Tahun 2016 adalah tahun stagnan yang perlu diakui hampir membuat saya putus asa pada hidup. Sejak awal tahun saya membuat keputusan untuk melepas usaha dan memasrahkan diri pada kuasa Tuhan apapun yang Dia berikan akan saya terima, hingga berbagai kejadian yang hampir berujung pada perpisahan. Lalu tiba-tiba di tengah tahun kejutan berdatangan, dan mencapai puncak pada akhir tahun yang membuat saya nggak sempat berpikir akan membuat resolusi apa untuk tahun 2017.
Keluarga kecil saya memang baru berumur 4 tahunan. Masih berusaha menjadi tiga dari dua. Saya tidak menyalahkan keadaan, mungkin kami berdua masih dalam ego masing-masing yang tidak terkalahkan. Apalagi 2016 adalah tahun tanpa jalan-jalan saya yang membuat otak sedikit bebal karena memilih bekerja dan bekerja. Toh saya akhirnya bisa memberi hadiah pada diri sendiri sebuah Kawasaki Ninja yang sudah saya idamkan. Win win solution bukan? Tapi ternyata tidak, penghujung Agustus menuju September adalah puncak segala permasalahan.
Kamu percaya di tengah haha hihe bahagia saya yang tersirat dalam tulisan dan foto-foto instagram, ada putus asa di dalamnya? Ada kata kecewa yang tidak tersampaikan. Ada rasa ingin pergi saja dan menjauhkan diri dari teman-teman karena saya nggak sanggup menghadapinya sendiri.
Tapi. Semua berubah di akhir September. Rupanya Tuhan memang senang bercanda dengan hambanya. Saat saya ingin melepaskan kehidupan, Tuhan memberi saya kehidupan lainnya. 9 bulan yang penuh up and down. Ditutup dengan perjuangan 9 jam yang membuat saya ingin mati saja daripada merasakan sakitnya.
Saya menangis ketika menulis ini. Betapa bodoh ingin menyerah pada hidup hanya karena merasa sakit hati padanya. Saya menangis ketika menulis ini ditemani si kecil Raga, jiwa yang dihembuskan Tuhan dan tumbuh di dalam tubuh saya.
Perjalanan hidup saya seperti direstart lagi sejak 30 Mei 2017 lalu. Ada Raga yang kini di samping saya. Ada Raga yang menjadi penyemangat kenapa saya harus bekerja, saya harus makan, saya harus minum, saya harus menjaga kesehatan, saya harus bahagia dan saya harus kembali menikmati hidup saya.
Saya ingat saya hanya meminta satu keinginan bisa melunasi Ninja Hattori dengan cepat. Tapi Dia memberi saya lebih banyak, memberi saya hidup kembali. Saya, HARUS BISA.
Gak isa komen apa-apa, hanya mata saya tiba-tiba berembun.