foto keluarga di dinding rumah

Ada Untungnya Bapak Ibu Nggak Diam Saja

Sementara mama mertua malah sibuk banget di masa pensiunnya. Beliau masih menyetir ke sana ke mari, mobil kijang manualnya seorang diri setelah bapak mertua sedo beberapa tahun yang lalu. Tiba-tiba ada di pulau mana satu dua hari perjalanannya. Cap paspornya malah jauh lebih banyak daripada paspor saya yang sudah mati di pandemi kemarin. Bapak saya sih digrounded tidak boleh menyetir lagi sejak masuk usia 70an, mobil langsung dijual biar nggak colongan pergi.

Bukan maksudnya membatasi sangat tidak boleh pergi ke sana ke mari, hanya respon menyetir Bapak sudah tidak sigap lagi. Alhamdulillah selama 2 anak saya bertumbuh bersama Bapak Ibu, sampai hari ini mereka masih ingat si sedan biru. Namun kalau saya yang menemani Bapak menyetir, rasanya auto ingin merebut setir. Too scary untuk jalanan sekitar rumah yang semakin padat akibat limpahan pintu tol menuju kota.

Mungkin beliau ada trauma-traumanya juga karena pernah mancep di belakang pantat truk, dan setelah pensiun pernah jatuh kepeleset pas turun dari mobil. Bapak dan Ibu kini lebih banyak jalan kalau mau pergi belanja yang melewati jalan raya sekalian olahraga. Saya sudah nggak punya mobil juga sih, wkwkwk. Tapi kalau ke masjid atau sekadar ke mart di ujung perumahan, Bapak berani naik motor matic yang jadi 2nd bike saya setelah si ninja hattori. Adalah mbak saya yang rutin mengajak Bapak Ibu jalan-jalan keluar rumah melihat pemandangan, atau belanja agak banyakan, juga adik-adik kalau pas pulang ke rumah di Malang.

Mereka nggak diam saja di rumah. Orangtuamu juga begitu ya, jangan biarkan diam saja di rumah ketika sudah pensiun atau mungkin fungsi kesehatannya menurun. Carikan kesibukan, ajak ikut kegiatan di rumah lansia juga bisa. Dorong untuk terus bergerak biar badannya juga nggak sakit semua. Pagi-pagi keliling beberapa rumah, menyapa tetangga, lihat-lihat harga di mart-mart, biar ingatannya terus terisi.

Saya sedang sedih karena Eyang Papi, bapak kandung Pak Suami, mengalami gangguan memori jangka pendek setelah digrounded nggak boleh nyetir motor lagi. Lebaran kemarin waktu sowan, Eyang Papi masih sugeng mengajak cucu-cucunya bermain. Ngambilin mainan, jajan, dan cerita banyak hal. Suddenly beliau masuk rumah sakit, tidak bisa mengingat nama Pak Suami sama sekali, kebingungan dengan waktu, tidak bisa tidur, namun masih ingat dengan teman-temannya yang sudah almarhum.

Pertimbangan keluarga di rumah sana, Eyang Papi digrounded karena terhitung 3x sudah tabrakan motor bahkan baru keluar rumah sekalipun. Too scary too untuk melepasnya pergi daripada terjadi suatu apa di jalan lagi. Namun saya menangkap kalau beliau akhirnya ya hanya di rumah saja, duduk melihat orang lalu lalang di jalan gang. Sampai hari-hari di mana beliau nggak bisa tidur, mandi jam 1 malam, membuka pintu rumah dini hari, makan dari tempat yang tidak biasa.

Hampir persis kejadiannya dengan Mbah Ti yang dulu dikunciin di rumah Jogja atau Bogor ya, karena sering hilang waktu jalan-jalan di perumahan mereka yang buesar. Sementara kalau di rumah Malang, beliau bebas jalan keliling, kalaupun hilang arah sudah banyak orang yang kenal mengantar pulang. Fitur lainnya adalah adaaaa saja yang beliau ceritakan ke tetangga-tetangga soal cucunya yang tinggal satu di rumah ini dengan berbagai versi, hehehe. Kemudian beliau tinggal bersama saudara-saudara Bapak lainnya sebelum meninggal di Jogja.

Kejadian menurunnya ingatan ini juga terjadi di Mbah Putri Pak Suami ketika beliau kepleset dan pinggulnya bergeser. Memaksanya duduk diam di kursi roda dan tergantung orang lain untuk bergerak. Beliau juga mengalami penurunan ingatan sampai akhir hayatnya.

Sibuk terus, bergerak terus, itu baik untuk orangtua. Berikan waktumu sebentar untuk menemani kalau misalnya kawatir mereka hilang ketika olahraga jalan pagi. Toh teknologi juga sudah berkembang pesat. Pasang saja sharing location dari ponsel mereka. Atau beli samsung tag dan sejenisnya sebagai pelacak keberadaan mereka di luar rumah.

Jauh jauh jauuuuh lebih mudah merawat mereka menua dengan sehat daripada mereka terbaring sakit. Semangat selalu ya kalian para care-giver.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *