Dengan demikian saya bisa melihat bagaimana seekor Livina menabrak pintu sisi kiri mobil saya. Terima kasih, review The Singhasari ini melengkapi catatan jalan-jalan saya dengan ‘sesuatu’. Ada yang masih ingat ketika saya menulis ‘sesuatu’ di Santika Hotel beberapa waktu lalu? Ehehehe.
Dimulai Dari, Nginep ke The Singhasari Yuk?
Bulan Juli lalu banyak hal yang dirayakan keluarga besar kami. Tapi waktu berkumpulnya nggak ada. Menumpuk dan menumpuk karena kesibukan sehari-hari, akhirnya kami sepakat jalan-jalan mengajak orangtua staycation di hotel guwede di sebelah Senyum World. Lagi-lagi karena kesibukan kami tidak bisa berangkat bersama, terpisah 2 mobil dan bertemu di sana.
Sienta sudah dilego, saya membawa avanza secondary car milik kakak menuju ke TKP. By the way, hotel ini dulu sempat mangkrak dan ada cerita serunya lho!
Review The Singhasari dan Sejarahnya Saya Main ke Sana
Sebelum menjadi hotel bintang 5 (atau 4?), bangunan ini dulu mangkrak bertahun-tahun. Sama seperti bangunan Gedung Among Tani. Diam membisu. Lalu dipakai main tembak-tembakan airsoft gun, hehehehe. Sebuah setting tempat yang ok sekali untuk skenario perang kota. Tapi waktu itu saya belum bergabung, hanya suami dan teman-temannya waktu SMA kayaknya yang bermain .
Bersenjatakan tali-tali pramuka, mereka menghadang lawan dengan memanjat dari satu lantai ke lantai tempat musuh berada. Iya waktu itu masih pramuka dong. Kunjungan berikutnya sudah anak 1 dengan teman-teman vemale.com. Ketiga kalinya dengan anak 2. Kurang lengkap bagaimana The Singhasari menjadi bagian dari perjalanan hidup kami. Kini dengan accident kecil yang sakjanya nggak perlu dialami.
Hotel Buwesar, Parkirannya Louuwasss!
Tapi jauh. Sepanjang ingatan saya waktu pertama kali review The Singhasari, jalan dari lobby ke lokasi acara Vemale itu jauuuh. Ternyata setelah diingat-ingat karena dapat posisi parkirnya agak di pinggiran dekat area keluar. Ke lobby kan jadi nanjak tuh, nggendong Gaga waktu berat 12kg kan lumayan tuh pantes waktu itu saya kurusan.
Kedua kalinya membawa anak-anak ke sini, saya drop-off saja berikut barang-barangnya di lobby baru mencari parkir. Kebetulan sabtu itu ada acara wedding di hallnya. Otomatis parkiran menginap terdekat occupied juga dengan tamu-tamu wedding. Mobil diarahkan bapak security dan bapak parkir untuk diposisikan di pinggiran hall di samping pintu masuknya.
Ngga ada feeling apa-apa. Cuma happy aja paling jalannya ga sampai ngos-ngosan untuk check-in di resepsionis.
Proses Double Check-in yang Terasa Amannya
Sepertinya mengikuti tata cara jaga jarak saat negeri kita dilanda pandemi, area resepsionisnya kini dibuat menyirip. Satu konter check-in untuk satu tamu, ada sekitar 4 meja di sana yang diberi penyekat kaca. Pretty much safe. Tamu-tamu yang datang dipersilakan mencicipi welcome drink segar beraroma rempah.
Berbeda dengan kebiasaan staycation yang membeli lewat OTA, kakak memesan kamar by phone. Kamar sudah dibayar lunas tapi perlu double check-in dengan bukti identitas pemesan. Untung ya dia sudah selesai praktik dan sudah dalam perjalanan menuju TKP sehingga tidak menunggu lama. Itu saja saya sudah kehilangan 2 anak dan embah-embahnya yang entah menunggu di mana setelah saya drop-off.
Hotel ini emang nggak karu-karuan luasnya, hahahaha.
The Singhasari dan Mengapa Anak-anak Mencintainya
Satu, karena luasnya anak-anak nggak kehabisan ruang untuk menggelontorkan energi yang dimiliki. Setelah mengurus barang bawaan ke kamar, saya mencari rombongan sirkus yang terpisah itu sampai ke parkiran. Beneran, lagi main di dekat kolam air mancur. Lalu menggiring mereka ke kamar dulu sambil melewati area Painting untuk anak dan saya lewati terus karena lapar berat ingin segera makan bekal dulu. Rute menuju The Singhasari sedang cukup padat dan saya bawanya mobil manual. Lapar!
Kamar dengan tempat tidur twin jadi terasa lapang untuk anak-anak bermain sembunyi-sembunyian. Waktu gorden dibuka terhamparlah taman luuuuuuaaaasss di belakang kamar, dan mereka segera hilang kembali ditelan hijau-hijau sesemakan. Naik sedikit ada kolam ikan, turun sedikit ada lapangan golf mini. Berputar lagi ke belakang kolam ikan nah di sanalah surga anak-anak. Dari lapangan basket, tenis, dan tentu playground beserta panjat-panjatannya.
Di depan playground ada area ketangkasan kecil, dan di bawahnya terhampar kolam renang yang biruuu dan mengundang. Kolam renang The Singhasari dingin airnya untuk anak-anak? Tenang!
Kolam Renang Anak, Jacuzzi Air Hangat, dan Lifeguard yang Waspada
Review The Singhasari seperti review hotel pada umumnya yang saya cari. Apakah ada kolam renangnya? Tidak peduli di udara dingin kota Batu sekalipun, anak-anak sangat hobi nyemplung dan berendam. Begitu juga di sini. Selesai menghilang di balik pohon dan melihat kolam renangnya, mereka pun langsung ribut ingin ganti pakaian. Ruang ganti di dekat kolam terdiri dari banyak bilik dan ada locker di dalam. Handuk disediakan dengan menyebutkan nomer kamar.
Kolam renang The Singhasari terdiri dari 3 tingkat kalau tidak salah. Untuk anak-anak yang dangkal, sedalam 1,3 meter, dan lebih dalam lagi di bagian atas sedikit dengan ring bola di pinggirannya. Di musim kedatangan Maba sekitar Juli Agustus airnya dingin ditambah hembusan air bertiup. Anak-anak bertahan dengan hiburan bola plastik yang disebar mbak-mbak lifeguard. Mereka sangat sabar mengembalikan bolanya ke dalam kolam sambil memerhatikan gerak-gerik anak-anak yang berenang.
Kalau ada yang lolos dikit, ditungguinya anak-anak tepat di belakang sampai dirasa aman. Tanpa bilang apa-apa kecuali geraknya membahayakan. Mereka juga sigap mengingatkan pengunjung kolam yang mencoba fasilitas swing trampolin tapi belum ada penjaganya. Di sisi lain, matanya juga tajam mengawasi anak-anak yang bermain di jacuzzi air hangat. Jadi saya sempat berenang-renang sendirian karena merasa anak-anak cukup aman.
Sampai Kelaparan di Kutaraja Boutique Restaurant
Anak-anak biasanya cukup rewel saat kami travelling. Ayam dan kentang goreng biasanya cukup ampuh menjaga mereka tetap mau makan di jamnya. Nah, sejak parkir sampai malam hari di The Singhasari, kami bahkan nggak kepikiran untuk kulineran karena makan malam banquet juga termasuk paket menginap di sini. Rombongan keluarga kecil saya menyerbu setiap stall untuk saling mencicipi dan menentukan menu paling enak di Kutaraja Boutique Restaurant-nya.
Menu terenak pilihan saya adalah Bubur Sumsum Ubi Ungu yang diambil sampai 3x. Mama menyukai gorengan dan petisnya yang enak. Sedangkan masbojo menyukai sate ayam semi taichannya. Anak-anak? Diambilin segala macem menolak sampai akhirnya kelaparan dan memutuskan nasi kuah bakso adalah menu makanan terbaik malam ini. Sampai malu bolak-balik mengambil nasi putih di menu buffet dan kuah bakso di stallnya.
Pilihan terbaik makan di restoran tanpa keluar hotel, memang. Nggak keluar duit lagi sudah bisa makan segala macam sambil menikmati malam. Kami semua anteng menikmati fasilitas hotel setelah makan, seperti main di indoor playground meski kelewatan acara musik kecil di dekat kolam renangnya. Lalu anak-anak tidur setelah puas bermain, jadi gagal beneran mau keluar melihat Batu di waktu malam.
Buyarnya Ketenangan Pagi di Singhasari
Berada agak masuk ke dalam tidak di pinggir jalan membuat hotel ini tenang sekali di waktu pagi. Gorden blackout menyekat matahari pagi masuk ke kamar. Tapi semangat anak-anak tidak pernah pudar. Di minggu pagi kenapa mereka begitu semangat bangun pagi dibanding hari-hari lainnya ya? Masih cukup gelap sebenarnya, anak-anak sudah ribut ingin main di taman. Begitu pintu teras dibuka, hilang kembali mereka ditelan pepohonan.
Menjajah playground lalu menyemplung ke kolam. Di saat itulah telepon dengan jeritan membahana ‘WIK MOBILNYA KENAPA?’ membuat semangat nyemplung kolam dan sedikit angkat beban di fitness centernya hilang.
Mobil Pesok di Parkiran yang Sepi Mamring
Demi Tuhan, saya menyetir dan memarkir mobil tanpa menyenggol siapapun sampai The Singhasari. Mobil saya parkir di tempat yang diarahkan petugas keamanan dan bapak parkir. Paginya ketika kakak mau mengambil minum di mobilnya, dia melihat mobil yang saya bawa masih sendirian di tempat dengan pintu sebelah kiri yang pesok sampai pintu belakangnya terimbas. Tidak ada satu pun mobil di dekatnya, namun ada pecahan lampu rem merah yang tergeletak di bawah.
Kakak dan suami langsung bergerak mengurus temuan ini ke security. Pihak The Singhasari merespon dengan cepat dan meminta keluarga kami tenang dulu. Mereka berjanji untuk melihat rekaman cctv dan mencari pelakunya. Saya percaya-percaya aja sih.
Lalu makan pagi dengan tenang di antara keriuhan acara wedding sebelah restoran, bersih-bersih kamar, lanjut anak-anak bermain kembali di playground sambil memilih painting gambar dan celengan tanah liat. Paksuami menunggu di kamar karena pihak The Singhasari akan menghubungi di kamar. Sampai nggak nafsu ikut horse riding dan scootering keliling hotel.
Jam 11 kami mulai cemas karena semakin dekat jam checkout tapi belum ada kabar. 11.30 ditanyakan kembali dan ada mobil tamu juga yang bempernya pesok di sisi lain parkiran. Diketahui mobil dengan lampu rem yang cowak tersebut adalah keluarga wedding pagi ini di The Singhasari. Manajer hotel mengupayakan mediasi untuk bertemu pelakunya.
Mobil Korban Tabrak Lari, Kronologinya?
Begitu alasan pelaku ke anaknya yang sedang ada acara wedding di hotel ini. Lucu sih, mobil korban tabrak larinya ditinggal aja gitu tanpa melapor dan pelaku menemui keluarga saya masih dengan beskap dan kerisnya. Sepertinya karena takut dimarahi sama anaknya. Kejadian tersebut justru terjadi pagi hari ketika pelaku datang ke hotel. Entah mengapa ketika mundurkan mobil tidak menuju arah yang kosong malah menghantam pintu mobil saya. Either kaget karena jalannya turun, atau apakah mobilnya matic, tidak ada jawaban.
Namun dia tidak melarikan diri dan berjanji untuk mengganti biaya perbaikan tapi kami tidak membawa data identitasnya kecuali nomer hp saja. Manajer The Singhasari berjanji akan terus mengawal kasus ini jika pelaku tidak bertanggungjawab di kemudian hari karena masih ada acara weddingnya sampai malam.
Long short story, ketika berhembus kabar terjadi cluster keluarga dari wedding di hari Sabtunya, mobil baru janjian diperbaiki beberapa hari kemudian. Per 3 Agustus 2022 pintu mobil sudah mulus kembali. Terima kasih bapak, semoga tidak dimarahi anaknya.
Terima kasih bapak manajer, review The Singhasari saya ditutup dengan pujian terbaik untuk seluruh pihak hotel. Bahkan ketika checkout pun resepsionis menanyakan kesan-kesan menginap di sini. ‘Hanya mobil ketabrak orang di parkiran itu aja kesan buruknya, mbak,’ kata saya. Penyesalan pun diucapkan mbak resepsionis dan mengantar keluarga saya ke mobil untuk terus menenangkan bahwa hotel akan tetap bertanggungjawab sepulang kami dari The Singhasari.
VERY GOOD JOB!