‘Opo, Manus iki dulinane jaran uber-uberan. Game opooo kui.’ Celetukan Rita memotong cerita Venus, suaminya, tentang film Space Sweepers, film Korea yang berhasil dia tonton sampai akhir karena jalan ceritanya bagus. Katanya, Space Sweepers itu bener-bener nggak ketebak dari judul sampai endingnya. Lalu dipotong sama cewek-cewek yang lain lagi, ‘YAA ITU SONG JONG KI YANG MAEN, sama kayak di Vincenzo!’
That’s right, cowok nggak pernah benar.
Sejak pertemuan itu, saya baru saja menamatkan Space Sweepers sambil menghabiskan cheezu ramen yang bungkusnya pink sebagai reward atas keriwehan seharian bermain sama anak-anak. Mainnya kenceng, tidurnya malem karena terlalu excited diajak mancing.
Film ini, luar biasa.
Bagi yang membayangkan di seluruh durasi film Space Sweepers akan diisi dengan aksi seru tembak-tembakan, tentu kamu dapatin hingga akhir cerita. Dimulai dari kemunculan Song Jong Ki yang bikin histeris karena babak belur buluk dan dekil pun tetap ganteng. Kemudian yang nonton langsung didera pilu karena diberi wajah sedihnya yang tidak berhasil menemukan apa yang dicari.
Film uopo seh sakjanya ini, pikir saya.
Kenapa dia meninggalkan sepatunya untuk dibeli. Kenapa ia mencari dan terus mencari. Kenapa Song Jong Ki teramat pedih ketika ada anak kecil yang memasuki lingkaran pertahanan dirinya.
Namun cerita Space Sweepers ini bukan tentang Song Jong Ki, ada Kapten Jang, Tuan Tiger, dan Bubs. Segelintir pemburu sampah luar angkasa yang mengancam keselamatan UTS. Sebuah dunia baru yang memberi surga dari bumi yang sekarat di bawah kakinya.
And, there’s Dorothy. ‘Sebuah’ robot yang diskenario UTS sebagai bom penghancur surga yang diminati Milyaran orang di bumi. Robot yang bisa buang air besar, kata Kapten Jang. Perempuan tangguh dan super pintar yang lulus pendidikan dengan usia termuda namun memilih mencari keadilan dengan mengubah kornea matanya.
Kapten Jang memilih menyelamatkan Dorothy, Kot-Nim nama Korea-nya dan mengabaikan 4 Juta Dollar yang diberikan sebagai hadiah bounty hunter. Kot-Nim terpisah dari ayahnya, diculik pemilik UTS karena mengancam keberlangsungan UTS sebagai surga.
Dorothy, Kot-Nim, mengingatkan kisah buruk yang dialami Tae Ho yang diperankan Song Jong Ki, seorang mantan pasukan pelindung terbaik pemilik UTS. Karena mengangkat anak yang diselamatkannya dari suatu perburuan imigran, hati lembutnya tersentuh. Bayi itu diberinya nama Kim-Su Ni. 10 tahun kemudian, Tae Ho masih mencari keberadaan Su Ni setelah mengalami kecelakaan luar angkasa.
Kot-Nim mencari ayahnya, sang ilmuwan penemu Robot Nano.
Robot yang bisa berkomunikasi dengan jasad mati dan menghidupkannya kembali.
Can you see the red dot between the line?
I CAN’T!
Dan di dua menit terakhir film Space Sweepers perasaan saya kayak diperas habis. Damn you, Korean movie maker!
Bagaimana bisa kamu menarik-narik hati yang belum rela ditinggal. Bagaimana bisa kamu menempatkan seseorang di lingkar perlindungan diri seseorang seperti ini, dengan cara yang smooth, bukan dengan teriakan-teriakan menyalahkan seperti film Indonesia. Bagaimana bisa!
Bahwa sesungguhnya ketidakrelaan dari sebuah kehilangan adalah penyesalan karena belum mengungkapkan secara langsung apa yang dirasakan oleh hati. Dan itu menimbulkan lubang menganga di bawah sadar yang nggak akan pernah tertutup lagi kalau belum bisa diungkapkan oleh pemilik perasaan itu.
Saya, kamu, nggak akan pernah tau kapan akan berpisah dengan seseorang. Berpisah yang tidak akan bisa lagi bertemu dengannya karena dia sudah meninggalkan dunia ini.
Beruntung Tae Ho – Song Jong Ki – dapat bertemu kembali. Memeluknya erat sebelum mengucapkan selamat tinggal. Kamu mungkin tidak seberuntung film Space Sweepers ini.