Indahnya Menjadi Ibu

Tagline ini saya baca di salah satu box bungkus kado untuk Sasi. Sasi bayi saya yang masih kecil ini. Haii, setelah drama maju mundur operasi atau persalinan normal, Alhamdulillah bayi saya yang kedua terlahir dengan selamat di akhir November 2018 lalu. Senang rasanya ketika badan nggak lagi dibebani kandungan yang nggak tau kapan akan launching. Tapi saya juga rindu dengan deg-degannya dan sensasi ketika ditendang dari dalam. Memang, tagline indahnya jadi ibu itu pas sekali.

Pas ketika kedua anak itu sedang tidur semua. Si bocah pertama sedang aktif-aktifnya, sedang adiknya sedang lapar-laparnya. Iman dan kesabaran saya benar-benar diuji dalam periode cuti melahirkan ini. Merawat keduanya dibantu Mama dan mbak saja kadang bikin saya pengen cabut-cabutin rumput di halaman daripada mendengar mereka sahut-sahutan menangis di dalam rumah.

Ada episode mengenalkan adik bayi ke kakaknya, ada juga ketika si adik bayi sudah mendengar suara dan membuatnya mudah terbangun. Ada episode tidak tidur sampai pagi karena menyusui semalaman, sementara kakaknya ikut bangun dan mengajak mainan. Ada kalanya sedang pumping karena ditinggal tidur si bayi dan mesin pompanya dibanting si kakak. Yang terbaru dan membuat saya menangis combo adalah ketika bak mandi adiknya ditumpahkan kakak dan membanjiri kamar sampai basah semua.

Periode mengkhawatirkan buat kewarasan otak saya dilewati begitu saja oleh bapaknya anak-anak ini. Rasanya kusuk-kusuk tangannya di punggung saat melahirkan bukan apa-apa dibandingkan keinginan saya agar momen-momen pertumbuhan anak yang berlalu begitu cepat ini juga sempat ia rasakan. Pilihannya untuk meninggalkan kami bertiga dalam kesibukan personalnya, dan kebebalannya atas tanggungjawab sebagai bapak, adalah risiko yang saya hadapi dengan gagah berani.

Yang pada akhirnya membuat saya sinis terhadap tagline Indahnya Menjadi Ibu dalam box kado bayi tersebut. Makanya, kalaupun saya menolak kehadiran kalian dengan alasan sibuk, sakit, dan sebagainya, hanyalah pengalih saja dari keinginan saya untuk menyendiri sebelum kembali ke kesibukan pekerjaan nantinya.

Indahnya menjadi ibu bekerja, Neng? Yup. Let’s face the world.

2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *