Seperti saya rindu menulis, saya juga rindu bekerja. Keluar rumah pagi-pagi dengan pakaian rapi, dan pulang ketika sore hari. Rutinitas ini sekarang telah berbeda. Secinta-cintanya saya pada Raga, saya juga cinta pekerjaan yang telah saya tinggalkan tiga bulan lamanya. Memasuki bulan September ini, saya memilih menjadi ibu yang kembali bekerja. Tentu, seperti drama tiba-tiba melahirkan dulu, drama orang rumah yang ditinggal bekerja juga ada.
Baca: Dari Ngurus STNK Terbitlah Raga
Iya, Raga lahir lebih cepat karena saya mengurus sendiri STNK kendaraan. Eh sama bapaknya Raga sih, tapi karena gosip pemilik kendaraan harus hadir di Samsat, jadilah saya ikut ke sana.
Di usia kehamilan 39 weeks. Pulangnya pendarahan dan ditahan di rumah sakit Melati Husada daripada daripada. Ternyata kontraksi tak datang juga, dan saya yang ga tahan sakit ini pun menjalani persalinan dengan induksi.
Baca: Hebohnya Ruang Bersalin Melati Husada Saat Melahirkan Raga
Pulang dari rumah sakit, saya full tinggal di rumah orangtua. Dilarang kembali ke rumah sendiri tepatnya. Tiga bulan bersama Raga dan bapaknya yang punya jam kerja berbeda, saya bahkan sempat masuk rumah sakit lagi terkena serangan lambung karena stres. Bukan karena Raga, tapi karena bapaknya. Oh my life full of drama.
Sedikitnya dari hal demikian membuat saya merindu kembali pada pekerjaan yang saya tinggal liburan. Office is my play land.
Menjadi ibu rumah tangga selama tiga bulan memang menyenangkan. Jujur saja. Bisa bangun jam berapa pun Raga mau bangun, bisa menyusui kapan pun Raga pengen, bisa tidur siang sama Raga yang sudah kecapean bermain. Bisa menyusui Raga di tengah malam tanpa takut bangun kesiangan. Bisa melakukan pekerjaan rumah kapanpun hati sedang ingin. Apalagi coba kemewahan menjadi ibu rumah tangga yang mau kamu dustakan?
Tapi, satu yang saya lupakan. Sepertinya saya tidak berbagi pekerjaan rumah tangga dan mengasuh Raga sama bapaknya. Hampir semua saya kerjakan dibantu Mama kadang-kadang menjagakan Raga. Rasanya dia hanya bantu gendongin Raga kalau jalan-jalan ke emol. Seperti yang dibilang Lex pakar relationship di timeline, “Makin kamu sayang, makin kamu MAU NGELAKUIN SEMUANYA buat pasangan sehingga dia ga perlu lakuin apa-apa. Alhasil, hilang deh perasaan dia. 🙂”
TRUE.
Mungkin perasaan perempuan aja sih yang menang. Butuh keseimbangan dari dua belah pihak. Namun perasaan ini juga diuji ketika Raga nggak mau minum ASI perah pake dot. Disendok juga nggak mau. Rasanya ingin ngabur pulang dan menyerahkan surat mengundurkan diri saat ditelpon Mama. Baru juga 2 hari, kok hatinya berat dan kayak dicampur aduk seperti ini ya?
Pada akhirnya saya menguatkan diri. Karena tagihan dan cicilan nggak bohong kalau butuh tenaga saya dengan kembali bekerja. And here I am, a working mother. Tapi masih berasa drama. Gimana cara ngatasinya ya?
Help.
pasang foto raga dimana2 di mejamu mbak, atau bawa aja raga ngantor #dilemparstangmotor xD
aku dulu ngantor waktu liam umur setahun sih, itupun cuma 3 bulan tahan full day work, abis itu jadi part timer lagi, gak tau juga gimana mau kasih saran yg terbaik, atau mungkin mulai mencoba membangun bisnis sampingan jadi nanti saat sudah waktunya, bisa resign dan sama raga terus di rumah 😀
Kuatkan hati ya mbak. Yakin kalau Raga di rumah akan aman bersama kakek neneknya. Pengorbanan mbak Aik ga akan sia2 kok. Demi masa depan Raga.
Semangaat mbaaak. Aku kenapa jadi kepikiran buat resign ya kalo pas setelah melahirkan. Kayaknya jadi part timer itu enak jugaaa
Sebaiknya memang seorang ibu lebih baik di rumah untuk mengurusi anaknya kalau pun harus berpenghasilan bisa melakukan usaha yang aktivitasnya di lakukan di rumah,