Mimpi apa semalam sampai saya bisa nemenin Wulan Guritno dan Adilla Dimitri keliling-keliling Kota Malang hari itu. Saya hanya berangkat kantor lebih pagi biar bisa punya waktu sedikit untuk nengok masakan-masakan saya di Cafe World dan menyambut kedatangan Wulan dan Dilla. Tak disangka supir kantor berhalangan menjemput Wulan dan Dilla dari bandara untuk sarapan di kantor. Satu-satunya yang sudah di kantor dan bisa nyetir mobil cuman saya. Ngga heran Boo aka Yunita as a person in command penyambutan Wulan Guritno langsung nyabut saya dengan paksa dari empuknya kursi kantor dan aroma masakan dari Cafe World.
Walau sempat celingukan karena baru pertama kali pegang mobil transmisi matic yang masuk golongan mewah, 5 menit kemudian saya sudah berani menyusuri jalanan padat sepeda motor dan sepeda pancal dari arah Blimbing ke Bandara Abdulrahman Saleh. Ngga pake nyumpah-nyumpah karena terlalu tegang megang stir. Bandara Abdulrahman Saleh rupanya sedang berbenah dari pintu masuk hingga ke kawasan ring 1 tempat Wulan dan Dilla menunggu. Ambil kartu parkir di depan dan meluncurlah menuju tempat parkiran. Dibukanya kembali bandara untuk penerbangan komersil menghidupkan kembali aktivitas penerbangan sipil di Bandara Abdulrahman Saleh. Kesulitan mencari tempat parkir bikin saya parkirin aja mobil di depan area kedatangan sambil bilang ke provost, “Njemput Wulan Guritno, Pak!” membuat mobil saya aman dari sentuhan pengunjung lain.
Masuk mobil, Wulan memilih duduk di jok belakang sendiri agar bisa selonjor kaki, sementara Adilla memilih duduk di tengah. Rombongan kami ngga jadi mampir sarapan di kantor karena sudah ditunggu di venue pertama, Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. Eh iya, Wulan dan Adilla ke Kota Malang dalam rangka bedah novel Feel, What I Want In Life yang ditulis keroyokan mereka berdua. Memasuki gerbang Universitas Brawijaya dari arah jembatan Sukarno Hatta dipilih karena paling dekat dengan venue. Wulan dan Dilla sempat beristirahat sebelum bertemu dengan Bapak Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. Semua menyambut dengan ramah dan tidak berlebihan jadi ngga sampai dihalau sama bodyguard yang guede-guede badannya itu.
Selesai beramah tamah dengan Bapak Dekan dan Ketua Panitia Dies Natalis Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, Wulan dan Dilla sudah ditunggu di ruang sebelah, tempat bedah novel Feel berada. Acara berlangsung damai, tanpa keributan berarti karena di Ruang Sidang, sepertinya semua bertingkah dengan sopan. Pertanyaan mahasiswa Universitas Brawijaya berkualitas dan berbobot menurut saya. Dijawab dengan ringan oleh Wulan sesuai dengan tema novelnya.
Kelar acara di Universitas Brawijaya, Wulan mengajak bergegas pergi karena dia sudah lapar. Heran juga tau-tau dia nunjuk “Ke Pecel Kawi aja makannya!” Hayuk ajalah.. secara saya juga belom pernah ke situ. Menyusuri jalan Veteran menuju jalan Kawi, Wulan dan Dilla sibuk bersama gadget masing-masing. Wulan sibuk dengan twitter, Dilla telepon teman-temannya. Untuk menu Wulan ga milih-milih kok, dia suka banget bumbu pecelnya Pecel Kawi sampai nambah. Dilla milih nasi soto yang hmmm sedep banget! Pengunjung Pecel Kawi tampak ngga suprise dengan kedatangan artis, mereka cuek-cuek beibeh, sepertinya gara-gara Pecel Kawi emang suda terkenal ya? Terbukti dengan status twitter Wulan yang langsung mendapat banyak respon mengomentari enaknya Pecel Kawi.
Selesai makan, rombongan ini menuju venue selanjutnya di halaman Rektorat Universitas Negeri Malang. Venue yang berada di tengah lapangan panas kinclong-kinclong dan masi sepi bikin Wulan enggan turun. Akhernya ngajak dulu ke Griya Eskimo, tempat eskrim yang legendaris di abg Kota Malang. Eskrim home made di jalan Gresik ini cukup resik dan sejuk untuk melepas lelah. Olahannya lezat dan ga seperti tekstur eskrim bermerk lainnya. Seporsi eskrim licin tandas dihabiskan Wulan dan Dilla.
Wulan kayaknya juga ga beda sama kita para blogger yang narsis untuk foto-foto ria. Liat aja gayanya, mirip kan sama kita-kita?
Foto itu langsung dia upload juga di twitternya. Haha, sampe aga mikir, norak deeeehh ^^. Artis juga manusia biasa, ya guys..
Selesai diajak foto-foto sama pemilik Griya Eskimo, kami balik lagi ke Universitas Negeri Malang dan uda ditunggu sama puluhan fans Wulan juga Dilla. Ngga sedikit yang terpana sama kecantikan Wulan waktu masuk venue. Tenda yang dingin dan celetukan khas mahasiswa yang cerdas bikin acara semakin gayeng. Berbeda dengan di Universitas Brawijaya, mahasiswa Universitas Negeri Malang lebih bebas bertanya lepas dari topik novel Feel yang sedang dibedah Wulan. Jawaban segar mengalir diiringi timpalan MC yang ternyata Nimas Kota Batu 2009. Kelihatan kalau mereka menikmati acara yang disajikan.
Dari Universitas Negeri Malang, Wulan dan Dilla kesusahan keluar dari venue karena mahasiswa-mahasiswa situ susah banget ngelepas Wulan pergi. Begitu berhasil ngabur, kita langsung meluncur ke kantor untuk makan siang (lagi). Menyusuri jalanan Kota Malang yang siang itu padat sekali karena bareng dengan jam pulang sekolah. Di SMP 5 yang penuh angkot dan nose to nose sama truk-truk segede gaban, Wulan nyeletuk, “Kota Malang sekarang panas banget ya. Jakarta juga panas sih. Bedanya kepanasan di Malang ngga bikin berkeringat kayak di Jakarta. Di Jakarta diem aja berkeringat gitu. Apalagi aku ngga suka sama ac, panasnya gilaaa!” komentar Wulan tentang perubahan suhu di Kota Malang.
Sampai di kantor di bilangan perumahan Blimbing Indah, jalan yang cukup sepi bikin Wulan dan Dilla betah berlama-lama. Rimbunnya pepohonan dan hidangan khas Nasi Buk Matirah yang belinya di kawasan Ruko Stasiun Kota Baru disantap ga pake malu. Ngga lupa nodong tanda tangan di novel Feel yang saya beli. Wulan juga ngga sungkanan untuk ndlesep-ndlesep ke dapur kantor, nyomot sekantung emping melinjo kesukaannya. Setelah itu bersantai dulu sebelum melanjutkan perjalanan bedah novel selanjutnya ke Kota Surabaya.
Mendekati jam 4 sore, dengan tidak rela, Wulan dan Dilla harus bersiap pergi dan menghadapi panasnya hawa Kota Surabaya meninggalkan sejuknya hawa Kota Malang. 9,5 jam bersama Wulan Guritno dan Adilla Dimitri keliling Kota Malang diakhiri dengan lambaian tangan perpisahan. Siapa tau Wulan balik lagi ke Malang jangan lupa mampir yaaa….
Remember Guys, jagalah pohon-pohon di Kota Malang agar hawa sejuk ciri khas Kota Malang itu ngga pindah ke daerah laen. Itu adalah ciri khas yang selalu diingat orang yang berkunjung ke Kota Malang.
Go Green!
and this is the first comment? goodluck for the competition! and … yes I love wulan guritno :*
naksir bangle-nya XD
artis bukan sih…?
koreksi neng: Rimbunnya pepohonan dan hidangan khas Nasi Buk Matirah yang belinya di kawasan Ruko Stasiun Kota Baru disantap ga pake malu. >>> ini saia beli di new indie, sore sebelumnya sudah pesen, pagi² baru dianter ke kantor :d.
haaaaaaaasyaaahhhh
biasanya yg di stasiun situ..
maap deh. diganti ga ya…
btw, suda vote? hihihihi
wah ketemu BINTANG 😀
sudah voteeee
oh..andai donat q…..T___T
hai mbuuun…
Salam kenal, “ayas juga peserta seperti Anda.
saling berkompetisi yuuuk
halooo, salam kenal jg
yuk mari rame2in blogfest 2009 bloggerngalam
wuih asyiknya bisa keliling sama Wulan yang cantik, walau dia sama suaminya.hehehe
Salam kenal ya Nengbiker.
Pengen jalan-jalan ke Malang nich, bisa jadi guide kan
btw, suda vote? hihihihi >> vote opo? aku males moco detail soale :))
ah keren perjalanannya,
saya fikir di anter naik motor gedemu iku hehehe
smoga menang ya, neng !
wes tak vote lho ai, gratis resoles ga?
hari ini donat bu, mau donat? hihihihi
udah divote
kalo menang aq dikasih apa? *nodong sik*
donat?