Sejak mengenal betapa menyenangkannya menari di jalanan dengan tarikan gas dan pijakan rem, saya mengerti benar pentingnya alat-alat pelindung tubuh pengendara motor. Memang saya belajar mengendarai motor sejak duduk di bangku SMP, tapi baru benar-benar mengendarai sendiri ketika sudah punya SIM C di bangku SMA. Angkot dan sepeda pancal pernah menjadi teman seperjalanan ketika sekolah. Awalnya ya juga suka-suka aja pakai helm bawaan pabrik motor yang biasanya jadi satu paket pembelian, hingga saya ngerti bener merk helm populer itu juga menentukan keselamatan kepala dari beberapa kecelakaan yang saya alami di bangku kuliah.
Jadi, siapa yang bilang anak SMA nggak bisa menahan emosi di jalanan? Saya selamat kok. Karena kecelakaan pertama justru saat sudah terdaftar menjadi mahasiswa baru. Waktu itu saya beriringan jalan dengan teman menuju rumahnya, masing-masing dengan motor sendiri. Tidak paham dengan rute yang diambilnya, saya mengekor di belakang dan terkaget-kaget ketika ia membelok ke kanan. Brak! Motor saya mencium motornya dari belakang, beruntung hanya saya yang jatuh sendirian. Dia hanya kaget dan spakbornya menekuk terkena ciuman ban depan motor. Jatuh ke kanan, dengan jaket sobek di lengan dan helm yang sempat mencelat dari kepala.
Kecelakaan kedua saya alami menjelang tugas akhir di kampus, dengan motor pinjaman tetangga sebelah yang juga anak kampus sebelah tapi sama jurusan. Dalam perjalanan pulang, saya tidak melihat mobil di kanan tiba-tiba memberi sign belok kiri. Melihat jalan yang mulai tertutup hidung mobil, saya menarik gas dalam-dalam. Ternyata oh ternyata, treknya berpasir. Motor terpeleset dan berputar di tempat dengan helm yang mencelat lagi dan mobil yang berhenti nyaris bannya melindas kepala.
Kendala helm yang saya pakai memang selalu di penguncinya yang kurang kokoh. Jadi setiap terjadi sentakan tiba-tiba, penguncinya pun bisa melepaskan diri dengan mudahnya. Sejak kecelakaan terakhir itu, seorang teman baik mulai memperhatikan keselamatan berkendara saya yang kok sial terus ya. Dia mendampingi saya memperbaiki motor, di-tune-up sesuai dengan kebiasaan saya menyetir. Kami pernah memiliki jaket turing tebal dengan pelindung lengan yang kokoh berwarna sama. Lalu urusan benda-benda seperti merk helm populer pun dia kenalkan untuk saya pakai melindungi daerah kepala.
Katanya, “Anak motor kok helmnya bikin bahaya, pilih helm itu dari kualitasnya!” Dan dia pun mengeluarkan daftar merk helm populer yang dipakainya untuk melindungi kepala yang dijual di Mataharimall. Dari helm termahal untuk MotoCross, juga ada sederet pilihan merk helm berkualitas seperti AGV dan SUOMY. Apalagi sekarang saya memakai motor Ninja, tadinya cuma buat bergaya, dia memberi syarat kualitas helm yang perlu saya pilih demi keselamatan diri sendiri. Daftar syarat merk helm populer yang aman untuk pengendara motor itu sebagai berikut:
Lihat bagian cangkang helmnya
Helm yang berkualitas sudah sebaiknya punya kualitas cangkang yang tebal dan bukan cuma sekadar lapisan plastik ecek-ecek biar nggak kena razia polisi. Coba ketuk-ketuk beberapa merk helm populer, pada helm yang suaranya teredam dengan baik, biasanya itu yang paling baik melindungi kepalamu. Helm seperti ini biasanya juga punya lapisan busa tebal yang akan melindungi batok kepala dari benturan.
Ukuran helm jangan kebesaran
Pilih helm yang pas di kepala. Kalau dicoba terasa longgar tidak menekan batok kepala, tandanya kebesaran. Tolong skip aja, dan pilih ukuran lainnya. Kepala saya sih sukanya ukuran L karena rambut yang tebal. Tapi beda merk helm beda juga ukurannya biasanya. Bisa dicoba kok di toko helm. Di Malang kamu bisa mendapatkan merk helm bagus di toko-toko modifikasi motor. Jika membeli di daerah stasiun, pokoknya bener-bener ngerti kualitas helm deh.
Helm merk ARAI dan NOLAN asli mungkin nggak bisa kamu dapatkan di situ. Tapi second layers seperti helm KYT atau INK bisa didapat dengan tawar menawar.
Perhatikan bentuk helm yang nyaman
Helm merk populer biasanya dibagi dalam 3 bentuk, helm cibuk (seperti helm tukang bangunan), half face, dan full face. Dulu sih waktu kondisi jalan masih nggak gitu ramai, memakai helm cibuk masih aman-aman aja. Sekarang jangan sampai deh. Kamu merasa membawa motor dengan aman, eeeh bisa jadi pengguna jalan lain yang semabrangan.
Saya pribadi lebih nyaman dengan model helm half face dibandingkan full face. Rasanya masih sedikit trauma ketika di klub motor dulu memakai helm full face teman yang beratnya luar biasa. Hanya 10 menit perjalanan, saya muntah-muntah selama setengah jam karena keberatan. Ya, masing-masing pemotor punya kelemahan yang nggak bisa disamakan dengan kondisi fisik pemotor lainnya kan.. #pembenaran
Tambahan: Buat cewek, warna dan aksesoris itu yang utama
Kalau ada yang memilih helm dari fungsinya, buat saya sendiri memilih helm itu yang bisa menambah nilai tampilan. Warna mungkin boleh yang netral hitam atau putih, tapi pastikan ada aksesorisnya seperti kaca penutup dan motif helm yang berbeda. Tampilan terdongkrak, kepercayaan diri pun meningkat. Itu bisa membantu lebih konsentrasi dalam berkendara. Dan yang penting half face. Buat saya lho ya!
Kamu sendiri pasti punya cara memilih merk helm populer demi keamanan kepala, ya kan? Coba tambahkan poinnya di komentar ya!
Kalau cara saya memilih helm cukup lihat ada logo SNI-nya di coba-coba dulu untuk menentukan kenyamanan dan ukuran yang cocok.