Bekerjalah sesuai dengan passionmu. Tagline ini sering digunakan memang untuk mereka yang belum menemukan di mana bidang pekerjaan yang sebenarnya diinginkan. Ngga susah lho sebenernya, kalau kamu tahu di mana tempat yang benar dan kapan untuk memulainya.
Gaya ya bisa ngomong begini. Saya sendiri merasa begitu terlambat untuk mempersiapkan diri sendiri saat memasuki dunia kerja. Saya terlena dengan kesenangan dan mungkin juga karena dimanjakan oleh orang tua. Tapi belum terlambat untuk memperbaiki itu semua, kini saya mempersiapkan diri saya lebih baik lagi untuk bekerja bagi diri sendiri, biar bisa traveling setidaknya setahun sekali.
Tujuan itu setidaknya bikin kamu punya target untuk dicapai. Seperti bincang-bincang sebentar saya dengan Matthew Mendelson, the author of Ultimate Journey, kemarin. Garis besar yang bisa saya simpulkan seperti berikut.. *ngurut pipi pegel ngakak2*:
Mulailah sejak dini
Tidak ada kata terlambat, tapi memulai sejak dini bisa jadi batu loncatan untuk mempersiapkan diri. Kalau punya passion, kalau terlihat punya bakat, kembangkan sedari kecil. Masalahnya lagi kalau di Indonesia kebanyakan anak-anak diseragamkan dan juga mungkin minatnya dikerdilkan dengan nilai. Tapi kamu jangan menyerah, cari di luar sekolah, konsultasikan dengan orang tuamu juga ya.
Ikutlah berbagai kegiatan
Les renang boleh, les gitar boleh, tapi jangan cuma les aja. Targetkan kamu bisa menjadi pengajar renang, misalnya. Atau buat grup musik dan perdalam ilmu tentang alat musik bisa jadi sampingan. Suatu saat mungkin diajak manggung, mungkin juga kamu dimintai tolong teman yang ingin membeli alat musik. Who knows bisa bikin toko sendiri karena keahlianmu.
Masuki juga berbagai organisasi yang mengutamakan keahlian serta pengembangan kualitas diri. Ini bisa membantumu untuk beradu keahlian dengan teman-teman baru serta bisa membuatmu selalu siap dengan ide-ide baru, dan siapa tahu bisa mencetuskan cara baru membuat ini itu.
Jangan cuma belajar, pantaskan dirimu
Masih teringat rasanya kalau ada yang melamar pekerjaan dengan kalimat ‘Saya siap belajar di perusahaan bapak ibu.’ Matthew bilang, jangan cuma belajar mulu dong, siapkan diri dengan berbagai keahlian untuk jadi calon yang pantas bekerja di bidang perusahaan bapak ibu tawarkan. Percaya diri itu ngga salah lho, dengan keterampilan yang lebih, kamu pasti akan dicari oleh perusahaan lain. Ya ngga salah juga kalau buka perusahaan sendiri kan!
Nda usa alasan mencari jati diri
Wajar kalau kamu masih limbung di usia 20an, kamu akan lebih settle di usia 40anmu nantinya. Hahaha, masukan dari Matthew ini kemudian bikin saya berpikir di usia 20an saya ngapain ya… Tapi dari perjalanan usia ini saya memahami passion dan skill yang saya miliki meski ingin lebih mengembangkan lagi bukan cuma bagian yang disuruh-suruh aja. Jadi kalau kamu masih ingin ini ingin itu banyak sekali sekarang, nikmati saja. Tapi juga cari mana yang bisa menghidupi ini itu-mu di masa depan.
Ilmu terapan dan pengalaman memang beda dari yang diteorikan, kesimpulan saya pada akhirnya begitu. Berusahalah sampai titik batas kemampuanmu, iringi dengan doa, jangan doa aja tanpa usaha demi cita-cita. Simple kan kalau ngga kebanyakan teori? 😀
Thanks sharingnya, Matt!
padahal aslinya gak nginep di Tugu …. numpang nunggu jemputan :))
*catet* :))))
wah dalem banget tulisannya buat mahasiswa kaya ane