Pacaran. Menikah. Punya anak. Punya anak kedua. Dan seterusnya. Itu mimpi ideal yang diidamkan kebanyakan perempuan. Saya salah satunya. Namun perlu perjuangan berat untuk menuju ke situ, tidak semudah timeplan yang bisa ditulis dalam selembar sheet kehidupan. Ada banyak yang harus dihapus dan ditambahkan, bonus sepanjang perjalanan, dan kini saya hampir sampai di ujung perjalanan. 36 weeks, berarti minggu depan 37 weeks, umur yang cukup bagi #BabyHattori untuk mulai mempersiapkan waktunya dilaunching bertemu saya dan suami.
Ya, persiapan memiliki anak sendiri sudah saya lakukan sejak tanggal 1 Desember 2012. Tepat di hari pernikahan, menstruasi maju cepat karena saya terlalu lelah mempersiapkan hari H yang mana kata orang biasanya malah masa subur dan bisa langsung hamil begitu mens selesai. Itu kan kata orang.
1 tahun pertama pernikahan meski berdebar setiap bulan, terlambat menstruasi itu tak pernah datang. Masih bisa dinikmati kata orang. Tahun kedua mulai terusik dengan pertanyaan ‘Kapan?’, ‘Balik modalnya kapan?’, dan mulai menarik diri dari pertemuan keluarga kecuali saat lebaran tiba. Saya ingat, sejak itu saya nggak main ke Jogja tempat keluarga besar berada.
Sepanjang tahun kedua, tidak terhitung berapa kali harus ‘diogok-ogok’ dengan USG Transvaginal untuk melihat kondisi rahim. Yang pada akhirnya ternyata vonis teratozoospermia yang kami dapat.
Baca: Begini Rasanya Menyamankan Diri Untuk USG TransVaginal Atau USG Bawah
3 tahun pernikahan kami tetap berdua saja. Sampai diminta orangtua untuk mulai memperhatikan usia. Sampai inseminasi dijadikan keputusan terakhir karena terapi kondisi sperma tidak juga memberikan hasilnya. Sampai pada artikel pengalaman obat hamil alami pasien seorang dokter kandungan di Pekanbaru yang tidak sengaja terbaca. Sampai akhirnya….
Tidak terhingga rasanya. Doa. Segala puji untuk Tuhan YME. Bertubi-tubi permasalahan dari awal kehamilan, dukungan penuh dari berbagai penjuru untuk menjalaninya dengan positif adalah penyemangat ketika saya sendirian mengalami depresi. Segala kenakalan dengan Ninja Hattori yang dipensiunkan, mulai menerima kondisi diri sendiri dan kini menuju akhir perjalanan kehamilan ini.
Terkadang masih takjub dengan mukjizat yang kami terima dari penghujung tahun 2016 ini. Tidak ada masalah kehamilan yang berarti, hanya masalah kesehatan diri sendiri yang merongrong kartu asuransi untuk direload hampir 2 bulan sekali. Terkadang masih ingin kembali ke awal kehamilan untuk mempersiapkan diri lebih baik lagi.
Ketika tiba saatnya persalinan, memang banyak masalah yang ternyata perlu disesali kenapa bisa terjadi. Tapi saya bahagia bisa menjalaninya dengan baik sampai tidak terasa waktunya launching #BabyHattori pun tiba. Seminggu lagi dia sudah siap menyapa dunia, hadir di tengah keluarga, dan akan menjadi salah satu generasi muda yang semoga bisa membanggakan Indonesia.
Saya hanya perlu meyakinkan diri bahwa semua yang terjadi sepanjang 9 bulan ini di luar kuasa saya sebagai istri, pendamping suami. Bahwa harapan itu masih ada. Bahwa #BabyHattori adalah benar-benar buah cinta kami, meskipun apapun yang terjadi.
Karena yang tersulit bukanlah memilih, tapi bertahan pada pilihan.
I will always always love you. Now and forever.
NEXT #BABYHATTORI STORY DI SINI
DARI DUA JADI TIGA, ITU SAJA DULU
Insya Allah semuanya lancar untuk #BabyHattori, mbak Aik dan mas suaminya. 😀
AAMIIN!