Saya tu muales ke pantai di Kabupaten Malang. Terakhir melewati rute favorit lewat Bantur menuju Jalur Lintas Selatan disambut lubang-lubang segede kolam tempat kebo berendam. Memutar dikit lewat Karangkates agak lebih baik tapi juga tidak mulus sepanjang jalan. Tapi ya mau gimana lagi ketika teman-teman kantor sepakat outing foya-foya menentukan Pantai Watu Leter sebagai tujuannya. Budal wissss..
Mengapa Memilih Pantai Watu Leter?
Pantai Ngudel sudah. Pantai Nganteb sudah. Pantai Goa Cina sudah. Pantai Bajulmati sudah. Pantai Sendang Biru sering. Pantai Kondang Merak sudah. Pantai Ungapan sudah. Pantai Balekambang bosan. Pantai Tiga Warna, Gatra, dan Clungup malas jalannya. Yaudah, Watu Leter deh.
Watu Leter dibaca dengan e ya, bukan dengan lafal letter yang dalam Bahasa Inggris artinya huruf ya. Pantai ini relatif masuk agak ke dalam, tidak di pinggir jalan Jalur Lintas Selatan. Pasti tidak terlalu ramai dan cocok untuk bikin game yang pakai jejeritan. Fix dipilihlah pantai Watu Leter sebagai tujuan dari orang-orang yang lama banget nggak bertemu muka sejak pandemi.
Lokasi Pantai Watu Leter
Tentu di antara pantai-pantai di sepanjang Jalur Lintas Selatan Kabupaten Malang. Saya hanya ingat itu saja. Selebihnya saya mengabsen satu demi satu pantai yang dilewati setelah belok kiri dari rute Bantur. Bagaimana enggak, begitu memasuki Jalur Lintas Selatan sinyal ponsel mendadak lenyap semua. Nggak yang plat kuning, bahkan plat merah keok. Maps tidak bisa diakses, versi offlinenya baru saya bersih-bersihkan cachenya.
Mampus, pikir saya waktu tidak bisa menghubungi rombongan yang masih nun jauh mengantri kamar mandi di spbu entah berapa kilometer di belakang. Lalu mobil dibawa melipir saja melewati satu demi satu pantai-pantai dari Balekambang, Ngudel, Nganteb, Parangdowo, Kangen, Bajulmati, Ungapan, dan tersembullah tulisan Watu Leter di puncak bukit. Jalannya makadam di gerbang depan, sedikit plesteran setelah tanjakan lalu makadam lagi sampai pinggir pantai yang pasirnya padat.
Pantai ini sebenarnya lebih dekat dituju dari rute Sumbermanjing Wetan – Sendang Biru. Tinggal belok kanan dan melewati Pantai Goa Cina karena tepat di sebelahnya. Di point berikutnya saya beri pertimbangan lain untuk memilih rutenya.
Ke Watu Leter Lewat Sumbermanjing Wetan atau Bantur Ya?
Waktu belum mengenal jalur Bantur, setiap ke pantai ya selalu lewat Sumbermanjing Wetan – Sitiarjo – Sendangbiru. Apalagi ketika Jalur Lintas Selatan baru-barunya dibangun. Secara geografis, Pantai Watu Leter lebih dekat dicapai dari Sumbermanjing Wetan – perempatan JLS arah Sendangbiru. Secara topografis, Pantai Watu Leter lebih nyaman dicapai dari Bantur – perempatan JLS arah Balekambang.
Secara jarak, pilihan Sumbermanjing Wetan lebih lama 1 jam daripada perjalanan lewat Bantur. Faktor penyebabnya adalah jalan lebih sempit meskipun mulus, dengan belokan-belokan tajam karena melintasi gunung. Otomatis kecepatan kendaraan tidak selancar yang diharapkan. Belum lagi kalau ada truk yang tidak kuat menanjak tepat di gunung-gunung. Habis sudah kesabaranmu pasti.
Sedangkan rute lewat Bantur kondisi jalannya lebih mengenaskan. Sejak kasus Pak Wali sepedaan ke KondangMerak setahun lalu, kata suami tidak ada perubahan kondisi jalannya. Apalagi lepas dari Bantur masuk Desa Pagelaran. Banyak aspal yang hilang tinggal jalan tanah yang diurug batu kapur oleh warga. Tapi tidak panjang rasanya. Lubang-lubang tempat berkubang kerbau tidak tampak, mungkin karena belum masuk musim hujan kembali.
Menariknya lagi, Jembatan Jurang Mayit sudah bisa dilalui. Jalan yang lama turunan tajam dan tanjakan curam itu sepertinya sudah ditutup oleh warga. Sekarang jembatannya berpagar pelangi. Menambah landmark penyambut sebelum masuk ke Jalur Lintas Selatan. Menuju Pantai Watu Leter setelah masuk JLS sendiri cuma sekitar 13 menit. Itu pun saya sudah sambil mengabsen pantai-pantai yang kelewatan.
Oya, juga bisa naik trayek bus Damri dari Kota Malang lho!
Harga Tiket Pantai Watu Leter
Karena foya-foya bersama blok A, sebenarnya saya juga sudah urunan tiket untuk rombongan. Tapi daripada menunggu njogrok di pos tiket, mending bayar lagi saja dan buruan bermain di pantai. Harga tiket Pantai Watu Leter untuk dewasa 15000, biaya parkir kendaraan mobil 20000, bus 30000, dan motor 10000. Khusus untuk mobil mendapat 1 botol air mineral setiap pembelian tiketnya dari Perkumpulan Pemuda Peduli Rimba Nusantara. Oya, untuk anak-anak bisa dinego diskon sih kemarin harganya.
Beruntung lho nggak nunggu rombongan. Ada kali 1,5 jam tiada muncul juga. Malah rombongan polisi dan anak TK yang meramaikan duluan. Mobil-mobil kecil bisa diparkir disisipkan di antara batang-batang pohon di parkiran, sedangkan bis dan mobil bongsor seperti hiace sebaiknya diparkir dekat warung-warung saja.
Fasilitas di Pantai yang Relatif Sepi Ini
Kamar mandi bersih tersedia banyak di sini. Masing-masing memakai air tawar kok bukan air laut. Jadi mandinya cukup segar. Namun harganya cukup mahal sih, mandi 5000, kencing dan buang air besar 3000. Atau memang harganya sudah naik, saya kurang tahu.
Soal fasilitas warung makan misal ngga bawa perbekalan sendiri tidak perlu khawatir. Ada beberapa warung yang berjualan ikan bakar, bakso, mie instan, dan kelapa muda. Ada juga satu warung jual baju kali-kali kamu nggak bawa baju ganti. Sewaktu survey secara online, warung-warung di Pantai Watu Leter tidak terdata nomor hape untuk dihubungi. Jadi kami memilih memesan dari Wiji Lestary Seafood, katanya beliau adalah menanti dari Mak Sih yang kondang di Kondang Merak.
Intip di sini nomer telpon Mbak Wiji https://www.instagram.com/p/Cg_tkVPpCMb/
Wifi juga tersedia kalau kamu membeli voucher dulu di dekat pos dalam. Ini penting bagi yang nggak bisa lepas dari timeline socmed. Karena sejak JLS sinyal hidup mati, masuk ke Pantai Watu Leter sama sekali nggak ada sinyal. Keseruannya jadi sangat nyata, nggak sedikit-sedikit lihat HP sedikit-sedikit foto langsung upload.
Mau kemah di sini juga bisa pasti. Tapi membawa perlengkapan sendiri ya. Tenda, alas tidur, dan grillnya. Untuk camping bisa memilih area sebelah kanan dari pintu masuk karena relatif lebih banyak bangunannya. Tenda bisa ditata terlindungi dari terpaan angin laut.
Apakah Pantai Watu Leter Aman Untuk Anak-anak?
Dinamakan Watu Leter mungkin karena ada batu besar agak ceper yang menghalangi gelombang ombak yang menepi ke pantai. Selama bermain dari pagi sampai sore hari, ombak cenderung terpecah dan kekuatannya jadi sedang saja. Gaga bahkan berani main sendiri dengan diawasi dari jauh saja. Tapi itu optional ya, lebih baik diawasi dari dekat karena pasirnya agak berat untuk dilewati.
Satu yang membuat Pantai Watu Leter terasa aman adalah bersiaganya bapak-bapak penjaga pantai dari satu titik ke titik lain. Mereka memakai baju lengan panjang warna oranye. Berpatroli dengan sepeda motor, diparkir, melihat dari jauh, lalu mendekat ke bibir pantai di mana ada kerumunan pengunjung lebih banyak dari titik yang lain.
Ini rasanya kayak waktu berenang di The Singhasari, diawasi selalu. Jadi waktu saya mengikuti rangkaian kegilaan Watuleter Fashion Week, hatinya nggak deg-degan. Seru banget!