Apalagi kalau nggak tahu ancer-ancer atau cek poin jalan menuju Lembah Kelud. Ada kali 3 kali saya ragu tapi ya karena google maps mengarahkan ke situ, pasti ada jalan ya kan kamu juga pasti akan mengira begitu kan? Ketahuilah, jalan ke Lembah Keludnya ada sih tapi nggak buat mobil-mobil biasa, huhuhu.
Inilah sekelumit sehari semalam camping di Lembah Kelud, dari berangkat sampai cerita seram sedikit di sana.
Judulnya Camping Sambil Airsoft Gun
Katanya paksu begitu. Nyatanya dia ada di battlefield airsoft gun semalaman sampai siang lagi. Saya dan anak-anak ditinggal di camping ground. Bener-bener ditinggal tanpa diintip sama sekali gitu. Beruntung tenda berada di dekat playground dan resto, di antara musala dan toilet. Jadi nggak terasa sepi malah sampai malam hari terdengar bunyi-bunyi aneh dari toilet. Heheheh.
Saya sudah pengalaman sih waktu ikut EJAC tahun 2017 atau 2018 ya. Pas hamil tua, ditinggal sendiri di rumah nggak mau. Eventnya di Lawang, jadi cuma bisa nungguin di barak, sama bapak-bapak airsoft gunners lain. Paksu ke mana? Cuma sekali ngintip pas baraknya sudah ramai mai mai dan saya perempuan satu-satunya, hamil lagi.
Yang mana pas tengah-tengah malam pada cerita soal hamil istrinya yang ke dukun lah, yang percaya ini lah itu lah. Sampai mereka was-was sendiri takut memengaruhi kehamilan saya. Tapi ceritanya lanjut terooos. Jadi yaaa bedanya sama di Lembah Kelud sekarang sudah brojol aja anaknya dan sudah punya mau sendiri-sendiri selewat 6 tahun berlalu.
Lembah Kelud Villa dan Glamping
Nama tempatnya. Jauh sebelum hari H saya sudah wanti-wanti untuk booking 1 villa buat saya dan anak-anak karena sudah haqul yaqin pasti akan ditinggal gledak selama event airsoft gun berlangsung. Ya saya kudu nyaman lah masa cuma dia aja yang bersenang-senang. Kalau perlu mengajak orangtua saya sekalian healing-healing ke gunung. Nyatanya, villa tidak didapatkan. Lalu banting stir segera memesan tenda family lengkap dengan peralatannya.
Lembah Kelud sendiri merupakan komplek camping ground super luas sepanjang lembah. Di tengah-tengahnya ada komplek villa dekat dengan hall dan resto tempat community agenda berlangsung biasanya. Kalau ingin nyaman sewalah villa, kalau ingin sedikit adventure boleh sewa tenda. Mau tenda premium aka glamping juga disediakan kok, isi tenda lengkap sampai menu bbq disediakan.
Tenda-tendanya juga bervariasi. Ada dome dari isi 2 sampai sekeluarga bisa. Mau tenda barak juga bisa disediakan. Villanya sendiri kalau dilihat itu macam 1 kamar saja yang makglondang isinya tempat tidur dan tv, tapi ada kamar mandi dalamnya. Mobil bisa parkir di depan villa, juga ada kursi meja piknik khusus untuk masing-masing villa. Tentu saja ada air panas dingin untuk mandi.
Harga Sewa Villa Glamping dan Tenda
Di dalam katalognya, villa yang disediakan berkapasitas 3 orang. Bisa menyewa extra bed jika lebih dari itu. Harga villanya 750ribu include breakfast dan snack sore untuk 3 orang. Harganya sih cukup OK karena bangunan villanya juga bagus. Bukan rumah kayu seadanya. Ukurannya besar dan lega untuk aktivitas di dalamnya.
Sementara harga family tent seperti yang kami sewa adalah 450ribu. Sedih cuma beda 300ribu ga dapat villa yang lebih nyaman ya? Meskipun fasilitas family tent sendiri sudah lebih dari cukup. Tendanya besar, ditulis kapasitas 4 orang, nyatanya karena ada sekat cukup deh itu bisa 8 orang tidur dipindang-pindang. Disediakan 4 matras spon tebal, 4 sleeping bag, serta 4 bantal. Yang mana sarung bantalnya warna putih. Jiwa OCD saya meronta, itu gimana kalo kotor ya kan kelihatan banget selama dipakai.
Tapi karena lagi musim kemarau, warna putih si bantal tetap terjaga. Apalagi karena si bapak tidak ikut tidur di tenda, saya bisa mengatur 2 ruangan di dalamnya jadi area tidur dipisah dari area masak dan bermain sehingga bantalnya nggak keinjak-injak kaki yang kotor setelah bermain di luar.
Fasilitas Lengkap, Tinggal Bawa Body (Dan Kabel Oloran)
Salah satu edisi ngotot saya kudu dapat villa adalah saya malas nyari colokan. Ya harusnya healing, tapi mana bisa ini tanpa hp dan laptop. Tapi ya sudahlah dapatnya tenda dan panitia menanyakan dulu mau di lokasi yang mana sebelum dipasang. Itikad baik dan dapat spotnya juga baik seperti saya ceritakan di atas, tendanya berada di antara musala dan toilet. Ada playground minimalis 2 ayunan 1 prusutan dan 1 jungkat jungkit. Kantong parkir di wilayah umum situ juga banyak, mobil bisa berada di samping tenda. Jalan sedikit ada restonya.
Yang masalah memang colokan ini lho. Saya prepare bawa kabel olor tapi CUMA 3 METER! Colokan terdekat dari musala ya jelas ngga nyampe lah. Ada colokan lagi di gazebo di bawah musala dan bertaburan colokan di resto. Yaudalah, kalau kepepet ngecharge hp sambil ngecharge laptop.
Di pintu masuk area resepsionis ada cafe mungil beserta toko oleh-oleh. Di belakangnya ada hall serbaguna, dan ada mobil kayu untuk fasilitas keliling Lembah Kelud. Kata anak-anak itu mobil karnaval. Di lapangan parkirnya sendiri ada banyak penjual nanas karena di sini memang pusatnya kebun nanas sehingga dinamakan Kampung Nanas. Ingat itu cek poin menuju Lembah Kelud.
Rute Menuju Lembah Kelud, NAH DI SINI SERUNYA!
Saya buta arah menuju Lembah Kelud. Biasanya sebelum mulai trip saya akan riset-riset dulu dari lokasi, fasilitas, sampai arahnya. Ketika villa tidak tercapai dan sudah book family tent, saya agak ngambeg tidak mau mencari lebih jauh tentang Lembah Kelud. Toh ya ada google maps. Yo kuwapokmu, neng neng…
Awalnya perjalanan dari rumah biasa-biasa saja. Kami mengambil rute Malang – Kepanjen – Sumberpucung – Blitar – Kediri – Lembah Kelud. Sabtu-sabtu tanpa ada isu karnaval di rute yang kami lalui. Masuk kawasan wisata Candi Penataran, google maps mulai mengarahkan ke ‘jalan yang menurutnya benar.’ Lho tidak salah memang, ada saja jalannya, cuma bukan buat mobil biasa. Tapi untuk truk penambang pasir lahar gunung Kelud. Which was mobil terpaksa naik turun jalan makadam sepanjang 3 kilometer, kemudian nyemplung sungai, masuk kampung, dan dibelokkan kembali masuk ke kebun jati.
Di ujung kebun jati saya menolak masuk. Waktunya GPS alias gunakan penduduk sekitar nih. Kebetulan ada bapak-bapak membawa HT yang melintas. Beliau tertawa sambil mengarahkan untuk turun ke bawah melewati 2 perempatan, belok kanan nanti ke arah rumah dukun Pak Eko yang langganannya orang DPR, melewati Kampung Anggrek, Kampung Indian, nah habis ada pengarah jalan ke Lembah Kelud, gitu keterangannya.
Tidak, rumah dukunnya kami nggak ketemu. Yang penting sampai ke tujuan utamanya.
Rute yang Benar dari Arah Malang – Blitar
Jadi gini, rutenya sebenarnya sangat mudah. Saking tidak riset lebih dulu, jadilah harus lewati lebih banyak lembah. Cek poin pertama adalah kawasan wisata Candi Penataran, lalu cari Ngancar atau Kampung Nanas. Jalan-jalan menuju daerah situ lebih mobiliawi ketimbang kamu salah masuk ke Kampung Indian atau Kampung Anggrek yang melewati sungai dan kebun jati.
Sudah, rutenya sebenarnya itu saja. Tapi google maps mencarikan RUTE TERCEPAT meski sudah memilih vehicle mode-nya. Ya nggak ada pilihan mobil brio atau mobil truk gitu sih. Beruntung kami masuk kawasan itu masih siang-siang. Jalannya kelihatan amburadulnya dan masih terlihat rumah-rumah penduduknya. Salah satu teman paksu mendaki jalan itu jam 11 malam, pakai brio, alhasil dia seperti terjebak masuk ke dunia lain, hahahahhahahaha.
Rute kembali ke Malangnya kami mengikut si teman yang memakai Brio. Tapi kali ini sudah pintar dengan bekal catatan dari warlok untuk lewat Ngancar. Meski agak was-was karena naik turun jembatan batu di atas aliran lahar dingin gunung kelud, alhamdulillah tetap aman dan tenang masuk kota Malang dengan panduan teman yang mencarikan info karnaval sepanjang jalan.
Oleh-oleh Dari Lembah Kelud
Yang harus dicoba tentu CILOKNYA YANG ENAK! Hampir selalu di tempat wisata ada penjual ciloknya. Paksu tadinya nggak mau belikan, ragu sama isinya katanya. Halah paling juga cuma aci doang nggak ada daging-dagingnya, kata saya. Untung bener sempat beli karena ciloknya sih biasa, tapi ada tambahan daun bawang dan bawang gorengnya yang bikin beda. Dan itu enaaak jadinya. Bakal saya tiru kalau mau bikin cilok di rumah nanti.
Selain itu nanas dari Ngancar ini wajib dibeli. Yang besar-besar per ikatnya isi 3 harga 25ribu. Sedangkan yang kecil isi 6 per ikat harganya 30ribu. Kalau malas ribet dengan kulitnya bisa beli nanas kupas seplastiknya 5ribu saja. PLUS ADA YANG JUAL BUMBU RUJAKNYA! Duh kemlecer deh jadinya.
Sementara di cafe area resepsionis Lembah Kelud kamu juga bisa beli aneka olahan cokelat. Mulai dari bubuk minuman sampai camilan-camilan berbumbu cokelat.
Mau Oleh-oleh Agak Seram Dikit?
Di malam kami menginap di tenda Lembah Kelud itu ada beberapa rombongan lainnya. Ada grup klub Ertiga tepat di ground atas tenda kami, dan villa-villa yang full booked oleh rombongan BMW. Mereka ada acara masing-masing di atas dan di bawah. Teman-teman yang main airsoft gun memilih membangun tenda di samping resto, sedangkan yang membawa keluarga dipulkan di dekat musala. Sementara event airsoft sendiri nggak melewati area tenda, resto dan villa.
Tentu saja bising ya. Semua punya acara masing-masing. Lomba tujuhbelasan di atas, nyanyi-nyanyi di resto, dan semi konser dari grup bmw nggak tau gatheringnya ngapain karena jauuuh di bawah. Sampai jam 11 lewat si bmw masih menyanyi-nyanyi, saya jatuh tertidur.
Nglilir sekitar dinihari kalau melihat dari jam yang tidak saya lepas. Kadang-kadang masih kedengeran yang jalan ke toilet dengan sandal diseret dan bisik-bisik karena ngga ada yang ke toilet sendirian rupanya. Tidak lama hening kembali.
Lalu.
Srak srek.
Srak srek.
Srak srek.
Tidak ada bisik-bisik. Tidak ada bayangan dari toilet dan musala. Bunyi-bunyi itu terus menerus terdengar dari sekitar tenda. Dari atap tenda. Apa suara dari pohon ya? Apa suara binatang liar ya?
Saya agak-agak cemas karena nggak bisa membayangkan bentukannya dari sorot lampu emergency yang saya pegang. Tapi kedua tenda di sebelah juga tidak ada pergerakan. Asumsi saya ya udah sih kalau mau penampakan ya tinggal teriakin aja. Srak srek srak srek masih terdengar. Sampai digantikan suara adzan subuh dari kampung di bawah Lembah Kelud.
Pagi datang begitu lambat. Apalagi si bocah lanang sudah bangun dan rewel ingin bermain keluar sejak jam 3 pagi. Sebenarnya saya jadi tenang karena ada yang melek, tapi kan belum cukup merem ini matanya ini, hey!
Ketika pintu tenda saya buka jam 6 kurang, si bocah langsung melesat menuju playground dan berjalan-jalan sendiri mengeksplor lebih jauh sebelum akhirnya berkumpul dengan anak-anak kecil lainnya.
Mobil di parkiran tampak bergaris-garis abu-abu. Bekas air dan debu yang bersatu. Tidak ada sesuatu yang aneh, semua seperti sebelum masuk tenda dan tidur. Sampai jelang pulang tidak ada cerita apa-apa.
Di jalan pulang paksu cerita-cerita soal perang-perangannya.
“Semalam itu kabutnya tebel banget. Sampai nggak kelihatan jarak pandangnya. Terus sempet hujan kondensasi juga. Masa di tenda nggak kerasa hujan?”
Saya cuma bisa … oalaaah jadi itu suara air hujan feat debu yang menempel di tenda. Makanya kan saya ngga bisa mendeskripsikan karena nggak seperti hujan biasa, hahahaha. Ga jadi serem deh Lembah Kelud-nya deh!