Kau dengan dirimu saja
kau dengan duniamu saja
Teruskanlah teruskanlah
Kau kau begitu
Teruskanlah
sebelum melangkah ke jenjang yg lebih serius dari relationship dengan pacar, sepertinya harus banyak banyak melihat lingkungan kita sekitar. kasus ketidakpuasan dalam rumah tangga, ketidakadilan, ketidaknyamanan, kenggaharmonisan, yang intinya bukan hanya merujuk pada hubungan tempat tidur aja. ga kepikiran banget klo yg itu mah.
beberapa kali curhat sama seorang mba yang suda berkeluarga tetapi belom dapet momongan, sementara temen2nya dia sudah punya 1 2 anak. dia kehilangan teman2nya yg sudah sibuk dengan keluarganya tersebut. ngga bisa nyalahin dong, gimana juga tuntutan hidup perempuan adalah mengurus keluarga. dan tuntutan hidup laki2? masih boleh keluarga dinomor duakan. percaya? contohnya komunitas tiger dan airsoftgunku. hanya sedikit yang membawa keluarganya. tidak sedikit yg istrinya nungguin anak di rumah dan para lelaki mencurahkan perhatian ke hobinya. adilkah? mungkin para lelaki beralasan, kita kan yg mencari nafkah? nah klo perempuan yg mencari nafkah, apakah boleh dibiarkan menekuni hobinya?
belum lagi curhatan seorang ibu yg suaminya tergila2 pada hobinya. sudah uangnya dibuat modali hobi, barang2 hobinya bergeletakan aja di rumah dia yg harus beres2in, juga waktu sang suami di rumah dipakai untuk ngurus barang2nya tersebut. padahal istri bole juga dong memiliki waktu pribadi untuk dirinya sendiri, bersosialisasi dengan teman, hobi ke salon, dan apa lah. aku melihat ibuku sendiri, yg mengorbankan kuliahnya demi mengurus keluarga. jauh dari keluarga besarnya. tapi beliau tetap bisa menerima keadaan.
haruskah aku seperti itu nanti?
hunnie bunnie sweetie baby sempat meyakinkan, karena kita memiliki hobi yang sama keinginan yang sama, walau dengan intensitas berbeda, kami masih akan tetap memiliki waktu untuk bersenang2 dengan lingkungan masing2. dia mencontohkan ketika aku cukup senang melihat si mba tadi selalu berada di sekitar suaminya. karena mereka sama2 pekerja lepas, jadi mereka memiliki banyak waktu bersama. si suami juga tampak senang karena si mba bisa selalu ada bwt dirinya, di tempat kerja maupun di hobinya. sementara si ibu tadi memilih menunggu saja di rumah daripada melihat suaminya menekuni hobinya, tapi dengan keinginan kuat dalam hati, dia akan kembali terjun pada pekerjaannya setelah anak2nya mandiri.
namun berapa banyak perempuan di luar sana yg tidak bisa menyuarakan kata hatinya setelah pernikahan?
jadi, menikah memang suatu pilihan. kita sendiri yang akan memutuskan kapan, bagaimana dan dengan siapa kita akan menghabiskan sisa waktu yg kita miliki.
aku berpegang pada, menikahlah dengan teman, yg sudah saling mengerti pribadi masing2, bagaimana harus berbicara, bagaimana dukungan yg dibutuhkan dan bagaimana merasa nyaman satu sama lain.
dan kalau ditanya kapan? aaaah ntar laaah….
Ini maksudnya apa sih?
memang sudah kepengen nikah beneran ya? kayaknya udah ngebet banget.
cieeeeeh… yuk poto prewed
wah, cari calon yang “sempurna” nih ? Kayaknya sulit neng. Yang dibutuhkan adalah komitmen setelah menikah, bukan sebelum menikah *halah*.
Tapi jangan harap semuanya sesuai harapan, semuanya butuh waktu, tips saja neng, lepaskan ego, simple kan 😉
“ah klo perempuan yg mencari nafkah, apakah boleh dibiarkan menekuni hobinya?” — harus dong, sletak sini lek gag bole 😀