Jarang saya sebentar saja di Jogja. Kota kelahiran mama papa yang jadi tujuan liburan, biasanya. Kali ini berbeda karena eyang masuk rumah sakit dan si dia yang mengikuti event Piala Raja Sri Sultan Hamengkubuwono X.
Jogja yang masih teringat adalah kota yang semakin ruwet, macet, dan panasnya nggak kira-kira. Beranjak dengan travel malam, mengerjakan project sambil terbanting-banting di kursi depan, alhamdulillah selamat sampai tujuan. Eyang dirawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah, lumayan juga jauhnya dari tempat menginap.
Rumah sakit ini ketat banget bagi para pengunjung yang nggak tau jam besuknya jam berapa. Jadi perlu dicatat kalau berkunjung jam 16-19 aja ya. Juga jangan membawa anak yang usianya belum 12 tahun. Sehingga saya malah sempat tilik rumah mbahputri yang rubuh karena gempa, ke saudara lain yang anaknya baru saja meninggal, juga sempat membelikan baju baru buat lebaran idul Adha mama papa.
Besoknya, sambil menunggu jam besuk lagi, saya menunggu si dia bertanding di Piala Raja Sri Sultan Hamengkubuwono X, kompetisi Nasional Airsoft yang diselenggarakan Detasemen Cobra bekerja sama dengan Yonif 403/WP dalam rangka hari ulang tahunnya. Di pertandingan 5 0n 5, dia gagal melaju ke babak selanjutnya.
Untung Markas Yonif-nya OK banget, banyak pohonnya, bikin nggak sepanas udara Jogja seharusnya. Sehingga nggak mengurangi keseruan di lokasi kompetisi speed shooting yang diikuti setelah kelas riffle. Bagi saya yang nggak tahan panas itu satu poin pentingnya sih :D.
Ya, hari ini ada 3 kelas yang diikutinya. Speed Shooting Handgun, Riffle, dan Sniper. Pernah menemani waktu latihan di Lanud ABD Saleh, saya cukup optimis dia bisa melaju terus sampai final di kelas handgun.
Ya waktu itu sih belum lihat lawannya, MUAHAHAHAHA.
Yang ternyata yahud-yahudnya luar binasa!! SUNGGUH SAYA SAMPAI TERBENGONG-BENGONG ngeliat om-om nembaknya tepat sasaran dalam waktu singkat gitu. Konon mereka tergabung dalam IPSC, dengan handgun airsoft yang part-partnya jauh di atas standar seperti yang dipakainya.
Si dia melaju ke semifinal aja kemampuannya sungguh diliputi keberuntungan. Berakhir di juara 3, saya bangga luar biasa karena bisa mensejajarkan namanya di antara atlet-atlet menembak tersebut. Tinggal maintenance skill ke depannya biar nggak luntur dan terus menambah prestasi di hobi yang disukainya.
Di Malang sambutannya juga cukup membuat hati menggelembung bangga karena Walikota berkenan menyampaikan pialanya dalam acara resmi upacara di Stadion Gajayana.
Oleh-oleh yang luar biasa demi masa depannya!
hai masbro… salam kenal..
kalau mbidik hati mbak ai, titis juga gak?
eaaaa