Orang bijak bilang, hidup ini sangat singkat. Jadi jangan sampai apapun terlewat hingga namamu mudah diingat.
Petuah itu terpatri jelas dari sejarah hidup Don Antonio Blanco yang dipaparkan Mario Blanco si anak tengahnya setiap kamu yang beruntung bertemu dengannya di The Blanco Renaissance Museum, Ubud, Bali. Di museum yang menyimpan sedikitnya 300 lukisan karya sang maestro, ada benang merah sejarah yang mengungkapkan kegigihannya mengenalkan Bali pada dunia.
Antonio Blanco mungkin berdarah Spanyol dan Italia yang lahir di Filipina, namun kecintaannya pada Bali, pada adat dan budayanya, tercetak jelas di lukisan-lukisan hasil karyanya. Sebelum Bali, ia berniat mencicipi Tahiti, tapi menyasar ke Hawaii. Berlabuh sebentar di Jepang dan Kamboja, Antonio pergi ke Bali dan mencintai setiap elemen pulau ini ketika menikahi seorang model lukisannnya, Ni Ronji, yang juga berprofesi sebagai seorang penari tradisional Bali. Ni Ronji yang ayu dan selalu memakai pakaian adat Bali. Saya membayangkan sosoknya yang cantik nan abadi di hati sang maestro.
Antonio Blanco tidak berpura-pura ketika jatuh cinta pada Pulau Bali. Dalam kenangan yang selalu diingat anak cucu, pegawai dan masyarakat sekitar studionya, sang maestro selalu membanggakan budaya Bali sejak menetap di sini.
Dengan teganya (menurut saya) ia bahkan sempat membohongi Ni Ronji yang katanya akan diajak keliling Bali namun ternyata malah ke luar negeri. Nggak bawa baju lain selain pakaian adat Bali seperti yang dipakainya sehari-hari. Ni Ronji dengan pakaian adat Bali, itulah yang selalu Antonio cintai sehingga tak pernah berusaha mengubah tampilan sang istri.
Betapa cinta mereka kukuh teguh seperti batu karang yang sama-sama berani menantang ombak.
Sejak menetap di Bali, menikah dengan Ni Ronji, Antonio pun menghasilkan berbagai karya seni yang memberi semangat baru dalam dunia seni rupa Indonesia.
Pulau Bali memang sebuah paket ciptaan Tuhan Yang Maha Indah.
Pemandangannya, suasana lingkungannya yang kekeluargaan, dan keberadaan seni dan cinta yang luar biasa didapatkan Antonio sebagai inspirasi karya-karya fenomenalnya.
Fenomenal karena tarikan garis kuasnya yang tegas, tapi diselipi beberapa humor yang membuat karyanya tak henti dinikmati. Bahkan ada ruang khusus tempat menyimpan lukisan di mana setiap pengunjung harus menyimpan kameranya karena tidak boleh mendokumentasikan secuil cat pun dari sana. Lukisan-lukisan itu disimpan dengan penataan yang berbeda mengingat pernah ‘disemprit’ karena materinya yang dewasa.
Masih terjaganya lukisan-lukisan karya Antonio Blanco yang sangat private ini merupakan buah kegigihan dan kesabaran Mario Blanco mensikapi keinginan pihak pemerintah jika ingin tetap dipamerkan. Mario pun menyulapnya menjadi karya seni yang tidak lagi kontroversial bagi sebagian orang. Semburan cat di sana sini, juga trik-trik memahami lukisan Antonio Blanco yang dengan caranya yang berbeda bisa menjadi penanda bahwa karya seni itu mencerminkan kecerdasan sang seniman dalam memaknai kehidupan dan perempuan.
Lukisan yang tersimpan di dalam The Blanco Renaissance Museum memang kebanyakan terinspirasi dari kecantikan perempuan Bali. Sampai detik ini pun, sang maestro masih dianggap sebagai pelukis feminin abadi. Kecantikan dan kelembutan perempuan Bali dengan bangga dilukisnya sebagai bagian sejarah keluarga yang terus menurun beberapa generasi.
Percaya nggak percaya, lukisan Antonio Blanco tidak pernah keluar dari Pulau Bali.
“Kalau kamu cari lukisanku, datanglah ke Bali. Jangan ke mana-mana, karena lukisanku tidak ada di belahan dunia manapun selain di Pulau Bali.”
Bukan hanya lukisannya, buku karangannya pun hanya bisa didapat kalau kamu datang ke Bali, ke The Blanco Renaissance Museum ini. Dirayu bagaimanapun, sang maestro tetap mempertahankan keinginannya untuk memperkenalkan Bali pada dunia. Biarkan mereka mencari bukuku di Bali, mungkin demikian ia berkata pada publisher yang mengangkat kisahnya.
Bukunya bisa didapat di ruang terakhir The Blanco Renaissance Museum yang dilewati pengunjung. Di ruang itulah tempat pertama kali Antonio Blanco memulai perjalanan seninya di Bali. Dari ruang 4×4 bertabur cat, tumpukan lukisan, pigura dan debu-debu kenangan, Bali dalam renungan Antonio Blanco menjadikannya karya seni yang tak sengaja terus diingat.
nyesel nga mapir kesini waktu kebali. berharap ada kesempatan ke dua..
sekalian puas2in di ubudnya klo k sini lagi
Sampai saat ini masih bertanya2 dimana koleksi lukisan antiono ini hehehe, ternyata ada rumahnya ya Mba 😀
ceritanya om mario begitu 😀
Kebeneran bulan July 2016 sempat ke sana. Sayang gak ketemu Pak Mario di sana. Paling seneng liat studionya. Posisi beliau duduk yang di belakangnya ada jendela-jendela kaca tempat cahaya masuk. Keren banget!
i love love love love bgt jalan2 di sini
dulu pernah punya cita cita jadi pelukis kaya mas blanco ini.
kemudian sirna setelah negara api menyerang. sibuk golek upo
kita tipe2 realistis aja keknya ya
Tuhan twrsemyum bahagia saat menciptakan bali #Eeap
Dan gw bolak balik ke ubud ampe apal semua jalanan nya dan deretan cafe2 nya tapi aku sukses ngak tertarik ke museum blanco #AkuGagal
di Blanco nggak ada kolam tempat pamer kancut, mas…
Ke Bali, tapi ga pernah kepikiran ke sini… duh
someday perlu dicobain lah ya sekalian explore ubud 😀
Jadi ingin kesana, penasaran sama lukisan yang ga boleh dipotret..
format framenya lucu2 lhooo
#kasihteaser
Itu Astari ya? Btw, selamat Go Pro baruuu… :-*
iya tari, yg fotoku di situ lebih cantik lagi lho… *tapi biar tari aja biar laku* #halah
goproo.. eheheheheheh