Burung Ababil adalah burung yang dikirim oleh Allah SWT untuk menghancurkan pasukan gajah Abrahah yang sombong. Burung ababil dikirim bebondong-bondong dengan jumlah yang sangat banyak dan membawa Sijjil. Diceritakan bahwa Sijjil ini semacam tanah liat yang mengandung racun dan bara panas untuk dilempar ke pasukan gajah itu.Akhirnya pasukan gajah sekaligus Abrahah hancur dalam serpihan-serpihan kemudian tak bersisa.
Ngga, ngga ada hubungannya Burung Ababil dengan generasi muda kita kok. Istilah Ababil cukup keren untuk nggantiin istilah Alay yang pernah ngetop beberapa waktu sebelumnya. Ababil atau abg labil, saat usia-usia menginjak remaja 13-20 tahun. Sangat mudah terpengaruh karena jiwa muda dan rasa ingin tau yang besar, juga ngga pengen dibilang ketinggalan jaman. Alay sendiri adalah sebutan abg yang suka nulis dengan mencampur huruf, angka dan simbol. Ababil adalah Anak baru gede labil yang baru melek teknologi dan memanfaatkan sesuka hati. Belum lagi ditopang oleh kemapanan orang tua, sehingga gampang mendiskreditkan temannya dengan mudah. Kesamaan dari mereka adalah butuh ruang untuk eksistensi diri. Menganggap dia superior karena punya BlackBerry, ke sekolah dianter mercy, dan minumnya jus stroberi.
Jejaring sosial yang memudahkan mereka untuk berinteraksi dengan sesama teman, dimakan mentah-mentah tanpa memandang esensinya, dan isi statusnya. Banyak sekali hal-hal aneh, walaupun di beberapa sisi lain mereka para ababil ini bisa jadi kelihatan lucu dan menyenangkan tapi disisi lain sangat-sangat bikin eneg. Bayangkan, bidang pekerjaan saya adalah seputar berita gosip dan promosi dari berita yang ditulis oleh editor kantor saya. Dan kalau ada yang menyangkut idola para abg yang baru terkenal kena masalah, mereka abg labil ini membela habis-habisan. Tentu saja, dengan tatanan kalimat yang G3dE k3CiL h03r0Ef n4GkA plus cacian makian yang sepertinya ngga pantas untuk diucapkan oleh mulut-mulut yang semestinya masih mikir main barbie dan robot-robotan.
Status jejaring sosial berbalas komentar. Bullying atau penindasan terhadap teman dengan menggunakan jejaring sosial pun sering digunakan. Seakan meniru budaya remaja barat yang sering menindas temannya. Hingga tak jarang kebebasan berpendapat abg labil generasi muda Indonesia saat ini sering berujung di pengadilan dengan topik aduan : melecehkan, perbuatan tidak menyenangkan, dan pembunuhan karakter. Apa jadinya masa depan generasi Indonesia jika mereka seakan ngga punya identitas diri? Kemana jati diri bangsa Indonesia yang santun berbicara, apik berbusana? Mereka ini Indonesia bener ato Indonesia-indonesiaan?
Sedih hati saya, seumur mereka memang saya masih main lompat tali di desa. Naik kelas dan masuk ke sebuah SMA favorit di kota saya juga ngga ngilangin kesederhanaan saya. Tetap menyukai sepeda jengki ketimbang sepeda motor. Dan beruntunglah dengan masa kecil saya yang tidak banyak dijejali teknologi tapi saya tidak kehilangan ritme perkembangan teknologi. Memanfaatkan jejaring sosial untuk benar-benar bersosialisasi bahkan jualan dengan tujuan yang pasti.
Mereka, abege abege yang seperti lepas dari jangkauan orang tua memang bukan untuk dihindari. Tapi dari kita yang bisa dekat dengan mereka untuk merangkul dan memberi pengertian untuk menjaga sikap walau tetap menjadi diri kita sendiri di jejaring sosial. Karena apa yang kita pikir, apa yang kita tulis, itu mencerminkan isi jiwa kita. Jangan hanya mau menerima mentah-mentah teknologi dan kebiasan barat dengan jiwa yang kosong, cerna dahulu dan keluarkan dalam bentuk ekspresi yang positif. Tunjukkan bahwa Indonesiaku bukan Indonesia-indonesiaan dengan caramu, wahai ababil. Jangan sampai generasi muda kita hilang di periode usiamu dengan celetukan tak penting, dan pribadi yang dangkal.
Be Positive Ababil ^^
k4Mu Ab3G3H y4Ch??? IkuT dUnd
og mao ikudt ke mana?
Artikel ilmiah tentang labil:
http://en.wikipedia.org/wiki/Pseudobulbar_affect
Terima kasih sharingnya.
sangat bermanfaat untuk kami orangtua bekerja yang punya anak akan abege dan abege, yang kurang mengikuti “trend”
Salam