Banyak perubahan setelah saya terakhir berkutat di stasiun kereta api bulan April yang lalu. Saat itu pacar saya masih nganter saya sampai masuk gerbong. Pulang dari Jakarta, orang tua juga masih bisa nganter saya ke gerbong. Tapi tidak kemarin saat saya gantian nganter pacar.
Saya tertahan di pintu masuk, tidak ada karcis peron seperti sebelumnya. Belum sempat ucapkan selamat jalan dan hati-hati. Sial. Saya tidak tau perkembangan stasiun kereta api akhir-akhir ini. Perpisahan pun hanya bisa dilakukan lewat telepon, sembari sesenggukan karena marah banget ga bisa masuk sampai saya ke kantor lagi. Silly.
Dan berkeluhkesahlah saya di twitter. Salah, seharusnya saya browsing dulu mencari tau ada apa dengan kebijakan baru itu baru ngomel-ngomel. Kelihatan deh bodohnya saya.
Jadi begini, stasiun kereta api sudah menerapkan Sistem Boarding seperti di bandara. Hanya penumpang bertiket saja yang bisa masuk ke area keberangkatan. Hal ini untuk menghindari penumpukan penumpang yang waktu keberangkatannya masih lama dan pengantar. Agar penumpang yang datang dan berangkat nyaman saat naik dan turun kereta.
Penilaian saya? Sure sistem itu bagus untuk bandara yang area dropping penumpangnya lebar, area menunggu penumpangnya juga luas. Stasiun kereta api di kota Malang? Parkirannya semrawut, dropping penumpang di pinggir jalan, teras stasiunnya sudah dipakai untuk area menunggu penumpang. Not cool.
Tapi saya mendukung dengan adanya perubahan ke arah yang lebih baik ini.
tiketnya tambah mahal ngga dengan diterapkan system ini ? kalau tambah mahal y berarti ada sesuatu… 🙂
klo kenaikan harga tiket sih emg uda dari lebaran keknya ga mau turun lagi… tapi kata si pacar, di dalem stasiun emang jadi bersih trus ga sliweran orang. yaaa, selangkah lebih baik.
tapiiii aku belom pamitaaaaan
iyaa apalagi kalau cewe kyk saya kmrn bawa brg banyak pas ke bandung duh susah kl ga dianter =(
juga untuk mengantisipasi penumpang gelap sih yak,,, maju terus pt. kai 🙂