Daerah Dieng bukan lagi identik dengan Universitas Merdeka saja. Sebelum kemunculan Malang City Point, beberapa spot kuliner mulai ‘menjajah’ kompleks ini dengan Gelato di Presley, dan yang paling legend adalah bakul burger gerobakan saya lupa namanya apa. Bertahan hingga sekarang dari jaman kuliah dulu. Nah, di pojokan dekat jembatan menuju Lembah Dieng ada The Arbanat yang megreng-megreng dengan kerennya berbalut warna hitam legam di bagian depan.
Beberapa kali melewati daerah ini sepulang main tembak-tembakan di Ma Chung, kayaknya belum juga kepengen makan di The Arbanat. You know arbanat aka rambut nenek aka yang jualan ngik ngok ngik ngok kalau keliling komplek? Noo, The Arbanat bukan kumpulan tukang ngik ngok kok, tapi tempat makan, nongkrong, ngobrol, meeting dan foto-foto yang sahih cakep tempatnya.
Kalau bukan karena Boo yang kopdar dengan Pitta Sekar di The Arbanat, jajahan kuliner saya paling belum juga melirik tempat ini. Hampir 2 minggu Boo berbusa-busa bilang burger-nya The Arbanat enak banget, dan lainnya dan lainnya. Kebetulan Pitta main ke Malang bersama puluhan temannya sehingga hampir semua menu di sana dicobain satu-satu karena macam-macam maunya.
Promosi dari teman masih powerful, right?
Buku menu The Arbanat memang tebal. Menu makanannya banyak, begitu juga menu minumannya. Harga makanan dan minuman The Arbanat sekitaran 25ribu hingga 40an ribu. Yang termahal ada, menu gurami 90ribuan. But sekali lagi seperti apa kata Rita, ada harga ada kuantitasnya. Melihat mangkoknya yang buesar gitu rasanya sebanding dengan harga yang dikeluarkan.
Namun saking banyaknya menunya, kami juga agak bingung sih mana yang dijadikan menu andalan The Arbanat. Nero Burger itu jelas saya rekomendasikan. Burger hitam dengan isian kepiting soka utuh, hmmm siapa bisa menolaknya. Salad-salad pilihan The Arbanat juga menyenangkan buat yang mau makan ringan-ringan. Saya tidak merekomendasikan chicken wings saus vietnam, better sekalian makan berat seperti Nasi Goreng Buntut.
Yang menjadi perhatian saya dari The Arbanat adalah betapa cepat pelayanan yang diberikan untuk kustomernya. Mungkin hanya sekitar 15 menitan dari pesanan makanan dan minuman masuk ke dapur, tiba-tiba saja sudah terhidang di meja kami. Bahkan yang rokokan masih belum habis sebatang di luar sana, meja makan kami sudah penuh lengkap semua pesanan.
It’s super fast! Keren, Arbanat!
Dan lidah saya hampir bersorak melihat Salted Caramel Peanut Ice Blend di daftar minuman. Nyaris 3 bulan mencari minuman berbau Salted Caramel Mocha setelah membeli di Maxx Coffee, baru di The Arbanat saya menemukan yang serupa. Meski ya nggak mirip sih, tapi saya lega sudah keturutan minum salted caramel lagi.
The Arbanat Kitchen-Cafe-Lounge punya paket lengkap buat kamu yang pengen menghabiskan waktu di sini. Ada zona dining yang hangat, cafe yang nyaman, dan lounge yang eksentrik untuk dijadikan pilihan bareng teman-teman. Tempatnya juga besar, mau grup berbanyak tidak masalah. Hanya kadang zona di lantai 2 di atas area merokok hanya dibuka di waktu-waktu tertentu saja.
Parkirannya juga luas kalau kamu mau bawa mobil. Tidak cukup di pelataran The Arbanat, sila menuju ke seberang jalan ada lahan yang cukup luas di sana. Jangan lupa ada tax dan service charge untuk setiap pembelian ya.