Nggak terasa sudah setahun lewat ditemani si Hattori. Tidak banyak permak sana sini yang saya lakukan untuk mengubah tampilan motor 250cc itu. Saya suka merahnya, saya suka dia apa adanya. Tapi kenapa saya sering dibilang kurang safety at riding Hattori ya?
Intip dulu foto sehari-hari saya bersama Hattori di jalan raya. Ini adalah snapshot teman dari dalam mobil waktu ketemuan di pinggir jalan. Adakah yang salah?
Banyak! Saya menyadari kalau pergi-perginya deket rumah aja, terkadang mengabaikan keselamatan diri sendiri. Kelihatan kalau setidaknya ada tiga kesalahan yang saya lakukan.
Tidak Memakai Pelindung Tubuh
Jaketnya ke mana? Kenapa nggak pakai sarung tangan juga? Di rumah sih ada, memang nggak saya pakai waktu itu. Padahal dengan memakai motor besar, harus lebih waspada dalam melindungi tubuh terutama bagian atas.
Fungsi jaket tidak cuma buat mendongkrak penampilan buat rider motor besar. Jaket dapat menjaga tubuh dari terpaan angin, debu, kotoran juga polusi yang mengancam di jalanan. Apalagi buat yang senang main gas-gas dan memacu kecepatan, masuk angin itu cuma contoh sederhana sakit yang mungkin terjadi saat sampai di tujuan. Tidak memakai jaket juga membuat tubuh rentan terpapar bibit penyakit yang mungkin dibawa pengguna jalan lainnya. Flu ringan hingga penyakit berat seperti TBC bisa lho ditularkan di jalan kalau tubuh tidak terlindungi.
Buat rider perempuan, memakai jaket itu juga berfungsi melindungi kulit dari radiasi sinar matahari. Saya sering mengeluh kenapa lapis legit di lengan ini susah hilang. Antara pergelangan tangan sampai yang tertutup lengan pakaian, warnanya beda sama kulit di dalam. YAIYALAH, MAKANYA PAKAI JAKET Neng!
Kenapa Nggak Pakai Sepatu Kulit?
Pertamanya sih saya eman-eman pakai sepatu kulit kalau untuk naik motor besar begini. Kan bagian punggung sepatu kulit sebelah kiri bakal aus lebih cepat karena dipakai untuk mengganti gigi. Ya kan? Tapi saya punya sepatu kulit model boots yang hanya dipakai untuk pergi-pergi turing.
Manfaat sepatu kulit untuk turing biasanya sudah dilengkapi pengaman tambahan untuk melindungi kaki lebih baik. Ada lapisan besi di bagian ujung jari, lining di bagian punggung kaki untuk menghindari lapisan kulitnya rusak saat mengganti gigi, juga lapisan pelindung yang tebal di bagian dalam untuk membungkus kaki jika terjadi benturan. Nah memakai model sepatu kulit gini kan agak gengges ya kalau saya pergi naik motor ke pasar. Hehehe, boleh mencari pembenaran dikit ya… Hehehe…
Helm Apaan Tuh! Rider Motor Besar Kudu Pakai Helm Full Face!
Paling enggak nggak pakai helm imut gitu deh, Neng! Begitu cercaan teman sesama pengguna motor besar waktu bertemu di kopdaran pabrikan motor bersama rider lainnya. Memang sih, helm saya sangat imut sekali dibandingkan rider-rider yang tampak lebih niat melindungi kepala dengan helm-helm full face bervariasi warna dan bentuk itu.
Memakai helm full face setidaknya memang menjadi kewajiban bagi rider motor besar. Bukan cuma biar lebih gaya, tapi helm full face punya banyak kelebihan. Helm full face yang menutup seluruh bagian kepala juga melindungi dari goncangan yang mungkin terjadi dari segala penjuru. Itu saja sudah cukup menjelaskan fungsinya daripada dikasih gambaran mengerikan ini itu itu ini kan?
Tapi khusus bagi saya, saya memang nggak bisa pakai helm full face. Setiap memakai helm full face jenis apapun, saya pasti bakal pusing dan muntah-muntah ketika berhenti. Setelah itu tepar nggak jelas karena efek helm full face. Hingga hari ini saya bertahan memakai helm imut, sepatu kulit sesekali, dan jaket untuk melindungi tubuh selama berkendara. Konsekuensinya saya harus lebih sangat berhati-hati dalam bermain menarik dan lepas kabel gas di jalan raya.
Dari foto saya berkendara itu, apalagi yang menurutmu harus diperbaiki? Komen dong!
Dulu saya juga gitu neng kalo pake helm full face, setelah trial n error eciyyee ternyata masalahnya di rambut yang dikuncir. Setelah potong pendek n digerai, alhamdulillah udah ngga tersiksa lagi