Seperti perjalanan menuju Pantai Bajulmati dan Goa Cina beberapa waktu lalu, hidup saya seperti melalui fase halus lancar jaya dan begitu belok di tikungan… Ternyata jalan batu lancip harus dilalui.
Beberapa kali saya mengutuk jalan yang saya pilih ini. Membuat pinggang dan kaki saya sakit ketika tuas gas kembali ditarik. Mau tak mau saya harus melaluinya agar tujuan saya melihat pantai segera terwujud. Jalannya tak jauh, tapi kesabaran saya hampir meluap habis karena artinya motor saya jauh lebih tersiksa daripada penumpangnya. Begitu garis pantai terlihat, lenyap semua beban, langsung ingin melangkah berkecipak di pinggiran ombak. Apa lacur, untuk kembali pulang mau tak mau saya harus melalui batu lancip itu kembali. Sekali lagi saya mengutuk jalan yang ini, lelah hati lelah badan dan lelah kendaraan saya.
Setidaknya implikasi dari jalan mulus, berbatu, dan kembali mulus ini seperti penanda, bahwa saya harus lebih sabar lagi menjalani hidup. Yang tadinya lancar harus ditarik keluar dari zona nyaman untuk melanjutkan hidup. Yang tadinya mulus tanpa rintangan, harus menghadapi lagi yang namanya roda kehidupan. Dan ketika hidup sudah seperti yang diinginkan, sekali lagi zona nyaman itu pecah. Sabar dan percaya, juga dukungan sangat saya butuhkan sekarang ini. Semua ini harus dilalui kembali agar zona aman nyaman itu kembali terbentuk.
Sampai kembali pecah.
Tapi saya tau, kamu tetap di sisi.
Sampai.. Sampai batas yang bisa kamu hadapi, sekali ini lagi.
ini curhat tentang apa, kakak ?
sabar yaaa … 🙂
aslinya aku punya ide yang sama pengen bikin tulisan kayak gini
Faktor umur emang yang berbicara kalau gak kuat touring *jinjit menjauh