Sudah lama saya diam, memperhatikan. Semakin ke sini yang disebut geng motor oleh media semakin kabur artinya. Hanya 3 orang motoran aja bisa disebut geng motor tanpa sumber yang jelas walau aksinya memang meresahkan.
Pagi saya dimulai dengan bete demi kebetulan nonton berita itu. Ada 3 orang motoran masuk jalan tol tengah kota dengan ugal2an. Gitu uda disebut geng motor aja tuh… Pertanyaannya, di mana petugas tol? Apa pintu tol ngga ada yang ditutup dan mereka bisa nerobos tanpa dicegat? Kalian berkewajiban lho mengamankan ranah tanggung jawab kalian. Pukul saja jika tidak mau berhenti. Sekarang yang lebay malah petugas hukumnya sendiri karena ngga menindak tegas dimulai dari kecil, seperti kejadian di tol itu misalnya.
Dan imbasnya tentu ke komunitas dan klub motor. Saya dulu aktif di klub, mengelola klub dengan profesional bekerjasama dengan pihak sponsorship membuat tanggung jawab kami jadi lebih besar. Anggota diseleksi ketat. Berulah tidak dikeluarkan, tapi mendapat teguran keras. Sekarang mereka yang mengelola begitu akhirnya disamaratakan dengan kumpulan orang yang ngga jelas. Anak klub dan komunitas itu bangga dengan atributnya, yang tanggung jawab pasti akan berlaku santun di jalan ketika memakainya. Tidak bisa dihindari ketika ada yang masih baru dan lagi seneng-senengnya biasanya darahnya lebih cepat naik.
Adalah suatu kebanggaan bagi semua orang kalau kegiatannya diliput dan dijadikan bahan pembicaraan di masyarakat luas. Begitu pun kami, dan yang mengatasnamakan geng motor tesebut. Media, bekerjasamalah dengan pihak berwajib untuk mengendurkan sedikit tensi pemberitaan. Agar mereka yang disebut geng motor itu tidak semakin merajalela dan merasa dirinya raja. Tapi apalah kita, hanya penonton saja. Apalagi in depth interview salah satu media ternama yang seolah-olah berhasil mewawancara salah satu geng yang cirinya memakai pita. Saya ngga meragukan dengan kualitasnya sih, tapi…efeknya? Luas. Menimbulkan gesekan antara dua kekuatan besar yang efeknya bukan mendamaikan justru menyiram bensin ke api.
Inilah gunung es sesungguhnya. Ketika masyarakat tak lagi percaya pada kemampuan yang berwajib. Main hakim sendiri dihalalkan. Dan dijadikan seperti pahlawan. Saya, yang mantan anak motor ini cuman pengen bilang untuk anak klub dan komunitas motor untuk merapatkan barisan. Mencegah celah bagi penyusup untuk menyulut bara di tubuh kalian. Susah susah kita membangun nama, membangun jejaring pertemanan kalau hanya emosi semata. Besarkan nama dengan kegiatan positif seperti biasa saja ya.
Viva HTCI!
Kadang media juga yang seperti memancing mereka untuk show-off, kalau kita cuekin aja gimana? Biar mereka ugal-ugalan lha wong ga ada yang peduli..
Kalau komunitas motor yang resmi saya malah suka, tentunya mereka punya standar dan etika sendiri..
yahh seharus nya geng motor itu di basmi !! mengganggu ketenangan saja !!
Geng Motor kalau dulu di tempatku paling track trackan alias balap2an sekarang malah bisa bikin onar ^_^
anu.. kalo geng sepeda pancal? ….
*ngelap seli*
untung di malang jarang ada geng motor yg berbuat onar 🙂
Saya sendiri sedikikt menyayangkan dgn adanya geng motor, sisi lain apa untungnya jd geng motor.
Mendingan jd geng CW aza x yah… he he he..