A Butterfly

Si kecil milik Anda bukan hanya pajangan semata yang perlu diberi baju cantik dan rapi. Milik Anda yang sangat berharga harapan generasi tua untuk membuat kehidupan lebih baik bagi mereka. Banyak harapan yang disematkan di pundaknya, kelak menjadi yang bisa dibanggakan keluarga, kelak menjadi anak pintar, cantik dan berwibawa, kelak bisa membawa lingkungannya bangga.

Tapi, apa lacur, kadang kita sendiri yang memburamkan jalan mereka menuju ke sana. Perilaku yang menurut seusia kita praktis dan normal, bisa jadi akan ditiru sampai si kecil besar nanti. Cita-cita dokter dan pengusaha kaya mungkin bisa mereka raih, tapi perilaku akan tetap tertanam di benak mereka. Bagaimana kita akan membawa kehidupan ke arah yang lebih baik jika tidak menanamkan contoh yang baik sejak dini? Tidak hanya akan mengajarkan mereka, si kecil penuh harapan, tapi juga sedikit akan mengubah perilaku buruk kita perlahan. Kita ingin yang terbaik bukan?

Sedih jika setiap pagi saya melihat orang tua, mengajak anaknya berhenti di jembatan Sulfat untuk membuang sampah dari atas jembatan. Mungkin pikiran Anda, alaah hanya saya aja ini yang buang… Yang terekam di otak anak? Buang sampah di sungai itu gapapa, apalagi buang sampah sembarangan.  Berpikirlah sebelum mengajak anak membuang sampah di sungai. Sampah memang menyusahkan, apalagi jika terkumpul ratusan, menghambat sungai dan menciptakan banjir. Karena siapa?

Segala kata adalah doa. Setiap yang dibicarakan adalah contoh perbuatan. Berpikirlah sebelum mengucapkan kata umpatan di depan anak mereka akan merekamnya dan mengulang dengan kefasihan yang luar biasa. Luar biasa karena mereka belum tau belum mengerti apa yang mereka ucapkan.

Ajarkan si kecil kebersihan sejak dini, mungkin pampers memang mahal, setidaknya tidak mengajarkannya memperlihatkan kemaluan di depan banyak orang. Berpikirlah sebelum mengajarkan anak buang air tidak di tempatnya jika ingin si kecil menjadi orang yang terbiasa dengan sopan santun di kemudian hari. Hal kecil yang kadang menurut kita praktis, berhentikan mobil/motor di pinggir jalan, plorotkan celana mereka, dan buang air. Mudah. Dan ketika mereka besar nanti sopan santun juga akan hilang sendiri. Ajarkan di tempat tertutup teman, spbu sekarang kan bejibun jumlahnya kan…

Setidaknya rekaman tiga kalimat bergarisbawah adalah yang saya alami dan yang saya lihat sendiri. Saya tidak bermaksud menggurui, pun saya juga belum mengalami sendiri susah payahnya mengurus anak. Saya hanya ingin kehidupan kita ke depan lebih baik lagi dengan mengajarkan sejak dini, hingga mereka bukan menjadi generasi payah, manja, ga punya malu dan ga bisa berpikir sendiri di masa depannya. Mereka hanyalah kepompong sekarang, yang butuh banyak bimbingan untuk menjadi kupu-kupu cantik yang bisa dibanggakan. Mereka tidaklah bukan apa-apa, mereka adalah jiwa.

Di tangan siapa lagi mereka akan menjadi individu berjatidiri?

 

Don’t handicap your children by making their lives easy ~Robert A. Heinlein

 

4 Comments

    • kau tau, aku miriiiis banget baca ucapan selamat hari ayah kemarin. banyak yg mengucap doa, juga banyak yg mengumpat ayahnya 🙁 ‘selamat hari ayah, segera mati aja loe, nyusahin hidup gw!’

      smoga kita bukan dan tidak mendidik anak yg demikian

  • Aamiin ya Rabb.. *mengamini harapan dan doa yg terselip dalam postingan* 🙂

    Sepakat, Mbak. Ada kalanya manusia yang jauh lebih berumur belum tentu bisa memberi teladan.. Aah, ini juga peringatan untuk saya. Tiap pribadi di umur berapa pun penting utk mawas diri.

    Salam kenal, salam hangat dari kaki Merapi 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *