Dua minggu lalu, ruas tol Madiun digenangi banjir besar. Satu jalur ditutup dan diberlakukan kontra flow di lajur lainnya. Berbahaya memang, tapi untuk kendaraan yang sudah kadung masuk jalan tol, mau gimana lagi. Harus berhati-hati.
Minggu lalu saya melewati TKP banjir di tol Madiun itu, masih terlihat karung-karung pasir menumpuk di sisi jalan. Persiapan menghadapi hujan musim ini yang lebatnya nggak kira-kira. SEREM memang jalan di tol dan hujan deras dengan pandangan terbatas. Roadtrip saya ke Jogja kemarin pergi pulangnya tak lepas dari hujan deras sepanjang perjalanan.
Rencana roadtrip ini sebenarnya cukup dadakan. Setelah cuti panjang melahirkan bulan lalu, sebenarnya rada sungkan. Untuk mengantar orangtua, jadilah kami menyusul-nyusulkan jadwal cuti di tengah musim hujan nggak karuan seperti sekarang. Dari rencana naik kereta akhirnya dipilihlah bawa mobil saja sekalian mencoba tol baru Pandaan menuju Jogja. Mamanya anak-anak ini juga sekalian nostalgia menyetir sendiri Malang Jogja Malang.
Kalau dulu saya membawa sedan berkapasitas 4 orang, sekarang dengan Toyota New Sienta. Sebuah MPV yang Stylish dan Modern bagi Anda keluarga muda yang aktif. Kata Toyota di websitenya begitu. Mobil yang baru menemani saya selama 1,5 tahun belakangan sejak lahirnya Raga.
Sienta ini meskipun terlihat kecil dari luar, luas kabinnya bisa diakali untuk berbagai keperluan. Dengan format 5+2, dua kursi di baris terbelakang bisa dilipat untuk memperluas bagasi. Tinggal lipat, VOILA, hilang sudah kursinya dan bagasi jadi dua kali lebih luas yang benar-benar lapang tanpa tonjolan kursi yang dilipat. Kalau butuh kursi lagi, tinggal dibuka dari tempat persembunyiannya.
Namanya fitur dive in seat. Koper 2, ransel 2, 1 tas popok, 1 tas susu bayi, 1 baby car seat, 1 light stroller, 1 tas isi 4 sepatu, 10 kardus oleh-oleh, printilan jajanan, bisa masuk bagasi semua! Wow, amazing dengan luasnya.
Baby car seat ini saya bawa untuk persiapan misalnya perlu pulang duluan sementara orangtua masih ingin berlama-lama di Jogja. Saya membawa bayi 3 bulan dan batita usia 2 tahun. Seharusnya sih semua masih duduk di car seat, ya, demi keamanan penumpangnya. Namun baris kedua saya perlukan untuk tempat duduk orangtua dan anak lanang yang pasti nggak bisa diam.
Nyaman memang dengan Sienta, kursi tengahnya bisa maju mundur menambah luas ruang kaki untuk orangtua saya kalau anak lanang sedang berulah.. Betul kan, sepanjang perjalanan dia maunya lihat kanan kiri, lompat-lompat dan tiduran. Bahkan sempat hilang dari pandangan karena duduk jongkok di bawah kursi.
Jadilah selama mbak Sienta dihajar hujan deras baik waktu berangkat dan pulangnya, kondisi di dalam kabin tetap terkendali. Hujan di ruas tol siang bolong panas kentang-kentang tiba-tiba memasuki kawasan mendung berat dan badai, saya kayak sedang syuting film TWISTER. Masih ingat? Sayang sedang menyetir, jadi saya nggak punya footage perubahan warna langitnya. Ingatkan saja untuk memasang dashboard camera biar pengalaman seru roadtrip dengan Sienta ini bisa saya bagikan kapan-kapan.
Memasang dashboard cam di Sienta sepertinya tidak mengganggu pandangan. Kaca depannya luas dan kalau kursi pengemudi diselonjorkan saya masih bisa melihat ujung kapnya. Meski tidak begitu menyukai bentuk kap lampu depannya, perlu diakui kalau formasi susunan headlights-nya membantu pandangan pengemudi saat malam hari. Saya juga suka mobil sedang ini dilengkapi dengan fog lights front, menerangi bagian bawah sementara pandangan saya fokus melihat jalan karena visibility yang rendah saat hujan badai menghadang di perjalanan pulang.
The part that i want to forget sepulang roadtrip kemarin.
Cukup tiga hari di Jogja, kami pulang dengan seabreg oleh-oleh bakpia, gudeg, dan salak pondoh. Papa membawa pot-pot hidroponik dari Griya Anggrek Radefa. Bagasi cukup penuh dengan beban tambahan baju-baju basah bekas dipakai berenang dan berat badan yang bertambah setelah wisata kuliner di sana. Mobil jadi terasa lebih mantap dibawa daripada saat berangkatnya.
Setelah salat di Rest Area Karanganyar, hujan rintik-rintik menerpa. Lalu kilometer berikutnya saya nyaris tidak bisa melihat apa-apa di jalan depan saya. Derasnya nggak kira-kira. Laju Sienta jadi sedikit terhambat karena terpaan air hujan dan angin, serta genangan air di jalan. Naluri melindungi saya agak sedikit terkalahkan dengan keinginan tetap ngegas dalam demi tidak terhambat ancaman banjir di ruas tol Madiun.
Jalan 80km per jam, kadang mencapai 100, bertahan di lajur kiri. SWOOSSSH tiba-tiba kaca depan diguyur air dari sisi kanan saat (seingat saya) Innova Reborn melaju kencang. Tidak lama ban terasa tidak menapak aspal ketika melewati genangan yang lebih dalam.
Jantung saya berhenti berdetak.
AND THERE YOU GO.
Di depan saya Innova Reborn terperosok di pembatas jalan bagian tengah dengan kap depan dan bagian kanan kiri bodi depan pesok.
Dengan jarak pandang yang terbatas di tengah badai kemarin, saya nggak melihat jelas penyebab kecelakaannya. Tiga mobil depan saya berhenti di sisi kiri tapi tidak melihat kira-kira mana mobil yang mungkin bersinggungan dengan yang kecelakaan. Saya memutuskan melanjutkan perjalanan ketika melihat mobil patroli di lajur seberang. Sejam lebih ke depan, hujan badai masih tidak mau melepaskan saya berkendara dengan tenang menuju Malang.
Saya yakin mobil yang kita kemudikan dirancang dengan tingkat keamanan tinggi. Hanya kebiasaan berkendara saja yang menyebabkan terjadi kejadian di luar perkiraan. Misal kurang waspada dengan kondisi jalan, melenceng sepersekian detik bisa hancur berantakan. Ngegas dalam-dalam di curah hujan dan terbatasnya pemandangan juga bisa memancing perkara.
Seperti saring before sharing di dunia maya, lakukan juga thinking before driving saat di jalan.
Alhamdulillah meski jadinya nyasar turun tol Surabaya bukannya ke Malang, Toyota New Sienta yang saya kemudikan selamat sampai di rumah. Coba tebak bagaimana bisa-bisanya saya turun tol Surabaya?