Selain menemukan banyak pantai-pantai dengan pemandangan terbaik di Indonesia, bersama Pesona Indonesia saya juga menemukan banyak kain khas yang bisa dijadikan alternatif oleh-oleh saat traveling. Mulai dari Lampung sampai Flores, kain-kain itu seakan bicara bahwa kain Indonesia bukan hanya batik saja.
Sedikit intermezzo, sebelum berangkat bersama Pesona Indonesia, saya mengikuti workshop bersama perajin-perajin dari pelosok Jawa. Ada sandal bendol, topi bambu, pengrajin goni yang boleronya ngga kalah cantik dengan bolero batik, sampai kain batik Purwokerto yang harganya mencapai puluhan juta karena halusnya dan lama pengerjaannya. Dan ternyata, di daerah lain kain-kain asli Indonesia itu memang layak dihargai begitu mahal.
Kain Tapis Lampung
Pemberhentian pertama di Lampung, selain disambut tempoyak yang lezat, ada lagi yang gemerlap. Kain Tapis namanya. Kain asli Lampung yang mencolok karena dibuat dengan pola motif khusus dari benang emas atau perak. Motifnya dibuat dengan teknik sulam tradisional, walau beberapa juga telah dibuat dengan teknik bordir.
Pengerjaan kain tapis tradisional cukup rumit dan harus dikerjakan secara manual sampai berminggu lamanya. Ngga heran kalau kain tapis nilai ekonomisnya cukup tinggi bukan?
Kain Tenun Sasak Lombok
Selain membawa pulang mutiara produksi Lombok, Kain Tenun Sasak juga bisa jadi oleh-oleh yang menyenangkan. Lebih afdol lagi kalau membeli kain tenun Sasak langsung di desa Sade untuk sekalian berbincang dengan ibu penenun yang meneruskan tradisi ini secara turun temurun. Konon katanya kalau perempuan Lombok harus bisa menenun dulu baru boleh menikah.
Namun kaum pria dari Lombok juga memiliki kain tenun sendiri yang cara membuatnya berbeda dari yang dibuat kaum perempuannya. Kaum pria membuat tenun ikat, sedang perempuannya membuat tenun songket. Selain di Desa Sade, Desa Sukarara juga terbuka untuk menerima kedatangan wisatawan yang ingin mempelajari tenunan khas Lombok.
Kain Tenun Ikat Flores
Berbeda di Lampung dan Lombok, berburu kain tenun ikat Flores ini rasanya lebih susah deh. Soalnya yang di toko oleh-oleh harganya mahal sekali, rasanya sebagai traveler berat sekali untuk membeli yang ratusan ribu sampai jutaan itu. Alternatifnya adalah membeli di penjual yang menanti di restoran atau di hotel. Kualitasnya tentu berbeda ya dengan tenun ikat yang harganya sampai jutaan itu. Tapi lebih aman bagi dompet dan kantong.
Kain Batik Labuan Bajo
Di Labuan Bajo saya sempat diajak pihak Kementrian Pariwisata yang membantu masyarakatnya untuk diversifikasi usaha. Terutama untuk wanita-wanitanya dengan membuat kerajinan tangan serta kain batik khas Labuan Bajo. Memang belum setenar kain tenun ikatnya, belum juga sebagus kain batik dari daerah lain di Indonesia. Tapi dengan ketekunan masyarakatnya, kain batik Labuan Bajo juga cantik kok dijadikan bolero batik.
Sepulang perjalanan kemarin saya jadi senang berburu kain-kain asli Indonesia. Dipakai foto cantik banget sih!