memilih mobil saat punya anak

Tepat Memilih Mobil Saat Punya Anak, Biar Ibu Nggak Dikit-dikit Teriak

I know i know, this blogpost’s POV will be on mother side. Sudah hampir setahun saya nggak pakai mobil sendiri. Setelah melelang Sienta, dadah-dadah sama Avanza adik yang dititipkan setahun di rumah, lalu bertepuk sebelah tangan dengan Freed. Sekarang mengandalkan taksi online kalau mau pergi bebarengan. Saya banyak ngobrol soal tips-tips mereka memakai mobil harian sesuai dengan merk masing-masing. Dan menyimpulkan bahwa memang keinginan saya memilih mobil saat punya anak itu ada kriteria tersendirinya.

Apalagi mobil pertama seperti Sienta, sangat membentuk kriteria saya untuk memilih mobil berikutnya ketika anak-anak masih kecil. Mobil kecil keluaran Toyota ini memang ideal, dari segi size dan fiturnya. Dan beberapa merk mobil lainnya juga memiliki tipe yang sejenis kok. Baca sampai akhir ya cara saya memilih mobil saat punya anak.

Sliding Door, Fitur Pintu Geser Sungguh Bikin Tenang

Kita tahu anak-anak kadang punya energi berlebih yang muncul di saat tidak terduga. Waktu buka pintu mobil misalnya. Lalu di samping ada mobil lainnya? OH NO! Untuk itulah dibuatkan peredam tambahan yang biasanya ditempel di pelisiran pintu. Tapi, kalau kamu punya mobil dengan sliding door, dijamin no worry-worry teriak ngingetin PELAN-PELAN buka pintunya! Apalagi kalau power sliding door, tinggal duduk pintunya terbuka sendiri.

Minusnya fitur ini sebenernya juga banyak. Mulai dari kebiasaan parkir mepet kiri, sliding door rawan babras kena trotoar atau benda-benda lain kayak undakan tiang bendera. Juga ketika hujan, menunggu pintu menutup sendiri itu bikin basah kuyup juga sih. Tapi dibandingkan dengan pintu ayun, pintu geser nggak bikin deg-degan mengganti kerugian mobil lain bukan? Tinggal membiasakan untuk melihat lingkungan sekitar pas parkir dan mematikan fitur otomatis ketika hujan biar langsung dorong menutup.

Harus Matic, Manual Nggak Papa Juga, Tapi Harus Matic

“Kamu udah saatnya harus punya mobil, belilah yang matic.” ucap seorang teman waktu saya memutuskan beli motor Ninja. On a serious note, saya nggak tau ternyata sudah hamil 1 bulan ketika deal membayar si Hattori. 2 bulan memakai motor gede itu baru saya test pack dan voila positif, dicek ke dokter kemungkinan sudah 3 bulan. He bursted in laugh when I sent the story, “Ku bilang juga apa, beli mobil!”

Kenapa mobil matic? Karena pengalaman dia sebagai bapak dua anak laki semua, matic tidak membuatnya harus ganti-ganti perseneling dan nggak bikin lelah di perjalanan. Apalagi ibu yang menyetir ya. Pasti lebih banyak terpecah konsentrasi kalau membawa anak. Terbukti kok, saya lebih tenang nggak grusa-grusu soal ganti kecepatan daripada ketika menyetir manual. Hanya, pastikan anak-anak MAU DUDUK DI CAR SEAT ya, karena tuas matic lebih mudah geser ke N daripada tuas perseneling manual.

Dua Baris Ideal, Pilih Tiga Baris Kalau Garasinya Cukup

Beli mobil itu punya garasinya dulu, biar nggak ngerepoti orang lain. Apalagi kalau kamu tinggalnya di gang yang mepet 2 kendaraan, atau bahkan hanya cukup satu kendaraan. Jangan egois biar hidupmu tenang. Kalau cukupnya mobil kecil 2 baris seperti Brio, Agya, Alya, Yaris, Karimun, ya jangan beli Pajero, Inova, atau Palisade. Hitung panjang lebar garasi sebelum pilih mobilnya. Itulah kenapa saya sampai dikejar-kejar duta Nyapander karena garasi saya cukup, tapi saya nggak suka mobilnya.

Nyapander itu tiga baris, BBMnya irit, dan cukup lega dari kursi pengemudi sampai bagasinya. Tapi ya nggak sliding door sih. Beberapa pilihan mobil tipe sliding door dengan 3 baris, pilihan matic atau manual, dan kabin yang lega, coba cek daftarnya di bawah ini ya.

Toyota Sienta, Si Tiga Baris yang Kursinya Bisa Menghilang

tips membeli mobil keluarga

Walau pertama kali hadeh banget sama pilihan lampu depannya yang menggembung, saya sadar kebutuhan keluarga saya terpenuhi dengan kehadiran Sienta. Ukurannya kompak, tidak besar, tidak kecil, tapi kabinnya lega. Cocok untuk antar jemput anak sekolah. Bisa jadi tiga baris, bisa juga kursi paling belakang dibikin hilang sehingga bagasi jadi super luas.

Merawatnya juga gampang. Kalau mau cuci sendiri nggak kesulitan soalnya ukurannya tidak besar. Apalagi pemakaiannya very low, 5000 kilometer mungkin ada 4 bulan, jadi ganti olinya nggak sering-sering. BBMnya cukup irit untuk dalam kota, lebih terasa irit untuk luar kota lewat tol. Digeber 180km bisa tapi cukup tau diri saya balik lagi ke lajur kiri. Tidak ada masalah berarti selama memakai Sienta. Saya malah semakin cinta.

Honda Freed, Dashboard Meja Pikniknya Unik

memilih mobil saat punya anak

Selain tiga baris, matic, dan sliding door, Freed punya tempat tersendiri di hati. Modelnya itu nggak kehilangan pesonanya meski usianya sudah lewat sepuluh tahun. Chic. Bisa mengikuti tren variasi model terkini. Dan cocok banget kalau dibikin ala yapan yang clean cut. Dashboard meja piknik yang jadi ciri khas mobil ini konon akan hilang di edisi terbaru 2025 nanti. Beneran meja piknik, karena lebar buanget membuat jarak antara kaca dan pengemudi jadi lega. Harus waspada sama ujung hidung peseknya aja sih.

Soal perawatannya juga nggak menyusahkan. Mungkin terkesan mahal, tapi awet kualitasnya, kata teman yang pengguna. Sayangnya kursi baris ketiga menghabiskan luasan bagasi karena ditekuk ke atas seperti Inova. Agak menyusahkan ketika harus bawa koper dan stroller pastinya. Poin lebih nya adalah tipe captain seat dari depan sampai belakang. Memudahkan untuk mendisiplinkan duduk anak di dalam mobil. Persis lah seperti Alphard, cuma gede bianget yang satu itu.

Mazda Biante, Dompet Harus Kuat Kalau Mau Meminang Mazda

Karena ganti aki aja tipe mazda bikin nangis, kata adik saya. Tipe sliding doornya menggoda sih! Posisi baris duanya bisa digeser jauh ke belakang sampai baris ketiga. Jadi ruangnya lebih lega. Sudahlah mazda-mazda itu pasti leganya kan, bisa digeser pula. Namun karena lebih panjang, saya nggak tertarik sih untuk melihat-lihat lebih jauh. Selain karena dompetnya.

Toyota Voxy, Mininya Alphard

Tetangga saya ada nih yang punya. Slim banget dibanding Alphard memang. Mirip dari segi kotak-kotaknya.

Nissan Serena, Si Jenjang yang Nggak Neko-neko

Tingginya hampir bikin saya kejungkal lagi kayak waktu turun dari kursi APV. Waktu itu saya menyupiri Wulan Guritno keliling Malang. Dan sungguh nggak cantik bener ketika jatuh terduduk. Serena ini tipe eksekutif tipis-tipis. Modelnya nggak neko-neko sehingga berkelas tampilannya. Namun saya kurang cocok dengan perawatan merk ini, agak berat di kantong.

Apalagi ya? Espass? Luxio dan Granmax? Bikinan Daihatsu ini bisa eye-catchy juga lho kalau niat. Dimodel Kei Car gitu kali. Saya sempat pengen Luxio juga, tapi ternyata 11-12 sama Sienta harganya. Ya Sienta lah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *