Gimana perasaanmu ketika bayi kecil yang ditunggu-tunggu selama lima tahun pernikahan, disayang-sayang selama di kandungan, pas mbrojol dikit-dikit alergi gitu, wir? Percayalah, anak yang lahir sehat, ceria, makannya gampang, dan tidur tepat waktu adalah harapan para orangtua. Gemoy kayak baby michelin yang lengannya bagaikan roti sobek itu bonus.
Namun, harapan kadang tinggal harapan. Sekarang sih anaknya tumbuh sehat, tapi dengkul dan tungkai kakinya menyisakan bekas-bekas alergi yang kambuhan di musim seperti sekarang. Saya cukup maklum karena paham ketika bapak ibunya memiliki alergi masing-masing, jika memiliki keturunan berisiko tinggi hampir 60-80 persen mewarisi alergi orangtua.
Mengutip dari Humas RSUP Dr. Sardjito, alergi muncul sebagai reaksi tak normal sistem imun saat melawan zat asing yang pada dasarnya tidak berbahaya. Yang saya pelajari kemudian, reaksi alergi yang muncul di tubuh merupakan perlindungan alami sistem imun ketika tubuh terpapar zat asing. Respon tubuh yang berlebihan akan menimbulkan gejala yang mengganggu, bikin tidak nyaman, bahkan sampai mengganggu kualitas hidup.
Beruntung saya sudah cukup banyak mempelajari soal alergi pada anak karena project-project kantor berhubungan dengan topik kesehatan. Tidak lain dan tidak bukan juga suatu periode belajar yang tepat karena saya dan suami sama-sama gampang bengek sesak napas akibat asma. Hahahahaha, sesimpel itu tapi saya takut sekali kalau punya anak dengan kondisi yang sama.
Kayak Game Gacha, Orangtua Alergian Belum Tentu Anaknya Juga
Thanks to Koko Ipid yang memberi setumpuk bahan tentang alergi pada anak, kekhawatiran soal risiko memiliki anak alergian bisa berkurang. Hasil penelitian menyebutkan kalau orangtua menderita alergi, bukan berarti anaknya juga akan menderita alergi yang sama.
Perlu diketahui, ada peluang yang lebih besar mengalami alergi dibandingkan anak yang tidak memiliki riwayat alergi dalam keluarga. Range risikonya sendiri dikutip dari Nutriclub adalah sebagai berikut:
- 60-80% jika kedua orang tua memiliki riwayat alergi dengan manifestasi sama.
- 40-60% jika kedua orang tua memiliki riwayat alergi.
- 25-35% jika saudara kandung memiliki riwayat alergi.
- 20-30% jika salah satu orang tua memiliki riwayat alergi.
- 5-15% jika orang tua tidak memiliki riwayat alergi.
Saya dan suami ada di point 1, kedua orangtua riwayat alerginya mirip. Seiring waktu dan latihan fisik yang dilakukan, asma kami berdua sih ngga kumat-kumatan. Suami aja yang pada rentang waktu/musim tertentu setiap paginya dimulai dengan bersin-bersin tidak berkesudahan.
Siap tidak siap, ketika alhamdulillah hamil juga, saya sudah tahu apa risikonya. Ada 2 bocah yang bakal menyita perhatian pastinya. Yang satu bocah gede. Ndilalahnya, anak lanang pertama lahir dengan sehat, minumnya kuat, makannya hebat, baby michelin harapan mama, tapi kulitnya gampang sekali kering, ruam kemerahan, dan mbesisik kata orang Jawa. Lalu digaruk dan jadilah luka.
Tapi ini memang bukan soal penyakit keturunan saja.
Beberapa Faktor Luar Penyebab Alergi yang Perlu Diwaspadai
Telah disebutkan sebelumnya, paling tinggi ada 80 persen peluang anak mudah mengalami reaksi alergi jika kedua orangtua memiliki riwayat yang sama. Percayalah bukan itu saja.
Jika kamu tinggal di daerah yang berudara buruk, rawan terpapar asap rokok, kebersihan lingkungan tidak terjaga, pola makan ala kadarnya, ini juga bisa menyebabkan alergi muncul lho.
Awal-awal mengetahui kulit anak saya nggak mulus seperti bayi pada umumnya, dr. Brigitta Ida R. V. C., Sp.A (K), M.Kes. kesayangan keluarga kami bilang, ‘Dermatitis atopik ini dilawan dari asupan makanan ibunya dulu ya?’
Mulailah hari-hari penuh rasa tersiksa. Beliau menyarankan saya untuk diet makanan yang mengandung alergen agar tidak mempengaruhi kualitas air susu ibu. Bayangkan, menyusui anak lanang. Makanannya yang boleh diasup itu ngga menimbulkan selera. Bayangkan itu dulu saja.
Asupan protein hewani tidak boleh dari sapi dan seafood. Protein nabati tidak boleh tahu dan tempe. Coklat, susu, camilan biskuit-biskuitan? Coret! Apalagi tinggal di rumah dengan orangtua asli Jawa, makan sambel itu juga pantangan nomer 1. Kalau mau daging, bolehnya daging kambing, tapi tidak boleh dibuat sate.
Bayangkan itu saja dulu.
Kulit anak lanang pun sehat. Tapi dalam waktu singkat tidak sampai sebulan berat badan saya turun 13 kilogram. Nelongso, wir.
Setelah berkonsultasi kembali pada bu dokter, daripada ibunya tidak bahagia, pengobatan lanjutannya diputuskan dari luar saja.
Mengatasi Dermatitis Atopik itu Perlu Komitmen dan Konsistensi Dari Orangtua
Sebenarnya saya senang-senang aja bisa pakai celana jeans lagi ya, tapi saya tahu mood jadi berantakan akibat asupan makan yang ditahan-tahan. Memang ibunya yang kurang konsisten meski sudah komitmen demi anak.
Akhirnya saya memutuskan untuk bebas makan apa saja lagi. Tapi kami mengganti deterjen pencuci pakaian dan sabun mandinya dengan bahan yang khusus untuk kulit sensitif. Ini agak merepotkan saat mencuci baju sih, karena ya gimana ya, sekeluarga besar kadang cucinya sekalian. Memang perlu komitmen dari ibu ya untuk kondisi spesial seperti anak saya.
Komitmen untuk bisa konsisten demi anak, tidak semudah itu.
Kalau kumat malasnya memisahkan pakaian, dermatitis atopik si bocah kambuh. Gatal-gatal terutama di bagian kaki yang sering kambuh. Saya perhatikan bagian tubuh lainnya relatif aman. Tapi dari lutut sampai tungkainya, hadeuuuhhh, hitam-hitam bopeng tidak rata. Sedih tapi ya salah ibunya juga…
Sebalnya Dituntut Ekstra Perhatian dan Perawatan Biar Tidak Kambuh
“Saya ini juga kerja!” Mau pakai alasan itu karena lalai memerhatikan dermatitis atopik yang kambuh-kambuhan ya nggak pada tempatnya juga. Manusia itu bisa dilatih dengan konsisten, seharusnya. Tapi saya maunya yang praktis, cepat, sat-set, dan hidup pun bisa dilanjutkan, bukan?
Kemudian saya bawa si bocah ke klinik tempat dr. Herwinda Brahmanti, Sp. KK, M.Sc praktek. Gini lho enaknya menikah saat sudah puas ke mana-mana, teman-teman SMA sudah pada jadi spesialis ketika saya baru memulai rumah tangga, hahaha. Lebih tenang memeriksakan kondisi kulit si bocah pada ahlinya.
‘Bapak ibunya punya riwayat alergi?’ tanya dokter Winda. ‘Kayaknya dulu SMA kamu nggak kenapa-kenapa ya. Aktif ikut PMR sama Voli itu kali ya, jadi kalah reaksi alerginya sama capeknya,’ sambungnya sambil nostalgia.
Dokter Winda pun memberikan resep krim dokter untuk meredakan gatal-gatal hebatnya saat itu. Ia menganjurkan produk perawatan dermatitis atopik yang tepat untuk hariannya setelah gatal-gatalnya berkurang dengan hydrating lotion yang aman buat baby karena sebaiknya dipakai secara rutin.
Bisa produk dari drugstore kok, katanya. Pilih aja yang paling nyaman untuk dompet orangtua karena kadang-kadang harga hydrating lotion untuk kulit sensitif bikin mata melotot. Jika tidak memakai resep dokter juga tidak bisa diklaim reimburse di kantor saya soalnya. Jadi senyamannya aja, kata dokter Winda karena dermatitis atopik tidak bisa disembuhkan sampai hilang total. Kita sebagai orangtua hanya bisa mengontrol kekambuhannya di kemudian hari. Baik dengan perawatan kulit agar terjaga kelembabannya, atau dengan menghindari pencetus alerginya.
Mengontrol Kambuhnya Dermatitis Atopik dengan Cara yang Tepat
Lewat usia 6 tahun si bocah, saya sudah jauh lebih tenang menghadapi garuk-garuk yang menggila saat dermatitis atopiknya kambuh. Sampai usianya 2 tahun, kambuhnya memang lebih sering. Seiring dengan tumbuh kembang dan aktivitasnya, sepertinya hanya muncul di musim tertentu seperti kemarau atau cuaca yang kering. Persis seperti bapaknya. Yang gede bersin-bersin, yang kecil garuk-garuk.
Namun yang mencemaskan adalah semakin dia besar, semakin kuat jarinya menggaruk. Definisi dari garukan jadi luka yang tidak perlu ini sebenarnya sangat bisa dikontrol dengan menjaga kelembaban kulit penderita dermatitis atopik memakai pelembab yang tepat. Dipakai ketika selesai mandi adalah saat terbaik untuk menjaga kulitnya tetap terhidrasi. Tekstur pelembab yang disarankan terdiri dari dua jenis.
Tipe krim untuk perawatan saat terjadi kekambuhan karena teksturnya lebih pekat. Sedangkan untuk mengurangi terjadinya kekambuhan disarankan memakai pelembab jenis lotion sehingga bisa lebih luas mengaplikasikannya.
Dengan Produk yang Tepat, Kambuhnya Dermatitis Atopik Bisa Dihambat
Umumnya untuk mengatasi dermatitis atopik secara cepat, diarahkan untuk memakai pelembab yang mengandung kortikosteroid. Tapi, pemakaiannya tidak bisa berlangsung lama, secara bertahap harus diturunkan dosisnya, dan perlu diwaspadai penggunaannya untuk anak. Perhatikan benar-benar ya ayah bunda, tanyakan pada kenalan dokter agar tidak menyesal di kemudian hari.
Apalagi dermatitis atopik adalah kondisi kulit yang umum terjadi pada bayi, dan memilih produk yang tepat untuk merawat kulit sensitif mereka sangatlah penting. Dalam proses pemilihan, baiknya perhatikan kandungan bahan-bahan yang aman dan efektif. Dalam hal ini, ATOPICLAIR adalah pilihan produk yang sangat bijaksana untuk merawat kulit anak yang menderita dermatitis atopik.
Setelah melalui masa probation di musim kemarau yang super panjang akibat Badai El Nino di Indonesia, ATOPICLAIR telah terbukti sebagai pilihan terdepan untuk merawat kulit sensitif anak saya yang menderita dermatitis atopik. Produk ini menghadirkan sejumlah keunggulan yang membuatnya unggul di antara produk-produk sejenisnya.
Pertama, cream ATOPICLAIR memiliki kemampuan luar biasa dalam mengurangi gatal secara cepat, bahkan kurang dari 3 menit setelah penggunaan. Dari garuk-garuk kencang, setelah dioleskan creamnya segera memberikan kenyamanan di kulitnya. Selain itu, ATOPICLAIR tidak hanya memberikan kenyamanan sesaat, tetapi juga merestorasi kesehatan skin barrier yang penting, serta menjaga kelembaban kulit hingga 72 jam setelah penggunaan. Kandungan hypoallergenic formula dalam ATOPICLAIR menjadikannya aman digunakan, tanpa mengandung paraben atau pewangi, memastikan tidak ada reaksi alergi atau iritasi pada kulit anak.
Kandungan uniknya, seperti Glycyrrhetinic Acid, tidak hanya membantu mengurangi rasa gatal dan sensasi terbakar pada kulit, tetapi juga memberikan efek yang menenangkan. Selain itu, kehadiran Hyaluronic Acid dan Shea Butter membantu secara efektif menghidrasi kulit, memastikan kulit anak tetap lembut dan sehat.
Satu hal yang membuat ATOPICLAIR semakin luar biasa adalah formulanya yang bebas steroid, menjadikannya cocok untuk bayi mulai dari usia 1 bulan ke atas dan aman untuk pemakaian jangka panjang. Ini yang wajib digarisbawahi sejak saya memutuskan mencari perawatan kulit sensitif dari drugstore dan online saja.
Dengan pemakaian teratur, menurut saya lotion ATOPICLAIR dapat membantu mengurangi gejala dermatitis atopik pada kaki anak. Juga memberikan kenyamanan untuk kulit anak, dan juga memberikan ketenangan pikiran untuk orangtua karena tahu bahwa produk pilihan yang digunakan aman dan efektif.
Kamu bisa membelinya di shopee melalui Menarini Official Store ya. Harga mulai dari 200ribuan dan lebih murah dibeli bundling. Sebelum habis, segera order untuk stok harian.
Alhamdulillah, galau saya sudah ada solusinya.