Mari kita workshop nambah ilmu dulu bareng @karelanderson. Mana orangnya? pic.twitter.com/IWQhIC9fWN
— NengBiker.com (@nengbiker) November 6, 2015
Belajar bisa dari mana saja. Dari jalan-jalan juga bisa banyak belajar dari banyak orang yang kamu temui di jalan. Seperti yang sedang berlangsung hari ini di Locanda Resto bersama KolaborAsyiik, puncak gelaran dari Gebyar Asyiiik, Bedug Asyiiik dan Asyiiik-Asyiiik lainnya. Hari ini saya belajar banyak tentang branding, creative producing dan pentingnya networking.
Ada Karel si celometan yang seru menemani Mas Bram dari Gelar Nusantara serta Yuka dari Bro.Do Footwear. Di sisi saya banyak sekali potensi lokal Indonesia yang digandeng Sampoerna Kretek untuk sama-sama belajar bagaimana mengembangkan ide yang telah dimiliki dan berkolaborasi membentuk sajian yang akan digelar di Bharatayuda, Minggu 8 November 2015. Kali ini di workshop kita belajar mengemas ide sampai menjualnya menjadi ‘tren’ yang akan dicari melalui networking.
Kemudian ada mas bram @gelar_nusantara dan yuka @brodofootwear yang bakal bagi ilmu di kolaborasyiiik workshop pic.twitter.com/ByyeZYu6is
— NengBiker.com (@nengbiker) November 6, 2015
Sebelum ‘menguasai’ pasar sepatu lokal Indonesia, Bro.Do dimulai dari kebutuhan Yuka dari sepatu nomer 46-nya. Sudah cari keliling Jakarta, ke Bandung, ketemunya di Cibaduyut, sentra sepatu yang waktu itu terbesar se-Asia Tenggara. Dari situ Yuka belajar bahwa selain Indonesia punya bahan serta tenaga kerjanya yang potensial, yang bermasalah dengan kakinya serta keinginan anak muda Indonesia yang pengen punya sepatu bikinan sendiri tapi juga berkualitas.
Gayung bersambut. Sepatu Yuka dan brand Bro.Do semakin berjaya di kaki anak muda. Tidak cukup sampai situ, Yuka juga pintar melihat peluang dari networking-nya. Mulai dari tren ‘rasa cinta Indonesia’ yang beda. Bedanya? Lihat sol sepatunya. Dengan motif yang beda, motif batik atau peta Indonesia di beberapa koleksinya, Bro.Do menciptakan tren: MENINGGALKAN JEJAK INDONESIA DI MANA-MANA. Cool. Soopercool!
Mas Bram menegaskan, memang tren cinta Indonesia itu jauh lebih baik untuk membuat masyarakat menyadari kekayaan budayanya sendiri. Tidak dengan gerakan pelestarian, tapi bagaimana masyarakat diberdayakan untuk mendapatkan manfaatnya. Buat mereka penasaran untuk mencari tahu, merasakan pengalamannya, dan membuat cerita sendiri untuk disebarluaskan.
Manfaatkan internet yang telah menghapus batas dan jarak untuk memperkenalkan tren yang telah dibuat adalah satu kepentingan lain yang harus dicari celahnya. Which is jangan ragu untuk investasikan modal lebih di sisi komunikasi kalau ingin jadi lebih dikenal. Komunikasi dengan berbagai pihak, juga komunikasi jika ada konsumen yang ingin tahu bagaimana cara mempelajari tren tersebut.
Simple. Yang susah adalah bagaimana membuat orang mau belajar tentang hal baru untuk membuat tren tersebut.
Will update you soon dengan tambahan materinya.