Hampir sebulan terhitung sejak saya masuk rumah sakit karena batu empedunya mulet-mulet. Membuat saya kadang merinding disko kalau mengingat seharian muntah-muntah sampai berhentinya diberi pereda nyeri. Dan terhitung hampir empat minggu merasakan suka duka hidup tanpa empedu setelah dicabut pada tanggal 11 Januari 2023. Am I healthy? Bismillah.
Pesan Dokter Anestesi: Periode Adaptasi 3-6 Bulan Tanpa Empedu
Fungsi empedu dalam sistem pencernaan membantu memecah lemak yang dikonsumsi. Kantung empedunya tentu untuk menyimpan cairan empedu yang dihasilkan si hati. Jika berfungsi dengan baik, lemak dapat dicerna si empedu. Bagaimana jika hidup tanpa empedu? Lemak bakal njijris saja langsung ke usus tanpa dicerna.
Dokter Doni menitip pesan, hati-hati pola makannya dijaga dengan baik. Jika berlebihan mengonsumsi lemak-lemak, risikonya akan mengalami diare 20 hingga 30 kali sehari. Tapi, tubuh manusia itu pintar. Lambat laun juga akan adaptasi, setidaknya sampai 6 bulan paling lama jika tidak cocok dengan makanan yang sebelumnya dikonsumsi nggak apa-apa, ke depannya bisa tetap aman.
Teman-teman alumni pemilik kantung empedu terus membesarkan hati ketika saya pulang dari rumah sakit bulan lalu. Mereka lah yang menjadi tempat curhat kalau saya mulai down karena nggak boleh makan ini itu.
Pesan Dokter Internist: Tetap Butuh Protein Hewani, Kok, ASAAL….
Salah satu pertanyaan penting di episode terakhir kontrol ke Dokter Dwicha adalah masih boleh ngga sih makan seafood? Memangnya habis makan seafood ndak terasa kaku lehernya, ditanya balik sama pak dokter. No, saya nggak pernah merasakan tanda-tanda kolesterol meningkat tajam seperti itu sih. Jadi saya agak ngga peduli gitu kalau pengen makan kerang-kerangan favorit apalagi kalau dibikin saus padang.
Dokter menjawab bijak, sebisa-bisanya manusia hidup tanpa protein hewani, tubuhnya tetap butuh protein hewani. Tapi karena sudah tidak punya empedu lagi, ada baiknya mulai mengurangi. Secukupnya saja. Atau kalau memang habis party BBQ Grill dan mukbang seafood, perbanyak olahraganya.
In short, lebih banyak olahraga ya mulai sekarang, kata dokter. Bagaimanapun hidup tanpa empedu bisa tetap sehat, tapi perlu adaptasi lebih tinggi karena tidak semua makanan bisa dicerna lagi.
Catatan: Makanan yang Bikin Diare Setelah Hidup Tanpa Empedu
Wilda teman dekat saya yang tahun 2016 lalu menjalani operasi cabut empedu, adalah panduan buat saya memilih-milih makanan. Seminggu pertama saya diet beneran. Hanya makan nasi berkuah seperti sop, soto, semur, tapi yang bening-bening. Ngemil buah. Woh berat badan saya langsung anjlok turun hampir 5kilogram.
Minggu kedua baru mencoba makanan-makanan ikut menu di meja makan di rumah. Seiring mencoba menambah aktivitas dengan mulai jalan kaki. Dari satu blok dua blok. So far tidak terjadi diare-diare yang berarti sampai saya mencoba makan indomie goreng. 1 porsi, dengan telur. Tidak lama, sekitar 15 menit kemudian langsung terdorong keluar. Waaah seperti ini rasanya. Tapi ya cuma sekali saja kok.
Kemudian saya mulai mencoba-coba makanan lain dengan mengurangi porsinya. Aman. Lalu mulai ikut teman-teman makan bersama. Sushi Tei waktu itu. Porsi saya memang berlebihan, saking senangnya ketemu perghibahan setelah terakhir bertemu sebelum tahun baru. 30 menit setelah keluar gerai, saya meluncur ke toilet. Widih, akhirnya kali kedua.
Kali ke tiga diperoleh setelah makan bakso bakar Pak Man. Hari itu saya membenarkan polis asuransi yang saya miliki ke agen baru. Mumet tau melihat asuransi tanpa mencoba memahami bahasanya. Beruntung saya memiliki teman yang nglontoki banget cara menjelaskannya ke bahasa manusia. Tapi menguras energi untuk berpikir, jadi saya sekalian mencoba bakso bakar apakah sudah bisa diterima belum. 1 porsi 10 pentol, dengan sepucuk jari sambal. Beruntung selesai makan langsung pulang.
Saya bahkan ngga sempat masukkan mobil ke garasi karena langsung masuk toilet kali ini. Episode terakhir coba-coba yang agak-agak adalah sate taichan tanpa sambal disambung roti dan gelato. Ini aman, tapi saya kompensasi dengan durasi olahraga yang lebih banyak paginya.
Memang Tanpa Empedu Harus Coba-coba Dulu
“Jangan langsung 1 porsi mbak. Atau kalau 1 porsi langsung bereaksi, better dikurangi lagi besoknya kalau mau coba lagi,” pesan Wilda kemudian. So far tidak banyak perubahan memang. Dari makannya coba-coba, begitu juga porsi olahraganya.
Saya ingat sekali H+1 pulang dari rumah sakit dan langsung dipakai jalan-jalan beli buah di Superindo, pulangnya blackout. Nggliyeng parah, berkunang-kunang, keringat dingin, tapi saya berhasil mencapai rumah. Rebahan, merem, dan bangun baru malam hari dari pulang sekitar jam 1 siang hari itu. Cuma satu kali saja, dan saya belajar banyak soal kekuatan tubuh pasca operasi. Kata dokter Dwicha sih mungkin masih ada pengaruh anestesi. Tapi ya saya bilang saya yang ngeyel.
Setidaknya sekarang leher saya tidak terlalu lebar lagi. Meski perut masih gendut dengan 4 bekas lubang di sekitarnya. Saya masih beraninya jalan kaki dan angkat beban sedikit-sedikit. Mencoba lari-lari ringan sekali paling cuma 50meter. Dan ketika menambah rute jalan kaki sampai 2 komplek, sampai di rumah saya nggliyeng kembali.
Ya. Penyesuaian hidup tanpa empedu ini masih akan berlangsung lama. Tapi senyampang saya bisa mengatasi ketakutan operasi, saya pasti bisa melalui adaptasi ini.
Kalo Wilda bisa, kamu pasti bisa juga. Semangat Aik!