Kata Amrazing, yang benar tulisannya adalah JOMLO bukan JOMBLO. Jomlo bagi saya adalah ketika si dia harus bekerja, dan si dianya sahabat juga sedang bekerja. Malam Minggu pula. Jadilah duo jomlo berkeliaran hingga menemukan Nasi Bebek Cah Solo di Jalan Jakarta.
Wait a minute. Benerkah itu tulisannya Sego Bebek? Bukan Sego Bebik?
Tapi dari yang diantarkan ke hadapan saya setelah duduk di pinggiran food truck ini adalah sepiring nasi bebek bakar dengan sambal bawang. Bukan babik kok, sumpah serius. Seru ya ada food truck jualannya makanan kebanyakan seperti nasi bebek bukan camilan semacam burger, taco, atau sosis-sosisan.
Rasanya enak banget pula.
Oh setelah lihat banner di depan mobilnya, baru nyadar kenapa rasa si bebek begitu enak. Bebeknya dipresto dulu, jadi memang tidak kering seperti Bebek Pak Slamet, atau Bebek Sekolduck, atau Bebek Bang Husen. Apalagi dibakar, ugh lemak bebeknya masih kesimpen di bawah kulit. Ugh. Lemak. Ugh. Timbangan.
Si Cah Solo ini menyediakan tiga macam pilihan sambal. Dari Sambal Bajak, Sambal Bawang, dan Sambal Ijo. Yang menggoda? YOOOW, Sambal Bawang! Karena sambal tomat yang diuleg di atas layah besar seperti tempat lalapan lainnya ngga kelihatan.
Sepotong bebek bakar/goreng kremes dihargai 17k, plus nasi 3k, yaa rata-rata makan di sini 20k. Sementara ayam potong 9k dan ayam kampungnya 13k. Kalau ngga hujan makan di food truck yang nangkring di pojokan Jalan Jakarta seberangnya Iga Mas Giri ini jadi setengah romantis. Dengan lampu kuning gantung-gantung gemerlapan dan meja kayu yang bersih.
Serulah untuk malam minggunya jomlo-jomlo. Kemudian beberapa pasangan datang menyusul makan di Sego Bebek Cah Solo. Malam minggu jomlo pun berakhir sudah.
Ah.. Saya rindu.