Spill-spillan sedikit dari kasus kesehatan yang dialami kemarin waktu operasi cabut empedu. Saya punya asuransi pribadi, asuransi dari kantor, dan BPJS. Seharusnya aman kan ya? Mau perawatan yang lebih baik ya pakai asuransi, tapi pakai BPJS juga nggak masalah harusnya. Jadilah saya tetap pakai kartu asuransi untuk perawatan. Ternyata ada eneknya juga sampai saya perlu bilang jangan pakai asuransi, rugi. Why?
Nggak Paham Polis Asuransi yang Saya Miliki
Semenjak terlunta-lunta di Instalasi Gawat Darurat rumah sakit rujukan terbesar di kota saya pada 2014 lalu, saya membulatkan tekad untuk memiliki asuransi. Gile ndro, perasaan saya hanya kumat-kumatan sakit lambungnya, pas masuk IGD lama sekali ditanganinya. Akhirnya sampai habis cairan lambung dimuntahkan, blackout tidak sadarkan diri, dan diselang-selang dari hidung kemudian. Dikira uda mau mati sepertinya.
Waktu itu BPJS belum wajib dimiliki, belum wajib diberikan juga oleh perusahaan tempat bekerja. Setelah rawat inap baru daftar sehingga perawatan tetap bayar mandiri karena belum bisa digunakan. Begitu pulih saya langsung menghubungi teman kantor yang freelance-annya agen asuransi. Sebut saja Prudential.
Sudah tuh apply, apply, apply, dan diterima. Saya pun membayar polis bulanan sesuai premi yang disepakati. Ada terselip investasi unitlink di premi saya, karena saya request untuk ada poin investasi biar kalau asuransi kesehatan tidak terpakai saya masih memiliki tabungannya. Aman sepanjang sampai 2017.
Dipakai Sekali Karena Lambung Kumat Lagi
Dengan pembayaran autodebit setiap bulan di tanggal gajian, saya bagaikan menyisihkan anggaran menabung saja rasanya. Hanya sekitar 150ribu rupiah saja untuk investasi unitlink saya sejak pertama polis diterbitkan. Q4 tahun 2016 saya hamil anak pertama, 2017 masuk rumah sakit karena lambung disundul perut yang semakin besar. Padahal di usia kehamilan 5 bulan saya sehat segar bugar sampai masih bawa motor besar.
Muntah-muntah tidak berkesudahan nggak cuma morning sickness saja, tapi seharian sampai mengganggu pekerjaan. Akhirnya masuk perawatan Persada Hospital yang dekat kantor tinggal ngesot itu. Cukup menunjukkan kartu Prudential yang saya miliki, masuk dan dirawat dengan baik biarpun sempat merasakan infus di tangan kanan kiri.
Itulah kali pertama dan terakhir saya memakai kartu Prudential sampai 2023 ini.
2023 Polis Asuransi Tidak Mencukupi Untuk Operasi
Biarpun sudah punya asuransi kesehatan, jangan lah sampai sakit. Pesan saya demikian karena berdasarkan pengalaman. Bedanya hanya you don’t need to worry tabungan kepakai-pakai kalau sudah punya asuransi. Dan memahami polis asuransi yang kamu miliki. Ada perusahaan asuransi yang akan membayari perawatanmu sampai sembuh.
Sayangnya agen asuransi Prudential saya resign. Polis saya dilimpahkan ke agennya dan I don’t give a fck karena dipikir tidak ada yang perlu diubah sejak tahun 2014 sepertinya. 2022 akhir kesehatan saya kembali terganggu. 2023 didiagnosis harus dilakukan pencabutan kantung empedu. Masih terlara-lara dari IGD Persada, saya menyodorkan 2 kartu asuransi, Prudential dan KSK dari kantor, untuk proses perawatan selanjutnya. Masih diperbolehkan pulang sih waktu itu.
Enggak kepikiran pakai BPJS sayangnya, ehehehhe.
DI SINILAH GEMES BILANG JANGAN PAKAI ASURANSI DIMULAI
Siang itu telepon dari fixed number saya angkat. Dikabarkan dari bagian klaim asuransi Persada Hospital bahwa plafon Prudential saya tidak mencover seluruh perawatan. Masih harus menambah 30jutaan lagi menurut perhitungan bagian asuransi. Sedangkan asuransi KSK masih dalam proses pembaharuan keanggotaan setelah ganti tahun. Bagaikan pelanduk di tengah-tengah bukan?
Jelas asuransi Prudential saya singkirkan dulu dan fokus mengejar nomor keanggotaan KSK karena plafon tahunannya cukup untuk melanjutkan operasi. Sampai ketika kembali tepar masuk UGD, nomor tersebut belum juga keluar. HRD dan CS KSK menyampaikan seharusnya tetap tercover, tapi prosesnya tidak bisa sebentar. Saya pun terdampar di UGD cukup lama sampai titik temu kesepakatan KSK, HRD, dan Persada mencapai hasil akhir.
Yang penting ditangani dulu. Lalu selama perawatan, kakak menawarkan temannya agen Prudential untuk diapproach soal polis yang saya miliki. Kebetulan saya kenal juga karena kakak kelas waktu SMA. Kabar buruknya, polis saya sudah out of date yang mana ada pembaharuan pada tahun 2018 dan seluruh asuransi kesehatan harusnya pindah ke blackcard Prudential. Inilah susahnya ketika tidak memiliki agen dan tidak mengenal agen yang dipindahtangankan sehingga saya bilang jangan pakai asuransi, hih!
KSK Mengcover Kamar Perawatan, Kunjungan Dokter, MRI, Sampai Laparoscopy
Semoga ini adalah satu-satunya waktu saya memanfaatkan maksimal asuransi kesehatan dari perusahaan yang saya miliki. Selepas tahun baru, rumah sakit masih penuh dengan orang-orang yang salah makan masakan yang dihidangkan saat pergantian tahun. Mau dirawat sesuai kelas, tidak ada bed yang kosong. Mau naik kelas adanya VVIP yang juta-juta di kamar reguler. Akhirnya saya memilih ruang BPJS yang tersisa. Perawatannya sama, hanya dicover asuransi saja. Tau gitu kan pakai BPJS sekalian ya? Etapi nggak bisa cover laparoskopi sih.
Awal-awal perawatan saya adalah meredakan organ-organ tubuh yang meradang karena kinerja empedu terganggu. Antibiotik disuntikkan pagi siang malam. Belum lagi obat-obat suntik lainnya. Visite dokter bedah digestive dan dokter penyakit dalam, juga dokter anestesi sebelum dan sesudah operasi. Tapi karena ya dirawat untuk meredakan organ dalam, akhirnya saya kayak pasien gabut. Mandi sendiri, buka laptop, ikut weekly meeting pun juga.
Alhamdulillah asuransi KSK mengcover semua perawatan sampai operasinya. Saya pulang lenggang kangkung tanpa membayar biaya apa pun. Prudential bisa apa? Gemas saya, rugi rasanya membayar bertahun-tahun dan tidak bisa memanfaatkan di saat paling membutuhkan.
Masa salah nasabahnya?
1 Comment