“EBUSET… Banyak polisi. Harus sembunyi nih, daripada ketahuan!” pikir saya di tengah keramaian.
Iyak.
Hari Kamis tanggal 19 Juli 2018 lalu, saya deg-degan banget waktu makan siang di Plaza Araya. Seperti biasa memanfaatkan promo buy one get one di salah satu kafe kan jiper juga kalau dijejerin polisi-polisi. Ternyata hari itu adalah premiernya film 22 Menit, yang bercerita tentang tim elit dari kepolisian. OALAH MAKANYA…
Dari trailernya dapat diceritakan kalau 22 Menit ini merupakan based on true story movie dari kejadian bom thamrin beberapa tahun lalu. Bom meledak di pusat kota, di ibukota Jakarta, punya Indonesia! Mobil terbalik di dekat pos polisi dan masih dilanjutkan dengan tembakan-tembakan beruntun mengiringi. Masih ingat nggak sih waktu itu timeline begitu bergelora dengan hashtag #KamiTidakTakut?
Saya ingat banget. Karena adik bekerja di Jakarta dan banyak teman juga yang di sana, rasanya ikut panik mencari kabar apakah semua baik-baik saja. Ternyata tidak. Ada korban yang tergeletak bersimbah darah yang terekam kamera netizen. Sementara tayangan televisi memutar berulangkali rekaman yang diperoleh dari citizen journalism, saya memilih mengikuti timeline Twitter yang bergerak lebih cepat melaporkan.
Termasuk sosok-sosok polisi keren yang memakai branded fashion dan terlibat baku tembak dengan pelaku terorisme yang masih berkeliaran menebar teror di tempat terbuka. Suasana timeline yang tadinya mencekam sedikit demi sedikit mencair dengan keahlian para penghuni dunia Twitter yang turut mendukung petugas di lapangan agar segera melumpuhkan pelaku dan menggemakan tagar #KamiTidakTakut.
Yang tidak saya perhatikan, ternyata adegan baku tembak itu berlangsung hanya 22 menit saja. Saking timeline begitu seru membahas ini itu termasuk jatuhnya korban. Saat itu saya tidak kenal siapa pelaku dan siapa polisi yang turut menjadi korban. Dari film 22 Menit yang pada akhirnya saya tonton bersama teman-teman, saya mengenal mereka lebih dekat.
Adalah Bripda Firman dan AKBP Ardi, serta Bang Aldo. Ketiga nama ini lekat di pikiran sepanjang menonton filmnya. Diskusi ringan tentang percintaan jadi benang merah hubungan ketiganya saat menjalankan tugas di pos polisi yang menjadi TKP bom berada. Sayang, salah satunya jadi korban ledakan bom yang berada di dekatnya.
Lalu ada juga AKBP Ardi yang tampil ngejreng selama film 22 Menit berjalan. Tokoh sentral dalam film ini memang menjadi ujung tombak bagaimana cerita dibuat. Di sinilah saya dan penonton lainnya, mungkin yang cewek-cewek, pengen UUHHH terus sepanjang dia terlihat mendominasi layar di depan mata. Dari aktivitasnya di rumah, meeting dengan petinggi-petinggi kepolisian, hingga tiba-tiba mobilnya sudah ganti aja dari Innova jadi Fortuner apa ya.
Konon dari film 22 Menit ini penonton akan diajak belajar mengenai penanggulangan terorisme yang beberapa waktu belakangan mengguncang kedamaian Indonesia. Ya sih, jelas campur tangan Kepolisian Republik Indonesia dalam penggarapan film menjadikan kualitasnya jauuuuh berbeda di atas film-film Indonesia lainnya. Penonton diajak lebih dekat pada perlengkapan tim penanggulangan teroris termasuk teknik-teknik mengatasinya.
Ada adegan tim di dalam mobil rantis dengan perlengkapannya yang kayak senjata otomatis. Ada juga adegan turun dari helikopter di atas gedung, pun sekalian yang lompat dari puncaknya untuk menyergap teroris. Kadang dalam hati bertanya, ternyata polisi kita lho punya senjata-senjata keren gitu. Kenapa ya yang sering kelihatan hanya yang di lantas atau reserse yang nangkapi penjahat kambuhan. Polisi-polisi itu tidak terlihat di 22 Menit!
Seru yang pasti! Termboooisss yang jelas! Terkeren yang pertama saya tonton sepanjang tahun 2018 ini. Cobalah komentar apa yang kamu alami saat nonton film 22 Menit di Instagram saya yang ini.
Yang pasti, produk placement film 22 Menit ini……….kelihatan banget, hahahaha!
apa aja product placementnya? hehehehe