Orang bilang jangan pergi dengan membawa masalah. Tinggalkan yang baik-baik di rumah. Biar jika terjadi suatu apa, tidak ada penyesalan yang menjadi pemberat di jalan, sesederhana itu. Jadi, saya sudah siap dengan sesuatu yang baru ketika memilih Yogyakarta sebagai tujuan ketika sejenak ingin lepaskan beban.
Ya, pulang ke Yogyakarta tidak pernah jadi sedeg-degan ini. Kota yang saya tinggalkan bertahun-tahun setelah sibuk bekerja di ujung Pulau Jawa lainnya. Ketika harapan itu nyaris sirna, memilih menuju kota ini seperti sebuah perjalanan mengembalikan nyawa. Meski semalam saja, memilih hotel ARTOTEL Yogyakarta sepertinya menyenangkan.
Tepat tengah hari saya laju memasuki jalan tol Pakis dari Malang yang masih gratis. Tidak lama di sisi sebelah kanan terlihat gedung BINUS yang tampak seperti markas Batman. Masuk tol SUMO kalau mau ke Yogya, kata kakak ipar. Kecepatan mobil saya jaga di 80km/jam. Di gerbang tol SUMO, tampak beberapa polisi lalu lintas menghadang beberapa kendaraan yang sepertinya melanggar batas kecepatan kendaraan di tol.
Persiapan Sebelum Berangkat ke Yogyakarta Lewat Tol
Sebelum masuk tol, saldo e-toll sudah berada di angka Rp550.000. Tap di Kejapanan, tap di SUMO, lanjut bablas tap di Colomadu, saldo tinggal Rp270 sekian ribu. Dari ruas tol tersebut, perjalanan yang memakan waktu lama dari Colomadu ke Yogyanya, kapan sih jalan tol bisa turun di Yogya, sambil berkeluh kesah saya menyelinap di antara bis dan truk besar di tengah jalan. Jalanan hari ini memang pengantar penguat hati sebelum bertemu di Artotel Yogyakarta besok malam.
Memilih tempat menginap di Yogyakarta memang nggak susah. Hotel yang murah banyak, yang rekomendasi dengan poin instagramable hotel di Yogyakarta juga banyak. Itu kenapa saya memilih Artotel Yogyakarta karena trip sebelumnya melihat hotel ini dari kamar yang lama dengan ngiler ngowoh-ngowoh kok lucu sekali ya..
Ketika harinya tiba, jantung ini semakin berdegup luar biasa padahal ngeliat hotel di Yogyakartanya aja belum. Lihat-lihat timeline dan tersenyum kecut ketika ada yang ngtuit:
Cowok LDR kalau mau ketemu
Nanti makan apa ya
Asik bisa manja2an dari deket lagiCewek LDR kalau mau ketemu
Asik kenthu
Asik kenthu
Sukampret ^^.
Tapi tidak menambah panas hati di tengah hawa Yogyakarta memang selalu panas. Entah, cuaca sedang bersahabat dengan mendung menggayut tapi tak turun hujan. Saya kemudian menelpon Artotel untuk request early check-in sebelum jam 14.00 karena ingin menyimpan barang bawaan dan jalan ke Tempo Gelato di dekatnya. Mbak-mbaknya menjawab dengan ramah untuk diusahakan dulu, karena banyak yang late check-out.
Menjelajah Hotel Artotel Yogyakarta di Setiap Lantainya
Tidak mengapa. Hotel Artotel Yogyakarta ya sama dengan Artotel lainnya di mana setiap sudut hotelnya kece abis. Di lobi tampak seluncuran berwarna emas untuk turun dari lantai dua. Tapi jangan langsung main seluncur aja, baca dulu tata cara mainnya.
Mobil saya parkir di sebelah masuk gang. Ada parkiran luas di sana selain yang ada di dalam gedung. Kalau kamu memakai aplikasi travel agent yang warna oranye itu, ada spot parkir istimewa dengan tanda palang biar lebih gampang menyimpan kendaraan.
Sebenarnya hotel ini tidak luas, tapi dikemas dalam desain yang cakep. Mulai dari drop-off pengunjung, masuk lobi, dan di setiap lantainya. Ada ruang tunggu yang nyaman meski kursinya tidak berlengan. Di balik ruang tunggu ada instalasi seni dari rotan yang bisa dipakai untuk leyeh-leyeh karena dilengkapi bantal empuk. Nggak tau ya sebenarnya itu hanya boleh dilihat apa juga boleh dinaik-naikin.
Ada banyak karya seni yang dipasang di dindingnya. Sejauh mata memandang. Begitu juga di setiap lantainya. Keluar dari lift di lantai tujuh ada sambutan You’re in HeaSe-ven. I wish I we’re in heaven than seven.
Kayaknya masih ada dua lantai lagi ke atas dengan denah ruangan yang sama. Kamar dengan view kota satunya view pool Artotel Yogyakarta.
Pilih Kamar di Artotel Yogyakarta Pool View atau City View?
Believe me, pilih saya yang city view. Mau istirahat atau mau sekadar numpang fota-foto, city view kamar Artotel Yogyakarta jauh lebih kece. Ya maap, niat hati pengen lihat pool, tapi kok poolnya kecil sekali dan tertutup setengah atap. Lebih kelihatan view ke pemukiman di belakang hotel yang ya menarik sih melihat orang-orangnya.
Room with city view bisa kamu rasakan ketika keluar dari lift. Kelap kelip lampu kota, banner-banner lampu serta pendar hangat penerangan di coffee shop sekitar hotel hingga yang jauh di sana, rasanya lebih menenangkan. Merasakan ada denyut kehidupan berdesakan dengan degup deg-degan menanti pertemuan.
Apapun Viewnya, Kamar Artotel Yogyakarta Nyaman Semua
Karena kebetulan pilihnya yang pool view, mau nggak mau akhirnya menyamankan diri aja. Senang sih karena memang penataan kamar di yang saya pesan nda mengecewakan. Masuk dengan rapi. Setiap sudutnya bersih. Ada mesin kopi Dolce Gusto di meja. Kamar mandi tidak bernoda. Toiletris lengkap. Kurang apa?
Kurang kamu..
Kurang luas dikit, tapi kalau kamu beruntung dapat kamar Artotel Yogyakarta yang di pojokan, wah itu lebih menyenangkan. Kamarnya lebih luas sedikit dengan kamar mandi yang lebih lega karena ditempatkan di sisi yang berbeda dari kamar yang saya tempati. Nomernya 718, tolong dicatat.
Kekurangan kamar di pojokan ini hanya satu, bednya terlihat dari depan pintu. Jadi agak sedikit terganggu kalau misalnya lagi buka pintu dan ada yang lewat.
Saya.. jadi..nggak bisa pose menggoda menyambut kedatanganmu.
Woloooooo.. mending makan dulu yo!
Kuliner di Sekitar Hotel Artotel Yogyakarta
Tempo Gelato tentu harus dimasukkan dalam daftar. Kalau jalan dari Artotel agak jauhan, tapi pasti lebih cepat jalan daripada naik kendaraan mengingat trafik di Jalan Kaliurang agak aduhai. Sementara ada banyak lagi kuliner di sekitar hotel yang rekomended.
Yang franchise ada Hoka-hoka Bento dan Warunk Upnormal. Ada juga kopi-kopi kekinian. Yang kuliner lokal juga banyak sih seperti sambel-sambelan yang pasti lebih menarik buat lidah saya yang jawatimuran. Meski yang kemudian dibeli justru malah sate padang.
Kalau bingung mau makan apa, scroll aja gofood atau grabfood sambil berdiri di depan lift. Kamu bisa membayangkan ada di mana warungnya, atau melihat nama tempat makannya dan dicari di aplikasi buat mengejar promonya.
Ingat, kalau pesan lewat ojek online segera turun ke lobi untuk mengambil pesananmu karena ngga bisa diantar ke atas. Jangan biarkan juga abangnya menunggu, biar si dia aja yang menanti kehadiranmu.
Hadeh.. ini cerita tentang hotel di Yogyakarta yang bikin saya bingung. Terima kasih kalau kamu membaca sampai akhir ya. Someday saya mau ke Artotel Yogyakarta lagi dengan lain cerita.