Orangtua itu tidak meminta materi. Tidak juga menuntut banyak dari anak-anaknya. Yang selalu mereka inginkan sebenarnya cuma membahagiakan anak-anaknya. Baik dari materi ataupun hanya sekadar perhatian yang menurut Mama Papa saya cuma itu yang mereka bisa. Padahal tentu sebagai anak saya lebih banyak merasa durhakanya daripada bersyukurnya memiliki orangtua yang sehat dan sangat membantu ketika kehidupan saya limbung diguncang kedatangan dua bayi berurutan.
Dulu semasa masih bersama suami saja, saya suka memanjakan Mama dan Papa dengan datang setiap akhir pekan. Menikah dan ikut suami adalah cita-cita saya yang ingin membentuk rumah tangga sakinnah, mawardah dan warohmah. Membaktikan diri padanya sambil bekerja sebagai aktualisasi diri.
Ya, akhirnya tidak banyak waktu lagi bersama Mama Papa, hingga tidak sempat mengantarnya berbelanja atau sekadar beli gorengan tahu petis seperti kebiasaan kami kalau giginya sedang gatal. Mengobrol saja lewat telepon pun jarang. Karena lebih banyak lewat Whatsapp tentunya.
Dua tahun lalu, saya pulang kandang. Membawa cucu laki-laki yang sebelumnya sering mereka tanyakan karena sudah lima tahun pernikahan kok nggak juga punya anak. Rencana hanya tiga bulan saja sebelum kembali bekerja, molor hingga dua tahun lebih karena tiba-tiba diberi rejeki untuk mendapat anak kedua. Langsung setelah anak pertama. Well, subur juga saya ya.
Walhasil, Mama dan Papa pun waktu jalan-jalannya jadi tidak ada. Lebih senang main sama cucu, katanya. Ada dua lagi, yang satu cewek lagi, sambung Papa. Pulang kandang saya jadi menetap rupanya. Senang sih, karena saya jadi ada waktu untuk pup tanpa digedor si kecil, atau untuk sebentar pergi karena ingin mereview sesetempat makan seperti dulu. Sebuah kemewahan bagi saya dan keluarga yang ternyata belum sanggup mengurus anak dua berdua saja.
Kata mewah sendiri sebenarnya jauh dari keluarga saya sejak dulu kala. Kemewahan bagi kami adalah bisa kumpul bersama karena kalau dulu masih aktif Mama dan Papa di Jakarta, saat sudah pensiun anaknya yang ke mana-mana. Mereka sebenarnya senang jika tiba-tiba dibelikan tiket pesawat untuk jalan ke Jakarta atau ke mana oleh kakak atau adik. Sementara saya bisanya cuma mengantar keliling-keliling kota saja.
Bulan lalu, Mama dan Papa merayakan ulang tahun perkawinan yang ke 43. Tidak ada yang bisa saya berikan sebagai hadiah yang dapat mewakili apa yang diberikan mereka berdua kepada saya. Hanya dua batang ponsel kembar saja untuk mereka. Sudah dengan aplikasi yang biasa mereka pakai seperti Whatsapp dan Alquran digital.
Dua aplikasi yang gampang saja. Karena mereka terlalu takut untuk memesan ojek online bahkan saat mereka bepergian. Lalu Mama ingin membeli lemari bamboo lipat yang dipamerkan adiknya lewat whatsapp. Beli di mana dia, Ma, tanya saya. Di Shopee katanya.
Waduh. Ini nih waktunya. Ketika Mama mulai dikenalkan pada Shopee, tempat belanja idaman kaum perempuan Indonesia. Adiknya tentu pencari diskonan ongkos kirim, koin Shopee dan flash sale, rupanya. Seperti saya. Tiga bulan cuti melahirkan yang saya beli barang-barang remeh temeh seperti boneka gajah pink peekaboo untuk bayi yang bahkan waktu itupun belum lahir. Hampir setiap hari ada saja saya berlari-lari ke pagar mengambil paket kiriman Shopee. Lalu saya memberi konfirmasi barang sudah diterima, kemudian ikut flash sale lagi. Begitu saja terus.
Dan kini, Mama ingin belanja di Shopee.
Untuk urusan mengunduh aplikasi Shopee dari Google Play, tentu beliau sudah bisa. Game Zuma favoritnya, tiba-tiba sudah nangkring aja di hp barunya. Padahal sengaja saya lewatkan. Saat mengajarkan belanja, saya memilih random untuk sekalian belanja baju menyusui lewat Shopee.
Lho tinggal pilih warna aja? Cari tahu ukurannya yang mana?, tanya Mama. Masing-masing toko di Shopee punya cara yang beda Ma buat jualannya. Ada yang ditulis di keterangan toko, ada juga yang di keterangan produknya. Saya menjelaskan dengan pelan-pelan. Yang penting dibaca dulu setiap cari barangnya, ya Ma.
Kalau harganya gimana?, Mama mengerenyitkan kening melihat harga yang saya pilih. Di Shopee bisa dipilih yang harganya Mama paling cocok kok. Nggak harus yang ini, Ma. Coba ketik dulu jenis barang yang dicari di kolom search, terus pilih harga yang paling cocok.
Kalau sudah pilih, ongkos kirimnya gimana? Harus bayar juga ya? Nggak kayak belanja di toko? Saya cuma bisa bilang, kalau belanja di toko harus bayar parkir, belum lagi pengen beli es teh, terus ngelirik gorengan. Belanja di Shopee aja bisa langsung dianter ke rumah kok Ma. Nggak usah takut kalau belanjaan nggak sampai-sampai, di Shopee ada pelacakan kiriman sampai ke tujuan, Ma.
Di akhir percobaan Mama belanja di Shopee, saya mengemas dua buah dress menyusui. Sigh, kenapa jadi belanja lagi sih ini. Padahal sudah menyimpan beberapa barang di wishlist untuk dibeli saat THR datang lebaran nanti.
Tapi… Mama tampak puas dengan penjelasan saya. Wajahnya berbinar-binar siap berbelanja di Shopee Big Ramadhan Sale saat itu juga. Beliau, tampak senang karena ada cashback belanja di Shopee sampai 200 ribu!
Itu hal kecil.
Ternyata membahagiakan ya.