Ada dua kali saya menyesali pernah menanyakan seseorang di batin saja. Sampai ketiga kali. Kalian tau kan bertanya-tanya tapi tidak diucapkan? Di dalam batin saja? Ketiga teman saya ternyata kemudian dipanggil Yang Maha Kuasa, sehari setelahnya. Memang suatu kebetulan belaka, hanya bikin saya takut membatin seseorang lagi.
“Wah lewat dekat rumah om Yo. Apa kabarnya ya lama nggak ketemu.” Suatu malam dalam perjalanan pulang dari bertemu teman-teman, saya melewati rumah om Yo. Almarhum adalah teman bermain airsoft gun yang masih berkomunikasi dengan baik karena dia pernah ‘menyelamatkan’ saya saat sedang jatuh ditimpa tangga. Sudah malam waktu itu, tapi sempat saya bertanya pada suami, “Nggak pernah ketemu om Yo lagi?” dia bilang harusnya besok ada latihan tembak reaksi bersama. Tapi di Surabaya, suami sedang ngga ada waktunya.
Teman tapi kok almarhum? Ya. Besoknya suami mengabarkan om Yo mengalami kecelakaan dan meninggal di tempat saat latihan.
Di waktu yang berbeda saya sedang jalan-jalan bersama teman-teman lainnya. Di dalam mobil kami banyak membicarakan topik-topik terhangat. Lalu dalam hati saya tiba-tiba bertanya “Doy apa kabar ya, habis menikah sekarang gimana kabarnya.”
Kata-kata itu menggema dan pembicaraan di dalam mobil berubah membicarakan almarhum dan pekerjaan yang berhubungan dengannya.
Teman tapi kok almarhum? Doy dikabarkan meninggal sehari setelah kejadian karena komplikasi penyakitnya. Hampir semua teman yang mengenal terhenyak mendengar kabar duka kepergian Doy hari itu. Hampir semua teman yang beririsan circle pertemanan ternyata juga sedang membahas tentang dia, menanyakan kabarnya, dan bertanya-tanya kenapa banyak menghilang belakangan.
Sedihnya bukan kepalang. Semua serba kebetulan. Bukan sekadar waktu yang dipas-paskan.
Hingga kepergian seorang teman kantor baru-baru saja ini. Sehari sebelum kabar tersebut datang saya sedang kepikiran keperluan anak magang di kantor bulan depan. Almarhum merupakan tim NOC yang bertanggungjawab soal perkakas komputer dan sebagainya. Dalam hati saya bilang “Ah, tanya Pak W ah mau nyeting komputernya kapan.” Tapi saya urung mengirimkan pesan. Nanti aja kalau sudah jelas berapa slotnya, pikir saya kemudian.
Teman tapi kok almarhum? Sebuah kabar duka sejak malam meramaikan grup kantor. Pak W meninggal dunia karena sakit yang berkelanjutan. Pak W yang baik dan selalu cerita dengan penuh semangat. Pak W yang paling gampang diminta bantuan meskipun suasana WFH karena rumah kami cukup dekat. Rasanya sedih banget mendengar kepergiannya. Masih terlalu muda, pak, rasanya takdir memanggilmu terlalu cepat.
Mungkin semua memang kebetulan. Mengucap dalam batin menanyakan kabar pun juga bukan suatu kesengajaan. Bukan pertanda. Hanya kebetulan belaka. Mungkin justru almarhum yang sedang mengirimkan pesan terakhirnya lewat batin. Mungkin juga memang rahasia semesta alam dan kita nggak pernah tahu kapan terjadinya.
Jika kalian sempat membatin tentang saya, sampaikan saja ya. Langsung ambil HP dan cari kontak saya. Saya pun juga aktif di Twitter X, Instagram, Tiktok, Facebook. Semua aktif. Komen di blog sini juga ngga papa. Tanyakan saja kabar saya bagaimana. Apakah ada hutang yang belum tertunaikan juga ngga papa sampaikan saja.
Saya pasti akan membalasnya. Jika masih diizinkan membalasnya.