan, masih sempet nyobain kepitingnya sih. Cuma bayangan creamsoup aja yang nggak hilang-hilang sampai sekarang.

Syukurlah Momoroll Cimory dan segala cokelat-cokelatan yang dibeli rasanya ENAK SEMUAAA!!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *