Di Jakarta makan Kerak Telor.
Di Malang makan Bakso.
Di Jogja makan Gudeg.
Di Tana Toraja makan…
Di Papua makan…
Hmmmm… Kayaknya lebih mudah menjawab di Korea makan Kimchi, Tteokpokki, dan Kimbap, daripada menjawab makanan di daerah Timur Indonesia. Tanyakan saja pada generasi muda yang baru lulus SMA, apakah mereka tahu banyak tentang kuliner Indonesia. Padahal beberapa tahun ke depan, Indonesia akan dibombardir dengan perdagangan bebas di wilayah Asia, sehingga kuliner Indonesia bisa saja tersisihkan dengan kedatangan kuliner-kuliner dari negara tetangga.
Kalau kamu perhatikan, pemerintah Korea misalnya, mereka memanfaatkan berbagai cara untuk mengenalkan dunia kulinernya. Disisipkan lewat drama-drama yang ceritanya menyayat hati, dijadikan perlombaan makan lewat Running Man, dan lain sebagainya. Hasilnya? 9 dari 10 orang yang menonton salah satu acara makan itu, ingin mencicipi rasa asli makanan Korea. Hasilnya lagi? Ekspor bahan makanan Korea itu pun mengalir deras dan mengisi perut-perut kebanyakan anak muda di Indonesia.
Itu hanyalah salah satu contoh kecil yang saya perhatikan. Sementara makanan Indonesia ada di banyak tempat lain di beberapa negara karena banyak orang Indonesianya yang ke sana. Daerah tujuan haji misalnya. Namun, masakan yang tersedia ya yang itu itu saja, bukan mewakili daerah-daerah lain di Indonesia.
Berangkat dari kegelisahan itulah @ArieParikesit bersama tim @WarisanKuliner mengubek dapur-dapur rakyat dari ujung Aceh sampai Papua. Didukung oleh Kecap Bango yang konsisten menggelar berbagai acara kuliner Indonesia, perjalanan mereka akhirnya mampir di #NgubekMalang. Selama dua hari timeline @malangkuliner dibanjiri dengan menu-menu sederhana makanan rumahan yang melegenda di dunia kuliner Malang.
Di penghujung hari kedua, pecinta kuliner Malang bertemu tim @WarisanKuliner di Cwie Mie Gang Djangkrik. Obrolan yang gayeng, nama-nama yang tadinya hanya bersua di Twitter, akhirnya beradu sendok garpu sembari makan puthu. Ada @arieparikesit dan @deritamahasiswa, juga stevi dan teman-teman @malangkuliner. Misi dan visi yang dipaparkan dari @WarisanKuliner agaknya membuka mata, kalau dunia wisata Indonesia sekarang juga dipengaruhi oleh wisata kulinernya.
Oleh karena itu diperlukan banyak campur tangan dari orang-orang yang peduli dengan kotanya untuk mempromosikan apa saja keistimewaan setiap kota di Indonesia. Bukan hanya wisata alamnya, wisata budayanya, tambahkan item tonjolkan wisata kulinernya, agar tidak tersisih dari kamus kuliner luar yang akan menyerbu Indonesia.
Saya, kamu, kamu, dan keluargamu bisa kok ikutan. Setiap berkunjung ke kuliner apa saja, upload lewat Twitter dan mention @WisataKuliner, siapa tahu bisa masuk ke dalam buku kamus kuliner 100 kota di Indonesia.
Selamet nglanjutin perjalanan #NgubekMalang @arieparikesit brg @malangkuliner. Makasi sharing @WarisanKuliner nya pic.twitter.com/8JNLpQybNR
— NengBiker (@nengbiker) June 12, 2014