Years ago, saya menghadapi sebuah dilema. Suami disarankan tes sperma untuk melihat seberapa tingkat kesuburannya setelah beberapa tahun kami tidak mendapatkan kehamilan juga. Deg-degan masuk ke lab, kami melangkah dengan wajah merah bercampur malu, mendaftar di resepsionis lalu diarahkan ke sebuah kamar. Singkat cerita, kami keluar kamar dengan wajah lebih tertunduk malu dan kok yaaa ketemu kakaknya adik ipar di ruang tunggu. Sungguh double combo pengalaman tes sperma waktu itu. Kenapa harus tes sperma?
Kualitas Sperma Bisa Dilihat Dari Hasil Tesnya
Sperma yang berkualitas berperan penting untuk terjadinya kehamilan. Sperma sendiri adalah bagian dari sel yang dihasilkan sistem reproduksi pria. Tugasnya cuma satu, berenang secepat-cepatnya untuk mencapai sel telur yang dihasilkan sistem reproduksi wanita agar terjadi pembuahan. Kualitas sperma dan sel telur yang baik inilah yang menjadi penentu apakah pembuahan berhasil dilakukan.
Belajar dari tahapan proses kehamilan yang saya lakukan, hasil tes sperma suami tergolong tidak normal. Kondisinya disebut dengan Teratoozoospermia karena sperma tidak memiliki bentuk yang normal sehingga mempengaruhi pergerakan sperma untuk membuahi sel telur.
Kondisi sperma tidak normal lainnya adalah Aspermia kalau tidak ditemukan sperma sama sekali dalam air mani, Asthenozoospermia kalau jumlah sperma yang mampu bergerak normal kurang dari 40%, Oligoathenozoospermia kalau jumlah sperma di bawah normal dan pergerakannya tidak baik. Yang terakhir, Necozoospermia ketika hasil tes menunjukkan banyak sperma tidak hidup.
Jika Sperma Tidak Normal, Apa yang Harus Dilakukan?
Berdoa. Hahaha. Dengan hasil tes di tangan dan kami lanjut konsultasi ke dokter kandungan. Sperma tidak normal bisa disebabkan oleh banyak hal. Gaya hidup terutama. Seberapa banyak aktivitas fisik, asupan makanan, apakah gizi seimbang, juga kondisi kesehatan yang dari garis keturunan. Dokter menyarankan untuk mengasup suplemen, memperbaiki gizi makanan yang dikonsumsi, juga menurunkan sedikit level aktivitas suami yang kebanyakan.
Hasilnya? 2 tahun masih belum berhasil juga. Kemudian kami konsultasi ke dokter androlog untuk menentukan langkah selanjutnya. Dibantu dengan suplemen kembali, pemantauan kondisi sperma setiap bulan, dan tidak lupa tetap berhubungan.
Hasilnya lagi? Saya capek antri dokter setiap bulan. Tanpa hasil yang berarti. Mulai terpikir untuk langkah terakhir, bayi tabung.
Bayi Tabung, Ya atau Tidak Ya?
Banyak yang harus dipikirkan ketika menuju proses bayi tabung. Salah satunya adalah memahami proses penyimpanan sperma. Dengan perkembangan teknologi yang dapat membantu kehamilan seperti sekarang, penyimpanan sperma dalam kondisi beku bisa berarti banyak. Bukan hanya untuk menyimpan sperma terbaik sebagai agen dalam proses bayi tabung, Sperma kondisi beku juga bisa digunakan untuk mengatur jarak kehamilan, atau merencanakan kehamilan kembali di waktu tertentu.
Informasi Lengkap Proses Pembekuan Sperma
Proses pembekuan sperma tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Harus dilakukan dengan cara yang benar, oleh ahlinya, agar sperma yang telah dibekukan bisa digunakan secara maksimal. Proses penyimpanan yang benar inilah yang akan menentukan kualitasnya kelak di masa depan setelah dicairkan.
Kalau kamu sedang mencari informasi tentang proses pembekuan sperma, prosedur dan persyaratannya bisa dibaca langsung dengan klik di sini dari website Bocah Indonesia. Ada banyak sekali informasi yang mudah dicerna, lengkap dengan kebutuhan apa saja yang harus dipenuhi untuk melakukan proses pembekuan sperma dengan benar.
Informasi yang lengkap tentunya bisa menjadi bekal bagi pasangan suami istri yang tertarik dengan metode dan proses pembekuan sperma untuk mendapatkan keturunan.