Flores masih menjadi the most unforgettable journey of my life. Setiap memejamkan mata mengingat ketika menjelajahi lautnya, rasanya seperti kembali ke masa perjalanan bersama Pesona Indonesia yang sudah berbulan berlalu. Garis pantainya, garis pulaunya, dan garis-garis ombaknya masih teringat jelas dalam kenangan. Namun, tiba-tiba gambaran ini sedikit buram ketika seorang teman memberikan foto jalan-jalannya di Jalur Lintas Selatan.
Waktu jalan-jalan sama aMrazing ke Malang Selatan dulu, sebenarnya pertanda garis pantai yang indah itu ada. Namun karena kebanyakan jalurnya sejajar dengan permukaan laut, jadi nggak mudah terlihat kalau di jalur lintas selatan yang dilewati juga begitu indah. Saya teringat di satu tanjakan dan ketika menuruninya, tiba-tiba saja bareng Alex teriak bareng: BERHENTI BERHENTI!
Trus dia motret ini. Ya maap pemandangan Pantai Malang Selatannya jadi hilang. 😀
Gugusan Pantai Malang Selatan kini semakin terbuka karena jalur lintas selatan sudah mulai terhubung dengan daerah lainnya. Proyek luar biasa itu kemarin sempat juga saya inspeksi bersama Alex dan teman-teman Kaldera. Alat-alat berat yang bekerja sepanjang hari membuka hutan dan membangun dua jalur lebar-lebar. Dulu sih di sebelah kiri jalan menuju Sendangbiru masih jalur tanah dan batu. Di sebelah kanannya sudah aspal mulus yang malah sedang di permak kembali karena tanjakannya terlalu terjal.
Kemudian beberapa waktu lalu teman saya membagikan fotonya ketika melalui Jalur Lintas Selatan di poros Tulungagung.
Coba foto itu diambil dengan drone, pantai-pantainya pasti jadi terlihat lebih WAW ya. Pada satu waktu, drone memang cukup membantu ‘mendekatkan’ objek yang ingin dilihat dari posisi berdiri yang tidak bisa menjangkau tempat tersebut. Kadang saya juga menyesal kok kenapa waktu jelajah pantai selatan Malang ngga bawa drone. Sedikitnya bisa ikut membantu mempopulerkan gugusan pantai yang cantik-cantik itu karena memang nggak kalah dengan yang ada di Flores.
Yang membedakan Jalur Lintas Selatan dan gugusan kepulauan di Flores ya tentuuuu tentuuuu karena di kepulauan Flores dilihatnya pakai kapal, dari jendela pesawat, atau dibantu dengan drone. :D. Sehingga rasa yang tercipta jadi berbeda, sama sekali tidak sama dengan dilihat dari jendela mobil yang sudah kena ‘polusi’ tiang listrik dan kabel telepon.
Pemandangan dari atas bukit di Pink Beach ini misalnya. Maaf yang ini ngga pakai drone, karena saya kudu naik ke atas bukit di tengah siang panas kentang-kentang dan tanah yang kering. Bersih. Sangat bersih dari ‘polusi’ kabel yang bergelantungan seperti di Jawa. Tapi jangan ditanya bagian bawahnya, saya melihat tumpukan sampah yang menyedihkan di sedikit dalam pantainya. Manusia…
Perjalanan mencari tempat terindah di pinggiran pulau ini tentu belum berakhir. Semoga akan kesampaian untuk melihat di tempat yang lain, di pulau yang lain, atau di negara yang lain.
Saya gantungkan doa jalan-jalan ini di awal tahun 2016. Semoga.
Flores punya banyak pulau yang cakep-cakep ya mbak. Sayang banyak manusia ceroboh yang suka buang sampah sembarangan.
indeed. susah sekali ngajak bawa sampahnya kembali 🙁