“Waah villanya bagus yaa.” Seruan bertubi-tubi datang dari sudut sana-sini. Ada yang sedang foto-foto di kolam renang. Ada juga yang sedang ngintipi kamar demi kamar di villa yang besarnya 2x lipat dari luas rumah. “Asyik, ada meja billyardnya!” celetukan lain menimpali.
‘Eh..kamarnya kaca semua. Bisa dibikin seru nih,’ batin saya sambil meletakkan tas di salah satu kamar yang ditunjuk di lantai 2. Ada lemari rendah di samping pintu, di sebelahnya dipan menempel tembok dengan jendela kaca lain di belakangnya.
Jemari saya menelusuri kaca demi kaca lalu masuk ke kamar mandi dalamnya. Saya pun bersiul dalam hati melihat interiornya. Wastafel kokoh, toilet duduk kelas premium, shower dengan air panas yang mengalir deras.
‘Fu fu fu… Ada jendela kaca besar juga di samping shower,’ lalu pintu kamar mandi pun saya tutup.
“Do you think what I think, Sayang?” tiba-tiba suara berbisik menyapa telinga ketika langkah saya berbalik dari pintu kamar mandi. Seringai jahil di wajah ini pun susah sekali disembunyikan.
“Nanti malam ya.” Sambil menjauhkan diri dari badannya, saya berlalu.
Melihat-lihat lagi sudut villa yang belum dijelajahi di lantai 2. Di samping kamar saya seperangkat entertainment set, tv kabel dan karaoke dengan layar lebar menempel. Sebuah sofa besar berkain lembut dan empuk siap diduduki bersama bean bag berwarna menyala.
Rupanya sofa ini disediakan buat pemain bilyar yang capek menunggu giliran bermain, pikir saya. Di belakang meja bilyar tersembunyi ceruk teras kecil yang dihiasi tanaman-tanaman hias tumbuh dengan suburnya. Kamar lain di lantai dua villa ini dilengkapi bathtub besar yang nyaman untuk berendam.
‘Damn, kalah kalah cepet milih kamar. Bathtub-an berdua pasti lebih asyik nih.’ Saya pun lanjut melihat-lihat teras mezanin yang luas dengan ayunan romantis di luar. Pemandangan semilyar rupiah pasti terpampang nyata dari teras ini nanti malam.
Dari teras lantai 2 terlihat rooftop memanggil-manggil untuk dijelajahi. Ngomong-ngomong naiknya dari pintu di dekat ujung tangga. Lagi-lagi ada teras di depan pintu, lumayan untuk menjemur baju. Keluar sedikit, lalu naik tangganya untuk ke lantai paling atas sendiri dari TwinPine Villa.
Dari atas meski sedikit terhalang atap villa, dapat melihat deretan bukit di sana sini. Hamparan kota dari jauh terlihat kecil dan ruwet. Kalau agak-agak tahan masuk angin, masang grill dan makan malam di rooftop pasti seru.
Tapi saya lebih baik mengeman-eman stok tolak angin dan makan-makannya di poolside saja. Makan malam dilanjutkan dengan turnamen bilyar antar keluarga. Stok jajanan dibawa ke lantai dua, dan lewatlah rencana jahil malam-malam saya karena mata sudah nggak kuat melek semua.
Tahu-tahu sudah subuh.
Tahu-tahu sudah ribut pada mau jalan-jalan pagi.
Tahu-tahu villanya kosong.
AHA!
Jebule postingan horor ???
*gagal bikin cerita dewasa*