Tren tempat makan di Malang sepertinya mengarah ke yang natural-natural. Open space dan banyak tamannya. Ada juga yang mengolah tempatnya senatural mungkin hanya menambahkan dapur untuk memasak di area kandang sapi. Namanya Kopi Moroseneng.
Ownernya tetangga depan rumah saya. Hahahaha, setelah beberapa bulan berjalan baru tahu saya kalau dia yang punya. Mbak Terry, istrinya, kalau memasak memang enak banget. Mungkin di situlah ide untuk membuka Kopi Moroseneng dimulai.
Di Perbatasan, Agak Perlu Pengorbanan ke Kopi Moroseneng
Lokasi Kopi Moroseneng agak berada di luar area Kota Malang. Kayaknya sih berada di antara Kota Malang, Kabupaten Malang, dan Kota Batu. Tepatnya di Dau.
Kalau lewat Dome UMM ke arah Batu, naik sedikit sampai pertigaan masjid lalu belok kiri. Ikuti saja jalan itu sampai melihat palang Kopi Moroseneng di enggok-enggokan. Awas kelewatan.
Saya mampir ke sini kalau lagi ada acara ke Batu. Tidak pernah secara khusus mendedikasikan tujuan untuk ke sini. Biar nggak males soalnya memang butuh pengorbanan apalagi kalau saya arahnya dari dekat pintu tol Malang. Alias dari Sawojajar ke Dau itu ..jauh..
Dari Satu Kandang Sapi Jadi Banyak Saungnya
Beneran lho. Awal kali ke sana hanya ada satu kandang sapi yang diubah menjadi tempat makan lesehan. Lainnya disediakan meja kursi jadul klasik udah mau patah di bagian halamannya. Ya, ini sendiri adalah daya tarik Kopi Moroseneng, klasik banget macam jalan-jalan ke rumah nenek ikut makan ambil piring di dapur.
Kunjungan kedua, kandang sapinya pindah tempat ke bagian bawah. Sedang dibangun saung besar di bekas kandang sapi sehingga dapat menampung lebih banyak orang sepertinya.
Kunjungan ketiga, saung sudah berdiri. Di bagian belakang dekat kamar mandi juga sudah ditambahkan kandang sapi yang lebih besar dan sudah disulap jadi tempat makan.
Kunjungan keempat, tidak ada perubahan. Hanya sudah lebih ramai pengunjung dan menunya sudah ditambah dengan pilihan es yang lebih segar.
Suasana Kopi Moroseneng yang Homey Seperti di Rumah Nenek
Makan di restoran tanpa hingar bingar suara musik rasanya langka ya? Di Moroseneng kamu bisa mendapatkannya. Tidak ada suara musik di sini. Hanya suara mas dan mbaknya yang memanggil nama pengorder. Tentu ditingkahi suara obrolan dari meja sebelah dan anak kecil yang lari-larian.
Suasananya sangat bersahabat. Adem (kecuali kalau makan siang-siang), tenang, bener-bener bagaikan makan di rumah nenek. Bersyukur saya sempat merasakan rumah nenek yang kayak begini ini suasananya. Bukan rumah nenek di kota dengan tembok bata dan dibatasi halaman rumah tetangga.
Di bagian kanan area makan Kopi Moroseneng ada selokan kecil yang cukup bersih dan tidak berbau. Bikin hawanya agak adem (kecuali kalau makan siang-siang) karena melihat air mengalir sambil ngobrol dan makan atau minum es.
Menu Andalan Kopi Moroseneng: Cumi Item Sambel Klotok
Awal pertama kali makan di sini, saya komplen keras sama masnya. Haya menunya pedes semua, tidak bisa ala carte, tidak ada pilihan nasi doang. Ini anak-anak kecil pada kelaperan sementara bapak ibunya kekenyangan dong ya. Saya memang ngga persiapan membawa makanan sendiri.
Kan biasanya ada larangan membawa makanan dan minuman dari luar ke rumah makan.
Baru kemudian ada nasi sendiri, telur dadar sendiri, ayam goreng sendiri, dan 3 pilihan ukuran nasi serta lauknya. Ayam goreng laosnya enak, btw. Anak-anak saya hap hap banget kalau makan.
Lalu mari kita bahas menu andalannya, cumi item dan sambel klotok. Cumi item dimasak di dapurnya langsung. Segar, tidak amis, dan tidak alot, berkubang di kuah tinta hitamnya. Pintar sekali yang memasak. Inget ya, cuminya pedes. Kemudian ditambah sambel klotok. Ugh rasanya nendang banget. Sambel ini dibuat dari cabe hijau dan irisan ikan klotok.
Kalau nggak kuat pedes, pilih aja menu ala carte-nya ya. Sama Es Limun Linggarjati yang varian kopi bir. Atau ngemil mendoan dan cireng aja. Es Caonya juga enak lho. Recomended kalau pas makan siang-siang.
Mungkin ada yang sudah recook masakan Kopi Moroseneng dan berhasil membuat sambel selezat tempat ini? Mama mertua saya menjanjikan membuatkan sambel klotok tapi belum juga jadi sampai hari ini setelah 2 bulan lalu saya ajak makan siang di sini.
Catatan Kalau Makan Siang di Sini
Datang sebelum jam makan kalau mau duduk dengan nyaman. Alias bisa milih tempat. Saya bolak balik menulis (kecuali kalau makan siang-siang) di atas ya karena kalau nggak beruntung, makannya di bawah sinar matahari kentang-kentang. Agak sedikit mengurangi kenikmatan, bawaannya pengen cepet kabur aja.
Sedangkan pilih makanannya kalau lagi laper banget ya yang ukuran jumbo. Atau pilih yang sedang lalu ditambah cemilan. Pilihan ukuran kecil itu kalau lagi jaim makan di Kopi Moroseneng sama gebetan. Biar nggak keliatan nggragas gitu lho, pulangnya bungkus satu porsi. Bilang aja buat makan malem/sarapan/makan selanjutnya pokoknya.
Kenapa? Biar kamu nggak ngiler soalnya makan cumi item dan sambel klotoknya belum puas.
aduuh.. cuminyaa ?
aduh cuminya enaaak. seger jadi empuuukkk