“Lumpur itu menghisap kakimu. dan SEMANGATMU”
–ferdi by someone-
Pepatah itu bolak-balik didengungkan Ferdi saat perjalanan pulang menembus hutan pulau Sempu yang melelahkan. Kaki-kaki anak kota yang berbalut sepatu golf, sepatu fitnes, sepatu hiking dan sepatu PDL menapaki 2 km jalur berlumpur menuju ke peradaban dari dalam Segoro Anakan, Pulau Sempu. Kelelahan itu sedikit menguap saat bertemu Polisi Hutan yang meremehkan dan menghambat trip kami sebelum menyeberang. Congkak setelah bayar 50rb untuk IJIN MASUK HUTAN bolehkan?
Euforia kemenangan itu terasa banget apalagi setelah bertemu rombongan mahasiswa UM yang juga meremehkan kaki-kaki kota kami yang renta dimakan usia, mereka terjebak di tengah rute berlumpur karena persiapan yang kurang. Sandal mereka lenyap digerogoti lumpur yang menghisap kakimu. dan SEMANGATMU. Tak tampak lagi wajah meremehkan mereka saat pertemuan pertama karena saat pulang kami berempat melibas mereka hanya dalam waktu 5 menit sementara mereka sudah jalan 4 jam lamanya.
Bagi yang pengen ke Segoro Anakan di Pulau Sempu dalam waktu dekat selama hujan masih turun, sebaiknya memang berpikir ulang jika kondisi badan dan perlengkapan tidak memadai. Daripada terjebak di tengah hutan, main-main saja ke pantai di sekitar Sendang Biru. Naik perahu menuju laut lepas. Tapi jangan masuk ke hutan. Karcis untuk kami berempat plus mobil 24rb. Nyebrang ke Sempu 100,000. Dan yang terasa mahal jadi ijin polisi hutan menyebalkan itu. Kalau fasilitas ke dalam kalian perbaiki ok lah bayar untuk ijinnya, tapi jalan itu ngga berubah setelah 10 tahun yang lalu kami ke sana. Sama sekali ngga berubah. Tidak ada jalur pengaman untuk berpegangan di jalan turun. Tidak ada pengarah jalan. Bahkan dermaga untuk menurunkan di titik muat pun ngga ada. Jadi untuk apa masuk ke sana bayar? Untuk 10 tahun yang tidak ada perubahan????
Emosi.
Jadi, yang perlu disiapkan :
1. kaki yang kuat
2. badan yang sudah diisi energi
3. berbotol2 minum
4. sepatu yang kuat
5. doa
50 ribu? mahaaal bgt ya … ck ck ck. wajar klo km emosi :p
wooow…pantes.
“…mahasisa UM yang juga meremehkan kaki-kaki kota kami yang renta dimakan usia..” —> LoL.
hmm…belon kesampaian ke sonooooooo jalannya katanya naudzubillah yo Neng?
masyaAllah banget.. tunggu musim kemarau aja deh ya. pasti uda lebih padat tu lumpurnya >.<
yo 50ribu kan sebanding dengan pengalaman di dalam hutan mbak..Mereka menjual suasana, anda membelinya..ahahahahaha..*mbelani PolHut. Salahe ora ngejak.. Lek jalan2 diperbaiki? sampeyan oleh pengalaman opo nho?
jalan ke pantainya, gelap pekat 🙁
Sayang, harusnya daerah situ bisa jadi obyek pariwisata Malang. jadi kumplit, mau ke gunung? Ada. Ke pantai juga ada.
boleh juga.. tp memang jgn ngubah yg alami di sana…
widihhhh, keren banget cuyyyy…
pengen euyyy kesana…
pengen banget ke sempu…. tapi belum kesampain…..
kapan neng mau ke sempu lagi?