Berendem di sungai memang menyenangkan. Tapi juga bukan yang beraliran deras kayak gini sih kalau mau berendem. Yang di sini cocoknya untuk rafting atau tubing. Itulah yang kemarin dicobain, Rafting di Gubuk Klakah.
Iya, Gubuk Klakah yang ada di kaki gunung Bromo itu. Jadi jangan bayangkan raftingnya akan penuh keringat dan semangat. Yang ada adalah raftingnya jadi menggigil kedinginan, apalagi waktu ditiup dengan angin lembah, hiiii… gigi gemeletuk kayak mesin jahit.
Bisa dihitung dengan jari berapa kali saya main ke Gubuk Klakah. Biasanya hanya untuk menitipkan mobil, menyewa jeep, menuju Bromo melihat sunset dan makan malam di sini, di Ndayung Adventure, operator rafting di Gubuk Klakah. Tempatnya memang super eksotis bagi pecinta hijau dan pemandangan.
Kali ini saya bersama teman-teman suami di BlackBox Production. Dengan 2 mobil dan 4 vespa bersama 14 orang, disiapkan 5 perahu karet oleh Ndayung Adventure. Rute menuju Ndayung Adventure ini cukup melajulah ke arah Bromo dari Tumpang. Sebelum Coban Pelangi ada Ndayung Adventure di sebelah kanan. Sementara starting point rafting jauh sekitar 2 kilometer di bawah. Biaya rafting yang harus dirogoh masing-masing orang adalah 200.000 rupiah, lengkap dengan foto-foto, snack dan makan siang.
Untuk menuju titik awal rafting rombongan diangkut dengan pickup terbuka sambil membawa genset dan perahu karet yang dilipat. Jalur menuju titik itu pun sebenarnya subhanallah begitu indahnya. Sayang saya lagi sibuk megangin rok dan tangan satunya pegangan pickup biar ngga jatuh. Menembus kebun apel, naik turun bukit. Bagus banget!
Turun dari pickup pun masih harus jalan jauuuh lagi turun ke lembah sungai. Di sinilah saya takjub sama mas-mas operator yang membawa genset turun ke sungai. Iya genset yang buerat itu. Kemudian setelah perahu karet selesai dikembungkan, gensetnya dipanggul lagi ke atas untuk dibawa ke basecamp. TUAKJUB dengan kekuatan tubuh mereka. Padahal saya jalan ngga bawa apa-apa aja kepleset, Lucky dengan jelly shoes-nya juga mending dilepas. Lha itu malah bawa genset :))
Setelah nyemplung ke sungai, sedikit terlihat kalau debit airnya tidak terlalu tinggi sehingga batu-batu sungai menyembul ke atas. Wah kalau gini banyak ndayung-nya seperti nama operator raftingnya nih, pikir saya. Oh ngga ndayung, tapi nggenjot karena hanya mas guide aja yang bawa dayung untuk mengontrol laju perahu. Padahal kalau saja hujan sehari sebelum rafting, ketinggian air cukup ideal untuk dilalui.
Di beberapa jeram, perahu grup 3 yang saya tumpangi bersama Victor dan Faizal tersangkut di batu-batu. Apalagi menjelang titik krusial di mana jeram tertinggi yang katanya lebih menegangkan itu.
Eniwe saya sempat tertipu di situ.
50 meter dari jeram, rombongan perahu-perahu dipecah. Yang memakai perahu karet kecil disatukan di perahu yang besar. Perahu saya tepat di belakang sendiri dari rombongan ketika melaju kembali. Dari atas terlihat teman-teman di pinggir jeram sambil minum jahe dan makan gorengan.
Tiba-tiba perahu terlonjak ke bawah menuruni jeram 4 meter berundak tingginya itu.
Refleks teriakan membahana saya ngga bisa ditahan sudah :)). Seram sangat saudara-saudaraku :)).
Di jeram itu juga bagi yang berani lompat-lompat, silakan melompat. Saya sih sibuk makan gorengan untuk isi tenaga sebelum melanjutkan perjalanan. Total rafting ada 5 kilometer dengan durasi perjalanan sekitar 2,5 jam dan berakhir di Ledok Amprong, desa di bawah Gubuk Klakah.
Dari Ledok Amprong juga bisa tubing lho. Jaraknya memang tidak terlalu jauh, tapi lumayan untuk watersport di akhir pekan bareng teman-teman. Jangan lupa bawa jaket ya!
1 Comment